00. Shameless
Rasanya baru kemarin dia lulus kuliah. Nyatanya sudah tujuh tahun sendiri dia meninggalkan kampus dan kota penuh kenangan ini. Semenjak resmi lulus, dia belum pernah lagi bertandang kemari. Baru kali ini setelah dapat desakan dari temannya yang menyuruhnya agar ikut meramaikan acara.
Ia melihat sekelilingnya dengan tatapan nyaris sama seperti beberapa waktu lalu, saat ketika dia datang pertama kali untuk mendaftar kuliah. Sama seperti dulu, di mana dia tetap dibuat kagum oleh bangunan yang ada di area kampus. Banyak hal berubah. Gedung yang dulu enggak ada waktu jamannya, sekarang ada bangunan baru. Yang dulu terlihat terlihat tua kemakan usia, sekarang jadi lebih terawat. Bahkan taman yang sering dia jadikan tongkrongan selama jam istirahat, sekarang jadi terlihat lebih bagus.
Melihat segala perubahan di kampus. Diam-diam membuatnya iri sebagai alumni, pada mahasiswa angkatan baru ini. Mereka dapat menikmati hal-hal baru di kampus setelah alumni sebelumnya lulus.
Banyak yang berubah. Dengar-dengar juga di kampus sekarang ada kafe baru sebelah gedung informasi. Kafe yang katanya pernah viral di medsos. Hwasa sering banget pamer lagi nongkrong di kafe kampus di chat. Katanya red velvet cake-nya yang terbaik dan dia wajib nyoba kalau lagi main ke kampus.
Sekarang dia ada di sini. Tapi sementara dia belum ada keinginan buat ke sana. Paling nanti jika ada kesempatan. Lagi pula dia ini sudah datang terlambat ke acara reuni. Kalau enggak buru-buru pergi ke tempat acara sekarang, maka kesempatannya bertemu teman-teman kuliahnya hilang. Lebih-lebih dia sudah janjian sama Hwasa buat ketemuan di depan pintu masuk.
Cuma karena dia telat banget, Hwasa masuk duluan. Sementara dia saat itu masih dalam perjalanan naik kereta api. Setelah tanya sana-sini sama petugas demi mendapatkan tiket baru lagi.
Yah, gara-gara salah beli tiket jadinya begini, deh. Telat.
Yang namanya reuni itu pasti ramai. Banyak orang yang datang. Bukan cuma dari kalangan alumni mahasiswa-mahasiswi kampus, tapi ada pula tambahan keluarga dari para alumni yang turut hadir menemani ke acara. Sejak memasuki gedung tempat reuni, dia terus melihat orang-orang datang bersama pasangan masing-masing dan keluarga kecil mereka. Banyak juga orang yang membawa anak dan suaminya. Mungkin cuma dia yang sengaja datang sendiri.
Dia terlambat sehingga melewatkan sesi photo di awal. Dekat pintu masuk harusnya ada petugas yang mengarahkannya ke stand photo. Tapi waktu masuk, enggak satu pun petugas yang mengarahkannya. Makanya dia langsung nyelonong masuk guna mencari keberadaan si teman.
“Eh! Lo Jisoo, kan?” Seseorang menyapanya begitu menyadarinya lewat dengan langkah terburu-buru.
Jisoo seketika berhenti, lalu menoleh dengan alis bertautan. Penasaran sama orang yang menyapanya barusan. Samar-samar dia mengingat wajah seseorang.
“Ini gue Kei.”
“Kei?” Refleks mulutnya terngangga. Tak percaya bahwa perempuan yang dulu selalu terlihat serius—persis dirinya waktu itu—kini jadi berbeda.
Kei sekarang tampak menonjol dengan rambut bob pirang. Make-up smokey eye-nya membuat matanya terlihat agak sedikit garang dibanding Kei dulu yang selalu terlihat lembut. Pantesan Jisoo lupa-lupa ingat wajahnya.
“Kei? Hei! Apa kabar?” Kedua perempuan itu sontak saling berpelukan dan mengobrol setelah menanyakan kabar masing-masing.
Dibanding Jisoo yang lebih banyak menyimak dan hanya menimpali seadanya, Kei orangnya agak banyak bicara. Ternyata bukan hanya cara perempuan ini bergaya yang berbeda, cara bicara dan sikapnya hampir beda dari Kei waktu kuliah. Dia menceritakan sebagian dari pengalaman tujuh tahunnya setelah lulus. Mulai dari kehidupan pekerjaan sampai statusnya yang pernah menjadi janda setelah ditinggalkan suami pertama. Sekarang dia punya suami baru dan belum punya momongan.
Kei sebenarnya datang bareng suaminya. Kebetulan orang itu lagi pamit ke toilet tepat sebelum Kei menyadari keberadaan Jisoo.
“Lo sendiri apa yang berubah?”
“Gini-gini ajalah. Gak banyak yang berubah.”
Kei menyipitkan mata. Sedikit kurang setuju aama jawabannya. Baginya Jisoo yang sekarang terlihat lebih terbuka dibandingkan dulu serba tertutup dan orangnya condong lebih serius.
“Udah nikah?”
Jisoo versi dulu mungkin enggan berbagi kehidupan pribadinya. Namun, Jisoo sekarang terlihat luwes dan tersenyum dengan bangga saat menunjukkan cincin di jarinya.
“Sebenarnya belum. Cuma kemarin baru sempat tunangan.”
