01. Lover

Sore ini selesai mandiin ibunya, Jisoo lalu beres-beres rumah. Mulai dari nyapu, buang sampah, ngepel, dan nyuci piring baru kemudian dia mandi. Selesai mandi dan bersih-bersih diri dia pun baru bisa menyuapi ibunya makan.

Hanya ketika dia lagi ada di rumah selama libur kuliah. Kegiatan rumah semua Jisoo lakukan sendiri, termasuk merawat ibunya juga. Saat waktunya balik ke rantau buat berkuliah, yang jaga rumah sama ibunya tetaplah Miss Solar. Atau kadang kala Tante Dara gantian jagain ibu di sela-sela waktu luang beliau.

Kebetulan saat ini kuliah lagi libur semester. Jadi, dia punya banyak waktu luang merawat ibunya. Libur satu bulan lebih rasanya masih kurang bagi Jisoo yang hanya tinggal di rumah dan mengurus ibu sendiri. Maunya libur diperpanjang lagi supaya bisa lebih lama tinggal di sisi ibunya.

Biarpun ibu tidak lagi mengingatnya sebagai putrinya yang sudah dewasa, Jisoo tidak pernah mempermasalahkannya. Malah merasa baik-baik saja. Selama liburan ini, dia selalu merasa hangat bersama ibunya. Sesuatu yang dulu jarang dia dapatkan saat ibu masih sehat. Kali ini di antara mereka tak ada lagi gangguan yang namanya pekerjaan, yang akan mencuri ibu darinya. Kali ini Jisoo-lah yang mencuri ibunya dari mereka.

Dan layaknya mengurus seorang bayi. Jisoo merawat ibunya penuh kehati-hatian. Sedikitpun tak ingin membuat ibu merasa tak nyaman atas perhatiannya. Ketika menyuapi beliau makan, dia selalu berjenaka menirukan suara para ibu saat hendak menyuapi anak mereka. Kadang-kadang juga menirukan nada kereta api, apalagi ketika ibunya enggan membuka mulutnya itu. Lalu selesai makan, biasanya Jisoo mengajak ibu jalan-jalan keluar rumah. Menikmati angin sore sembari keliling kompleks dan mengenal para tetangga.

Beruntungnya mereka pindah di komplek yang welcome terhadap warga baru. Sejauh ini mereka tinggal di sini Jisoo belum menemukan masalah sama tetangga. Semua aman-aman saja dan semoga seterusnya begini.

Saat mereka baru kembali dari sesi jalan-jalan sore kompleks. Jisoo melihat sebuah mobil parkir di depan halaman rumah. Mengenali jenis kendaraan roda empat tersebut, dia lantas tersenyum dan berbisik riang kepada ibunya.

“Lihat, Bu. Siapa yang datang kemari.”

Senyum mengembang kian lebar di wajahnya. Rasa capek mengurus segala sesuatu seketika hilang. Melihat ibu yang tersenyum hangat, sungguh membuat dunia Jisoo terasa demikian damai. Lebih-lebih saat orang itu turut hadir dalam kedamaiannya.

Jisoo mendorong kursi roda ibu. Pulang ke rumah dan menyusul laki-laki yang memang rutin bertamu ke rumah selama liburan semester ini. Bisa dibilang malahan dia kayak tuan rumah saking seringnya tinggal. Kalau enggak ditegur, orangnya pasti enggak bakalan mau pulang ke rumahnya sendiri.

“Kok sampainya tepat waktu? Gak jadi macet jalannya?”

Taeyong mendongak ke arahnya setelah perhatiannya sempat teralihkan sama ibu Jisoo yang langsung mengenggam erat tangan Taeyong. Seolah beliau bertemu seseorang dari masa lalunya yang seringkali dia sebut selain Jisoo versi anak-anak.

“Macet. Tapi gak parah banget,” ujarnya merasa hangat dapat melihat wajah pacarnya lagi setelah beberapa hari absen.

Padahal, waktu di jalan dia berencana bakalan narik Jisoo ke pelukannya begitu mereka ketemu. Tapi karena ada ibu sang pacar, dia menahan dorongan tersebut. Menunda sementara rasa rindu yang menggebu-gebu tak sabaran ini.

“Kalian baru selesai jalan-jalan sorenya?”

“Iya.” Lalu Jisoo memerhatikan raut ibunya yang masih menghangat melihat Taeyong. “Kita istirahat di dalam, ya, Bu?” bisiknya sembari mendorong kursi roda dan mengajak Taeyong masuk ke dalam.

