07. Maba

“Tumben mantan tuan rumah main kemari,” celetuk Jimin depan tv lagi main game sama Bobby. Sempat dia menoleh sebentar ke arah mantan tuan rumah yang bertamu lagi setelah beberapa minggu pindah kos-kosan.

Pokoknya semenjak Taeyong punya pacar dia jarang main bareng teman-temannya. Semenjak pindah pula dia jarang ke kontrakan dulu, di mana teman-temannya sering kumpul di situ. Tak heran jika belakangan nama Taeyong sering jadi bahan obrolan. Mereka sedikit heran pada perubahan cowok tersebut.

Ada yang mengomentari positif, ada pula yang negatif. Sebagian bilang Taeyong sombong dan menyebutnya kacang lupa kulitnya. Sebagian lagi menganggap Taeyong hanya lagi kasmaran, makanya jarang ikut kumpul. Kalau dia bosan sama ceweknya pasti balik ke tongkrongannya. Entah tanggapan itu termasuk positif atau negatif.

Bukan maksudnya bersikap sombong hingga lupa meluangkan waktu demi teman-temannya. Taeyong memang lagi mabuk kasmaran. Semenjak hubungannya membaik sama Jisoo, dia hanya merasa ingin selalu ada buat sang kekasih.

Taeyong mengabaikan celetukan Jimin. Memilih menjatuhkan tubuh di atas sofa empuk, sambil melihat situasi rumah kontrakan yang enggak ada perubahan apa-apa, selain penghuninya yang berubah. Setelah Taeyong pindah, kamarnya kemudian dipakai Chanyeol yang tiba-tiba pengen jadi anak kos-kosan. Terus bertambah lagi sama Loren teman sekelasnya Jonghyun.

Rumah kontrakan ini semakin ramai semenjak Taeyong pindah. Belum lagi dia mendengar cerita dari Jonghyun di chat, kalau hampir setiap hari menjelang tengah malam, teman Bang Ceye suka main ke kontrakan. Mereka paling sering bergadang sampai pagi. Entah teras belakang atau ruang tengah selalu penuh kebisingan. Sampai Jonghyun jenuh karena jam istirahatnya makin berkurang.

Gara-gara itu pacar Jonghyun yang kadang nginep di kontrakan jadi jarang keluar kamar. Teman Bang Ceye banyak dan itu buat cewek suka takut membaur. Apalagi mereka suka pulang-pulang mabuk dari klub. Jonghyun jadi was-was selama pacarnya datang menginap di kontrakan.

Buat Jimin sama Bobby hal-hal begitu sudah wajar. Mereka tak terusik malah merasa kontrakan jadi ramai. Lalu teman Jonghyun, Loren, tampak biasa-biasa saja. Orangnya juga kelihatan akur sama penghuni lainnya.

Taeyong enggak bisa bayangin kalau tetap tinggal di tempat ini. Jam tidurnya mungkin balik tak beraturan lagi. Kesempatan Jisoo main ke kontrakannya hanya berakhir Taeyong was-was, sama seperti Jonghyun yang selalu waspada saat kekasihnya bertamu.

“Enak tinggal sama pacar?” tanya Jimin tengah mencoba menggoda si teman. Mumpung orangnya di sini, sekalian saja dia cross check.

“Pastilah enak. Ya kali, masa enggak kalau tiap malam ada yang nemenin tidur,” timpal entah siapa orang itu. Taeyong tak ada minat buat menoleh.

Jimin selesai main game. Melemparkan stick ps pada orang yang telah menunggu gilirannya. Gamenya cuma bisa dimainkan dua orang. Kalau mau berarti harus mengantri. Jimin masih duduk di lantai, tapi posisinya sekarang sudah mendekati sofa tempat Taeyong duduk bareng Yuta yang sejak tadi senyum-senyum enggak jelas.

“Ceritainlah enaknya tinggal sama doi,” ujar Jimin merayu.

Taeyong bergemin. Hanya menatap Jimin aneh dengan satu alis terangkat.

“Gimana rasanya unboxing pacar?”

“Ck. Ck.” Jonghyun berdecak keras seiring gelengan kepalanya. Tadinya dia mau mengalihkan pertanyaan Jimin yang cukup sensitif buat orang kayak Taeyong. Bisa-bisa wajah tengil Jimin kena tonjok kalau terus dilanjutin. Sayangnya, orang lain justru yang melanjutkan obrolan sensitif tersebut.

