03. Go Public?
Kemarin malam mereka udah janjian ngampus bareng. Tapi anehnya, sampai sekarang jam setengah delapan pagi, Taeyong belum datang jemput. Chat sama telponnya belum ada respon. Antara orangnya belum bangun atau kelupaan.
Jisoo sih, lebih percaya Taeyong belum bangun tidur. Maka sebab itu, dia memakluminya. Jam tidur Taeyong sedikit demi sedikit mulai teratur selama liburan semester kemarin. Hanya kadang kala saja dia bertingkah saat mode “ngalongnya” nyala. Dan Jisoo yang mulai memahami kebiasaannya tersebut, seringkali menasehatinya.
Karena hari ini dia lagi buru-buru, Jisoo lalu memberitahu Taeyong kalau dia berangkat duluan tanpa menunggunya lagi. Memaksakan diri menunggu jemputan justru yang ada dia telat masuk kelas pagi.
“Lah, belum berangkat?” Teguran Johnny menarik atensinya dari ponsel ke laki-laki yang pagi ini pakai kemeja hoodie hitam sama celana coklat. “Jemputan belum datang?”
Dia menggeleng. Kepalanya kemudian setengah miring mengamati Johnny sedikit penasaran. “Lo gak ngampus, John?” Karena biasanya kalau ke ada kelas Johnny suka pakai pakaian yang ada kerahnya.
“Ngampus cuma ke posko, mau ngasih berkas. Sekalian nanti siang bayar uang kkn.”
“Gak ada kelas, ya?”
Giliran Johnny yang menggeleng dan mengamati Jisoo yang duduk dengan gelisah sambil pegang hape. “Kalau belum dijemput mending bareng gue. Udah jam segini daripada lo telat.”
Rencananya emang dia mau nebeng Johnny ke kampus, misal Taeyong enggak jadi jemput. Bareng Hwasa mustahil karena orangnya masuk siang, sementara dia masih tidur di kamar.
“Ayo.”
Mereka pun sama-sama keluar dari paviliun setelah pamitan sama Hwasa sambil teriak. Mau teriakannya didengerin atau enggak, yang penting sudah pamit. Biar bangun-bangun Hwasa enggak kaget lihat kosan sepi tanpa kehidupan.
“Lo jadi ikut kkn semester ini, Jis?”
“Jadi. Kalau nunggu semester depan. Kapan gue lulusnya.” Tujuannya hingga kini masih belum berubah. Jisoo mau cepat-cepat lulus terus pulang kampung buat merawat ibunya. Semakin cepat dia lulus, malah semakin bagus.
Sedang tujuan lain dia belum memikirkannya matang-matang. Masih abu-abu di kepala. Bahkan dia belum yakin buat kerja atau enggak setelah lulus nanti. Kalau dia enggak kerja dan hanya mengandalkan uang warisan dari almarhum ayah dan tabungan ibunya, maka masa depannya belum tentu terjamin. Apalagi sebagian uang dipakai beli rumah kemarin. Tapi kalau dia kerja, siapa yang mau membantunya menjaga ibu di rumah karena kontrak Miss Solar selesai begitu Jisoo lulus. Roman-romannya Jisoo akan lebih sering merepotkan si Tante Dara.
“Taeyong?” tanya Johnny membuyarkan lamunannya.
“Hm? Ah, nggak ambil. Dia ngulang lagi semester ini.”
Taeyong gagal naik semester dan mengulang semester sebelumnya. Liburan kemarin dia sengaja enggak ikut semester pendek. Padahal, Jisoo sudah merayu supaya dia ambil semester pendek, tapi rayuannya belum mempan. Taeyong lebih mementingkan buat bolak-balik datang ke rumahnya alih-alih mendaftar. Yang artinya dia juga enggak bisa ambil kkn semester ini. Begitu saat Jisoo sama Hwasa lagi ngomongin soal kkn, Taeyong kontan menyesal. Dia mengeluh dan protes nilai sksnya yang kurang buat ambil kkn.
Tepat saat mereka sedang membicarakan pemuda tersebut. Chat Jisoo yang sebelumnya belum dibalas sekarang dapat balasan. Dugaannya benar kalau semalam dia tidur jam setengah empat pagi dan baru kebangun. Kepalanya geleng-geleng heran. Membaca rentetan pesan permintaan maaf yang membanjiri ruang obrolan mereka.
Jisoo
Gak perlu dijemput
Aku udah berangkat sama Johnny
Nanti siang aja ketemuan di kampus
Mendingan kamu balik tidur, biar kepalanya gak pusing karena kurang tidur
“Jis.”
“Ya?” Wajahnya mendongak. Kontan tersentak saat Johnny mengulurkan helm padanya yang masih teranggurkan di atas jok motor. “Bentar, bentar. Gue pakai dulu.”
Cepat-cepat dia memakai helm. Sedang Johnny mengeluarkan motor dari garasi. Enggan membuat si teman menunggu lama, Jisoo segera naik tanpa diperintah dan membiarkan Johnny mengendarai kendaraan roda duanya bersama Jisoo yang membonceng di belakang.
Untung jarak kosan sama kampus enggak jauh-jauh amat. Mereka sampai kampus tepat waktu bahkan sebelum jam delapan pagi. Karena beda fakultas, Johnny sengaja turunin Jisoo di area fakultas seni yang lokasinya paling dekat sama fakultas psikologi dan searah menuju fakultasnya.