Kei mengangguk dan tak lupa memberinya selamat. “Jadi, datang ditemenin sama pasangan dong?”
“Sendirian. Jadwalnya enggak cocok. Lagian enggak ada bedanya mau ditemanin atau enggak.” Lalu Jisoo melanjutkan lagi, “Kei, maaf banget, nih. Tapi gue harus ke sana dulu. Lain kali kita ngobrol lagi aja, ya. Atau mungkin setelah acara kita—”
“Justru setelah ini gue mau cepat-cepat pulang soalnya mau pergi keluar kota juga.”
“Oh ...?”
Kei menyodorkan ponselnya. “Tukeran kontak aja. Kalau ada jadwal pas, nanti kita meet up. Sekalian ajakin anak sefakultas juga. Hari ini yang datang lumayan dikit, terutama dari kelas kita.”
Jisoo kemudian bertukar kontak sama Kei. Sebelum pamit pergi menemui Hwasa, yang telah melambaikan tangan penuh semangat ke arahnya sambil mengendong putranya.
“Ah! Gue lupa nanya pasangannya,” gumam Kei menyesal lupa menanyakan nama pasangan Jisoo.
Bukan perkara penting, sih. Sebenarnya dia pengen tahu doang, Jisoo masih sama buaya sefakultas ekonomi itu atau sebaliknya beneran pisah. Karena dulu pernah dengar berita kalau mereka putus. Waktu mereka pacaran sempat bikin geger kampus, waktu putus sama saja. Dan yang paling membekas diingatan Kei waktu itu, adegan adu tonjok antara Taeyong dan Johnny di parkiran dekat Fakultas Psikologi.
Entah apa masalahnya. Tapi keributan kedua pria tersebut langsung bikin geger sekampus. Salah satu di antara mereka bahkan sampai kena skorsing dari kampus. Rumornya sih, ada hubungannya sama Jisoo.
Kei mau menyinggung, tapi sungkan. Lagian masalahnya beberapa tahun lalu.
Sementara di tempat lain, Jisoo dan Hwasa terlihat senang bertemu lagi setelah terakhir pertemuan mereka di tempat Johnny. Kalau mereka ketemu seperti biasa pasti Hwasa yang banyak bicara. Sampai-sampai dia lupa buat mengurus putranya, yang seringkali dilemparkan ke Jisoo buat diurus balik.
“Gue denger-denger katanya Taeyong udah balik dari Singapura. Tapi orangnya kayaknya gak datang ke sini.”
“Mungkin orangnya sibuk, makanya gak sempat datang.” Jisoo lalu tersenyum begitu menyadari keanehan dari tatapan Hwasa. “Kenapa, Sa? Gue cuma nanggapin omongan lo doang, kok.”
“Atau mungkin orangnya gak mau ketemu lo,” kelakarnya. “Kalau beneran. Sumpah, dia cupu banget! Hahaha.”
Hwasa spontan tertawa terbahak-bahak. Jisoo sekadar tersenyum menanggapi santai lelucon temannya ini.
“Habis ini jadi ke tempat Johnny, kan?”
Jisoo mengiyakan.
“Dih! Itu om-om gak malu apa ya, suka banget nyuruh dua gadis main ke tempatnya.” Jisoo tersenyum geli mendengar Hwasa menyebut diir mereka “gadis” sementara Hwasa sudah jadi seorang ibu dua anak.
Sudah tujuh tahun lewat semenjak kelulusan mereka. Banyak hal berubah, termasuk dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Entah perubahan ini membawa kebaikan atau keburukan bagi masing-masing orang. Baik atau buruk mereka tetap harus menerima dan menjalani dunia baru dengan lapang dada.
Jisoo diam-diam menggulum senyum tatkala mengingat kembali semua masa lalunya di kota penuh kenangan ini. Mengenang masa lalu untuk membuatnya bersyukur karena berkat kehidupan di sini, dia bisa survive di kehidupannya sekarang demi menjadi dirinya versi lebih matang. Memang saat-saat paling membahagiakan saat ketika dia bersama orang-orang di sini. Namun, kebahagiaan itu juga tak kalah dengan miliknya sekarang ini.
Dalam kenangan itu. Selalu ada satu ungkapan yang cukup menggambarkan perasaannya kala mengenang segalanya.
“Remember. I love you.”
Senyuman kian melebar seiring kehangatan bersemayam pada sanubarinya.
“Always.”
Kata tersebut selalu jadi balasan, tatkala ungkapan itu terngiang di kepalanya.
HERE WE GO AGAIN!
Hehe akhirnya final stage buat Shameless brojol juga. Agak sangat lama ya ... ya, maaf soalnya biar matang aja semedinya di kepala 😅
Prolog dimulai dengan tebak-tebakan. Hayo, tebak siapa kira-kira tunangannya.
Apa mungkin orang lain? Apa mungkin Johnny? Apa mungkin tetap Taeyong? 🤷🏻♀️
Apa mungkin aku jodohnya mereka berdua 💁🏻♀️
Apa pun hasilnya, yang pasti Shameless happy ending! HAHAHA AKU SPOILER ENDING 🧏🏻♀️
happy end with who ...? 🤦🏻♀️
Kali ini tema lagu buat final stage, The Lonelinest by Maneskin. (Entah buat kapal atau entah buat lainnya) hehehe.
Hmm, syarat baca ini kali ini enggak usah sabar. Cukup baca part 1&2 aja. Dah, gitu aja. Sekian dan terima kasih!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top