“Enak, ya, tiap malam bisa goyang kasur.”

Cowok ini banyak omong. Seolah dia mengenal Taeyong lebih baik daripada orang-orang yang tinggal di sini, apalagi sama Jonghyun yang lebih kenal Taeyong. Namanya Jaehan. Salah satu dari kenalan Bang Ceye yang sering nginep dan main di kontrakan ini. Orang paling sok tahu dan sok kenal yang pernah Jonghyun kenal.

“Hati-hati sama omongan lu,” ujar Bobby. Meski perhatiannya tetap fokus pada layar TV, tapi telinganya tetap aktif menyimak.

Reflek Jimin terbahak-bahak. Tidak ada yang lagi bercanda. Hanya dia yang berinisiatif tertawa sendiri, sebab wajah Taeyong perlahan terlihat mengeras. Andai dia tidak bertindak cepat, kemungkinan orang ini bisa mengamuk. Jimin menyadari kesalahannya sehingga diam setelah juga mendapat tatapan tajam dari Jonghyun.

Salahnya yang mengurusi privasi orang lain.

“Eh? Tumben lo ke sini,” seru Yuta yang sudah berhenti senyam-senyum sendiri.

Taeyong menghela napas, menenangkan diri. “Iya. Pengen lihat keadaan.”

“Lihat keadaan? Cuih! Bilang aja lagi ditinggal cewek lo,” timpal Bobby. “Gue tahu cewek lo lagi pergi bareng teman-temannya. Nah, lo ditinggal sendirian, makanya ke sini.”

“Haha. Napa sih, Bob?” ujar Jimin.

Bobby menoleh begitu permainan berakhir. “Teman kayak lo nih, yang rese. Giliran bosan baru ingat sama teman. Giliran kasmaran, lupa sama teman.”

Sekali lagi, Jimin terbahak-bahak.

“Makanya kasmaran biar paham situasinya,” balas Jonghyun.

Sebelum Taeyong di posisi ini, Jonghyun pernah mengalaminya dulu. Saat-saat dia mabuk kasmaran hingga lupa sama tongkrongan.

“Cuih! Gak seru. Sukanya bawa-bawa pengalaman,” gumam Bobby.

“Gue main karena gue pengen. Gue gak main berarti gue nggak pengen. Lo aja yang ribet ngurusin masalah orang,” ujar Taeyong akhirnya setelah menyimak dengan sabar. Lalu tiba-tiba dia menatap tajam ke arah Yuta. “Lo kalau udah bosen sama pacar lo, putusin. Jangan cuma keasyikan deketin maba, sementara hubungan lama lo gantungin.”

“HEH? YUTA DEKETIN MABA?” seru Jimin terkejut bukan main. Tak percaya orang kayak Yuta bisa juga main serong. Jimin pikir Yuta bisa juga jadi orang bener, nyatanya sama saja. “Orang gila. Cewek kayak Hwasa aja lo duain sama maba. Ckck. Orang gila.”

“Bukan urusan lo.” Yuta pura-pura enggak dengar. Pura-pura juga enggak peduli.

“Orang gila selalu temanan sama orang gila. Sejak kapan teman-teman lo waras?” tanya Jonghyun.

Jimin menyeringai lebar. Sadar bahwa di antara mereka semua ini, enggak ada yang waras. Sama-sama gila dengan cara mereka sendiri-sendiri. Yang paling warasnya kayak Johnny. Tapi orang itu sama juga jarang ikut kumpul di tongkrongan semenjak memasuki semestar enam ini.

Kalau alasan Taeyong jelas karena orangnya lagi mabuk kasmaran. Alasan Johnny kurang jelas. Dia bilang sibuk dan enggak punya banyak waktu luang buat main. Di kampus pun ria jarang ikut kumpul atau malah enggak pernah lagi. Sedang menurut Bobby, jadwalnya enggak sesibuk presiden suatu negara. Johnny punya banyak waktu luang. Hanya dia saja yang entah karena alasan apa menolak ajakan main. Seakan-akan dia menjauh dari mereka semua.

Maba ini ada lanjutannya, sengaja terpotong 💁🏻‍♀️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top