“Helmnya,” tegur Johnny tersenyum geli sama kelakuan Jisoo yang hampir lupa melepas helm di kepala. Tadinya dia mau asal nyelenong pergi setelah bilang makasih.
“Ya ampun, lupa!” Jisoo tertawa malu. Tangannya yang belum sampai menyentuh gesper helm, keduluan oleh tangan Johnny yang mengambil alih. Menolongnya melepas helm saat merasa Jisoo tengah terburu-buru masuk kelas.
“Makasih,” ucapnya yang langsung dibalas anggukan dan senyuman hangat. “Gue ke kelas dulu, ya. Lo hati-hati di jalan.”
“Iya. Gue tahu,” balasnya. “Lo juga hati-hati di kelas.”
“Hehe. Siap!”
Jisoo lalu berjalan setengah lari menuju fakultas, sementara Johnny melajukan motornya lagi. Kali ini tujuannya ke fakultas hukum dulu sebelum ke gedung ukm.
• s h a m e l e s s •
“Beneran mereka pacaran?”
“Iya. lo gak lihat dari tadi mereka berduaan.”
“Makanya kalau lihat pakai mata, bukan mulut,” komentar galak temannya.
“Kok ceweknya bisa mau?” sahut cewek satunya lagi di tengah obrolan sekelompok mahasiswi di kantin. “Cowoknya kan, brengsek. Buayanya sefakultas ekonomi. Emang yakin dia udah tobat? Kok gue ragu.”
“Ngapain lo yang ragu? Lo aja bukan pacarnya.”
“Maksudnya—”
“Lihat nanti. Gak lama lagi pasti putus,” kata si cewek baju kuning percaya diri.
Lalu cewek sebelumnya, yang mengaku ragu sama perubahan Taeyong yang tiba-tiba punya pacar, menimpali lagi, “Lagian kalian percaya amat. Yang namanya cowok berengsek, gak bakalan berubah. Selama berengsek tetaplah berengsek.”
“Haha. Iya, gue tahu lo salah satu korban ghosting si Taeyong.”
“Ssst, pelan-pelan,” tegur si rambut panjang. “Taeyong noleh. Dia denger omongan lo!”
Bukan cuma Taeyong kok, Jisoo juga denger suara mereka yang lumayan ramai itu. Mungkin bukan omongan mereka saja yang hari ini dia dengar. Nyaris di mana-mana Jisoo mendengar topik sama tentang mereka. Bahkan setelah liburan orang-orang ini masih “peduli” soal hubungan mereka. Seolah apa yang mereka lakukan berdua hanya akan jadi trending topik obrolan.
Perlahan-lahan Jisoo mencoba menerima keadaan dengan positif thinking. Bersikeras menyingkirkan rasa cemas dan keraguan yang kadang kala mampir di kepala. Beruntung Taeyong selalu siap pasang badan jika dirasa pikiran Jisoo mulai nakal. Dia akan menegurnya dengan sentuhan tangan atau bisikan kalimat favoritenya itu.
“Perlu aku tegur mereka?”
“Ga-gak. Gak perlu, Yong.” Jisoo segera menahan lengan Taeyong yang sempat akan berdiri guna menegur sekelompok penggosip di meja sebelah. “Yang ada mereka jadi melantur omongannya.”
“Habisan bikin kamu gak nyaman.”
“Sementara. Nanti lama kelamaan aku terbiasa kok,” ujarnya menyakinkan dirinya. “Kamu sendiri yang bilang aku masih newbie. Belum terbiasa go public juga.”
Awalnya Jisoo masih pengen backstreet. Tapi mengingat kondisi yang dulu-dulu, dia kemudian memberanikan diri buat go public. Membuktikan pada orang-orang bahwa dia ini kekasihnya Taeyong. Laki-laki yang dapat julukan buaya sefakultas ekonomi itu.
“Oke. Kali ini aku nurut.” Andai bukan Jisoo di depannya, paling wajah Taeyong sudah jadi masam. Lama-lama omongan mereka didengarin rese juga. Taeyong lagi berusaha keras menahan dorongan buat enggak ngamuk di depan Jisoo, sama orang-orang yang seenak jidat mereka menilai pasangannya.
Dia enggak masalah apa yang orang gosipkan selama itu tentang dirinya sendiri. Dia hanya bermasalah ketika mereka menggosipkan Jisoo. Rasanya Taeyong ingin membungkam mulut-mulut kurang ajar itu dengan lakban.
“Pindah ke gedung administrasi aja, yuk? Hwasa udah sampai kampus juga,” katanya sambil berdiri.
Taeyong mengikuti. Namun, sebelum Jisoo melangkah duluan dia bergerak cepat mengambil alih tangannya. Kalau tidak bisa mendiamkan mulut mereka dengan lakban, lebih baik dia diamkan dengan tindakan. Taeyong bukan lagi sengaja mengandeng tangan Jisoo di depan mata orang yang diam-diam sedang mengamati. Melainkan, dia memang paling suka menyatukan tangan mereka.
Yah, karena baginya kedua tangannya diciptakan untuk jadi pasangan kedua tangan Jisoo.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top