Taeyong sering nginep. Sehingga Jisoo tidak perlu lagi menunjukkan tempat istirahatnya di rumah ini. Pemuda ini tahu ke mana dia harus tinggal untuk beristirahat. Kamar Jisoo selalu jadi tempat tinggalnya. Sementara si pemilik kamar selalu tidur bersama ibunya.

Sementara Taeyong pergi ke kamarnya, Jisoo mengantarkan ibu ke dalam kamar. Ibunya ini selalu tidur sore setelah minum obat. Kalau ibu sudah istirahat begini, barulah Jisoo keluar dari kamar. Mencari Taeyong di kamarnya yang ternyata sudah tergeletak kelelahan di atas kasur. Dia pasti kelelahan setelah melakukan perjalanan luar kota menuju kemari.

Kedua matanya sempat terpejam rapat. Namun, menyadari Jisoo masuk ke dalam kamar matanya lalu terbuka lebar. Taeyong segera meloncat bangun dari kasur. Berjalan cepat mendekati Jisoo sebelum kemudian menarik tubuh pacarnya itu ke pelukannya.

“Kangen.”

Jisoo tersenyum geli.

“Kangen kamu.”

Lagi, dia tersenyum geli.

“Kangen kamu banget!”

“Cuma tiga hari gak ketemu, lho,” balasnya.

Pelukannya semakin mengencang. Jisoo tertawa karena setiap kali Taeyong memeluknya, dia selalu mencari kesempatan mengendus di sela-sela lehernya. Membaui wewangian yang menguar dari tubuhnya. Taeyong pernah bilang baunya selalu jadi favoritenya dan Jisoo langsung mengolok-olok pilihannya itu.

“Tiga hari seperti tiga tahun.”

Kelakarnya pun bersua tak tertahankan. Tak mampu menahan diri tak merasa geli dengan kata-kata cheesy milik Taeyong. Entah sejak kapan pemuda ini jadi begini. Sikapnya mendadak sering manja setelah mereka benar-benar jadi pasangan kekasih.

Setelah banyak hal terjadi. Kali ini mereka benar-benar menjalin hubungan pasangan kekasih layaknya pasangan pada umumnya. Taeyong pernah bilang kalau mereka baru ini benar-benar merasakan yang namanya pacaran, semenjak sama-sama confess beberapa waktu lalu. Bukan sejak sama-sama saling tahu mereka saling suka.

“Tiga hari, Yong.”

“Seperti tiga tahun, Sayang,” sambungnya lalu melepaskan pelukan untuk sekadar melihat seruat yang terus dirindukan ini. Sebelum kembali lagi memeluknya erat-erat.

Jisoo tak mampu protes. Justru kalau protes, sikap manja Taeyong akan semakin brutal. Jisoo sudah pernah mengalaminya. Sehingga memilih diam di tempat dan membiarkan Taeyong menyalurkan kerinduan itu terhadapnya.

“Omong-omong, jadinya gimana?” tanya Taeyong tanpa melepaskan diri darinya.

Jisoo mengangkat satu alis. “Soal apa?”

“Soal itu,” lanjutnya. “Soal tinggal bareng.”

Dia kemudian diam. Lupa kalau sepekan lalu Taeyong menawarkan sebuah ide agar mereka tinggal bersama dalam satu kos-kosan setelah liburan usai. Taeyong menyuruhnya keluar dari kos-kosan sekarang bareng kedua teman baiknya, Hwasa dan Johnny, sedang dia sendiri akan keluar dari kontrakannya.

Jisoo masih bimbang. Sebab itu, dia belum memberinya jawaban tentang keputusannya pindah. Dan dia juga bingung harus bicara apa ke Hwasa dan Johnny kalau tiba-tiba keluar dari kos dan memutuskan ngekost bareng Taeyong.

Jisoo begitu memikirkannya. Sampai-sampai dia mencari jawaban itu di internet. Bukan hal aneh, karena faktanya dia sangat bimbang jika ditanya apa pilihannya.

Benar bahwa Taeyong sering menginap di rumahnya, tapi di sini juga ada ibu Jisoo meskipun beliau sakit. Sementara ngekos bareng, maka tidak ada orang ketiga di antara mereka. Jisoo hanya ragu segalanya tidak akan menjadi baik-baik saja bila mereka ngotot tinggal seatap. Di satu sisi kalau dia nolak khawatir Taeyong kecewa.

Apa memang mereka harus tinggal bareng?

apa nggak ada yg mau nebak jg, mbak hwasa nikah sama siapa 💁🏻‍♀️heuehehee

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top