11. Love Bird
“Jangan lupa kasih ini ke orangnya, ya, Yong. Sebagai permintaan maaf kemarin batalin janji.”
Jum’at kemarin secara sepihak dia membatalkan janji ketemuan sama si adik tingkat yang sudah bantuin pinjam buku dari perpustakaan di fakultasnya. Tiba-tiba kemarin Jisoo ada urusan yang enggak bisa dia tinggalkan atau abaikan. Dia udah nyuruh Taeyong buat datang sendirian, tapi cowok ini tetap kekuh menolak kalau dia enggak ikut bersamanya. Hingga akhirnya janji dia batalkan sepihak.
Satu box isinya cheesecake kini pindah tangan ke Taeyong yang menerimanya dengan setengah hati. Jisoo yang sudah siap-siap mau keluar dari mobil segera dia tahan.
“Kamu nyuruh aku ngasih ginian ke maba. Kamu yakin?”
Jisoo berbalik lagi menghadapnya. Seraut bingung tersirat di wajahnya. “Kenapa aku harus enggak yakin?”
“Hal ginian justru bikin orang salah paham. Reputasiku jelek di mata orang. Kalau mereka sampai lihat aku ngasih ginian ke maba, mereka pasti heboh.”
“Lalu?”
“Rumor jelek ada di mana-mana dan itu bisa sampai ke kamu. Mereka pasti sangkut pautin sama kamu yang notabenenya pacarku.”
“Aku yang beli cake-nya. Kenapa mereka harus bikin rumor buruk soal kamu?”
Taeyong menghela napas pendek. Ada kalanya dia berharap Jisoo lebih peka terhadap situasi yang berhubungan sama dirinya dan reputasi jeleknya di masa lalu. Mau sekarang dia punya pacar atau sebanyak apa pun dia berubah, reputasi jelek selamanya akan mengikutinya.
“Tapi aku yang ngasih ke orangnya, Sayang, bukan kamu. Aku gak masalah jadi perantara buat kamu. Yang aku masalahin begitu rumor itu muncul, orang-orang bakal gangguin kamu. Mereka yang haus gosip bakal nyerang kamu sama pertanyaan sampah. Aku cuma khawatir kamu terbebani sama mereka ini.”
Dia bersungguh-sungguh atas ucapannya itu. Kekhawatiran yang disampaikan tulus berasal dari lubuk hatinya. Sejak hubungan mereka mulai membaik, Taeyong hanya berharap segalanya berjalan aman bagi mereka. Dia pernah bersumpah untuk tidak lagi membuat Jisoo terbebani reputasi jeleknya. Dan menginginkan hubungan nyaman dan tentram untuk kekasihnya ini.
Jisoo yang sadar pada kekhawatiran Taeyong segera meremas tangannya. Atensi mereka saling beradu diam cukup lama, sampai sang gadis memberinya senyuman hangat.
“Just a reminder. I love you.”
Ucapannya itu sontak membuat Taeyong membeku diam. Barusan adalah kata-kata favorite Taeyong yang sering dia bisikan pada Jisoo di sela-sela argumentasi mereka. Dia setengah kaget karena Jisoo cukup jarang mengutarakan perasaannya padanya. Setengahnya lagi dia senang, sampai tak sadar menarik diri ke arahnya dan melumat bibirnya yang terbuka hingga si kekasih terbelalak panik.
Dengan terpaksa Jisoo mendorong tubuh Taeyong agar menjaga jarak darinya. Biarpun posisi mereka ada di dalam mobil, dia tetap cemas ada orang memergoki mereka ciuman.
“Apa? Gak bakalan ada yang lihat. Kaca mobilnya gelap dari luar.”
Jisoo melotot kesal saat Taeyong ingin mencoba menciumnya lagi. Kedua tangannya sekali lagi berupaya mendorong tubuhnya.
“Segitunya nolak ciumanku. Gak sayang aku lagi, ya?”
“Bukan gitu!” protesnya tetap memelototinya yang malah tersenyum jahil padanya. “Lihat situasinya kita ada di mana.”
“Kita di dalam mobil tuh,” jawabnya santai.
“Kita di kampus, Taeyong!”
“Tapi di dalam mobil, Sayang,” sambungnya lalu terkekeh geli melihat Jisoo yang semakin kesal atas candaannya. “Gak ada orang yang lihat kita ciuman. Kaca mobilku itu mahal dan dijamin keamanannya.”
Jisoo mendengus jengkel. Taeyong dan guyonannya itu kadang-kadang suka bikin dia jengkel beneran.
“Oke, oke. Bercandanya udahan,” ujarnya seraya menarik diri dari Jisoo yang hampir bernapas lega.
Iya, hampir karena ucapannya itu hanyalah bagian dari rencananya. Taeyong tak berniat membuatnya bernapas lega. Refleksnya cukup cepat hingga Jisoo tak sadar dan berakhir bibir mereka saling bertautan lagi.
Dalam perbandingan tenaga siapa yang paling kuat, tenaganya jelas tak sebanding sama milik Taeyong. Jisoo kalah dalam hal ini. Sehingga upayanya memisahkan jarak di antara mereka berujung kegagalan. Sensasi hangat campur dingin membuatnya perlahan berhenti protes. Perlahan dia ikut andil mengisi perannya. Mengikuti jejak Taeyong yang memimpin ciuman.
Bibir mereka saling beradu, bergerak-gerak sesuai tempo. Saling merasakan sensasi lembut, basah, dan kenyal. Taeyong menekan bagian belakang agar memperdalam ciuman mereka. Jisoo nyaris menggila jika alarm peringatan tidak berbunyi menyadarkan dirinya. Refleks dia menarik diri membuat tautan bibir itu berpisah.
Bibirnya berdenyut-denyut. Sisa-sisa dari rasa hangat dan basah masih membekas di bibirnya. Mereka saling beradu pandang. Hening mengisi ruang yang disesaki oleh keambiguan. Jisoo mengisi pasokan oksigennya sebelum berbicara.
“Hwasa udah nunggu.”
Senin harusnya dia libur karena dosen yang mengajar ada di luar kota. Kedatangannya ke kampus demi sang teman. Sejak Jum’at lalu dia memang disibukkan sama urusan Hwasa yang masih dalam suasana buruk berkat pacarnya.
Mulutnya tetap bungkam. Taeyong menilik serautnya, seiring ibu jarinya mengusap bibir Jisoo yang masih berdenyut menikmati sisa-sisa dari sensasi sebelumnya. Dia lantas menyeringai.
“Lipstikmu pudar.”
Berkatnya penampilan yang sudah dia rawat berakhir berantakan. Bukan hanya lipstiknya yang warnanya memudar, rambutnya pun turut acak-acakan. Jisoo mengangguk dan menjaga wajahnya agar terlihat tidak gugup.
“Just a reminder. I love you,” ucapnya tiba-tiba diikuti kecupan pendek ke bibirnya. “Love you so much.” Lagi dia melakukan itu.
Jisoo mencegahnya sebelum berlebihan. Bisa-bisa mereka terjebak di mobil hanya untuk bercumbu belaka. Taeyong kontan terkekeh geli sembari menarik diri dari Jisoo dan duduk di posisi aman terkendali. Lalu menoleh mengamati sang kekasih yang kini sibuk merias diri.
“Gak perlu dirias lagi. Sebelumnya tetap cantik.”
“Yang ada orang bakalan tahu.”
Taeyong tertawa lagi. “Malah aku suka mereka tahu. Dengan begitu mereka gak bakal rebut kamu dari aku.”
Jisoo sekadar mendengus merespon balasannya. Mengabaikan Taeyong yang terus melihatnya dengan tatapan penuh memuja. Tatapan mata yang akan membuat gadis mana pun salah tingkah.
“Pulang aja, yuk?”
“Hah? Ngapain pulang? Aku udah janjian sama Hwasa. Kamu juga janjian ketemuan sama maba.”
“Dibatalin aja. Kita pulang.”
Jisoo menoleh bingung. “Ngapain pulang?”
“Kamu kelihatan enak. Pengen aku makan.”
“Taeyong!” serunya memelototinya.
“Aku serius.”
“Aku juga serius!” tandasnya.
“Siapa suruh kamu kelihatan enak.” Taeyong mendesah. Agaknya dia frutasi. “Ya udah, sana keluar. Buruan.”
“Kamu ngusir?”
“Iya,” ujarnya serius.
Jisoo bergeming kebingungan. Namun, Taeyong seolah tak peduli dengan ekspresi bertanya-tanyanya itu.
“Jisoo, kamu perlu keluar sekarang sebelum aku berubah pikiran.”
“Iya,” sahutnya mulai paham dan bersiap-siap untuk keluar sambil terus mengamatinya yang terlihat sekali kefrutasian di wajahnya. “Hati-hati di jalan.”
Taeyong cukup mengangguk saja.
“Bilang aku kalau udah baikan. Biar aku chat anaknya kapan bisa ketemuan.”
Sekali lagi dia hanya mengangguk. Dan Jisoo yang masih belum beranjak dari kursinya masih saja diam memandanginya. Ketika tiba waktunya Jisoo akan pergi, Taeyong yang tadinya anteng di posisinya kontan berteriak protes setelah Jisoo memberinya kecupan di pipi sebelum keluar dari mobil.
Pemuda tersebut berteriak frutasi pada sang kekasih yang sengaja memicu kegilaannya.
“Kamu sengaja bikin aku tambah gila, ya!?!!!”
hehehehe 😶🌫️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top