Shaddan || 5

Shaddan melangkahkan kakinya menuju taman belakang sekolah. Ia bersandar pada pohon mangga. Sembari menyalakan benda beracun yang ia selalu bawa.

Ia menyesapnya dengan hikmat. Menopang satu lengan di dengkul sebelah kakinya.

Shaddan merasakan kecewa untuk yang kedua kalinya. Sekarang ia kecewa pada papahnya sendiri. Apa yang Shaddan katakan pada Eldric beberapa menit yang lalu, memang adanya. Jika papahnya lebih mengalus-ngaluskan perhatian pada Shan. Di banding pada dirinya.

Shaddan membuang gumpalan asap ke udara.

Katakan jika Shaddan keterlaliuan. Namun memang sifat Shaddan adanya seperti itu.

Shaddan sesekali melihat pada pohon yang tertiup oleh angin.

"Cowok tuh kebiasaan ya. Kalau lagi ada masalah pasti ngerokok. Kalau nggak ngeroko larinya ke tempat klub. Emangnya dengan semua itu bisa ngilangin masalah ya?" tanya seorang cewek yang saling bersebrangan dengan Shaddan, sembari bersandar di pohon.

Shaddan dengan cepat menengok ke asal suara itu.

"Hai!" sapa cewek itu pada Shaddan, ketika Shaddan menunjukan wajahnya.

Sejak di mana mereka bertemu di tempat dermaga. Mereka tak lagi bertemu.

Namun kedua nya seperti di paksakan oleh Tuhan agar mereka di pertemukan kembali.

Seperti sekarang Noura resmi menjadi siswi baru di sekolah SMA Pelita.

"Noura! Lo ngapain di sini? Berasa lo setan yang menjelma manusia, terus ngikutin gue," kata Shaddan cepat.

Noura mengubah posisi duduknya menghadap pada Shaddan. "Jahat banget, sampe gue di katain setan."

"Jadi lo bukan setan?"

"Bukan lah. Gue tuh manusia yang lagi patah hati," gurau Noura sembari tertawa renyah.

"Bisa bercanda juga lo," kata Shaddan.

Noura merampas benda beracun itu dari capitan di jari Shaddan. Lalu membuangnya.

"Kok di buang?" tanya Shaddan.

"Nggak baik buat kesehatan lo, lo masih pengen hidup sehat 'kan. Mangkanya jauhin beda itu,"

Shaddan sekarang duduk di hadapan Noura. "Baru kali ini ada yang ngelarang gue ngerokok, kecuali kedua orang tua gue nggak tau."

"Emangnya pacar lo nggak ngelarang gitu?"

Shaddan menggeleng. "Enggak! Dia mah kayak masa bodo gitu sama gue. Emang gue nya nggak suka dilarang sih!"

"Masa sih kayak gitu?"

"Kalau lo nggak percaya ya nggak pa-pa sih, tapi gue lagi jujur nih sama lo,"

Noura terkekeh. "Iya gue percaya sama lo. Lain kali nggak boleh lagi ngerokok."

"Siap ibu negara Noura,"

Noura berdecak. "Malah bercanda."

"Oh ya! Lo ngapain di sekolah ini?" tanya Shaddan penasaran.

"Gue pindah sekolah dari sekolah yang lama. Karna gue pengen ngejauh dari dia," ucapnya. "Tapi gue nggak nyangka aja lo ternyata sekolah di sini juga."

Shaddan menoel pipi Noura. "Lo ngikutin gue ya! Pake ada alesan pengen ngejauh dari mantan lo."

"Gue serius. Gue bener-bener nggak tau, kalau lo juga sekolah di sini."

"Oke deh, gue percaya sama lo."

"Harus percaya. Karna Noura selalu jujur dalam berkata," ucapnya dengan terkekeh.

"Lebay banget lo,"

Noura terkekeh.

"Ngomong-ngomong, lo sering bolos di waktu jam pelajaran?" selidik Noura.

"Kayaknya gue nggak perlu kasih tau lo ya."

"Dasar masih aja ada siswa nakal,"

"Termasuk lo juga nakal ya?" tanya Shaddan balik.

"Enak aja. Gue nggak kayak lo yang sering bolos,"

Shaddan tertawa. "Kalau lo nggak bolos. Terus yang sekarang lo di sini ngapain,"

Noura baru saja menyadarinya. "Ya ampun, tadinya gue mau ke toilet. Dan---"

"Dan, pasti gara-gara gue deh." sambar Shaddan.

"Emang iya sih! Salah lo ini tau." Noura berdiri dari posisi duduknya. "Gue duluan ya,"

"Istirahat gue tunggu lo di kantin," ucap Shaddan.

"Oke!"

Noura pun secepatnya bergegas kembali menuju kelasnya.

Shaddan menggelengkan kepalanya. Ketika Noura sudah jauh dari pandangan nya.

~~~

Jam istirahat sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Shaddan dan Rion berada di kantin sekarang.

Shaddan menyenderkan di tembok, sembari menaikan kedua kaki nya di atas meja.

Rion tengah menyuapkan mi ayam ke dalam mulutnya. Namun tak untuk Shaddan, ia tak pernah jauh dengan benda beracun itu.

Davira menghampiri Shaddan, ia duduk saling berhadapan dengan Shaddan.

"Shaddan! Kasih kesempatan buat gue. Gue nggak mau kehilangan lo, Shan yang udah maksa gue."

Shaddan mengacuhkan nya. Rion tak ingin ikut campur dengan masalah sepupunya. Ia masih menikmati makanan nya.

"Gue tau! Lo masih sayang sama gue 'kan. Lo nggak mungkin ngelupain perasaan lo gitu aja sama gue,"

Lagi-lagi Shaddan mengacuhkan nya.

Tiba-tiba Shan menghampiri Davira. Shan menatap Shaddan tanpa ekspresi seolah-olah ia tak mempunyai salah.

"Kalau lo nggak mau sama Davira lagi. Lepasin dia buat gue," ucap Shan pada Shaddan.

Rion mengalihkan pandangan nya pada Shan.

Shaddan tersenyum miring. "Ambil aja. Karna gue nggak butuh dia lagi. Karna untuk apa gue perjuangin orang yang udah penghianat,"

Davira menggeleng kuat. "Gue sayang sama lo Shaddan!"

Shan merasa cemburu ketika Davira mengatakan itu pada Shaddan.

"Davira! Lo nggak usah takut, karna gue di sini yang akan bahagiain lo," ucap Shan sembari menyekal pergelangan Davira.

"Nah bener! Orang kayak kalian sama-sama yang penghianat layak untuk bersatu," tawa Shaddan dengan remeh.

Shan mengepal sebelah tangan nya. Kemudian ia membawa Davira pergi dari sana.

"Shan keterlaluan banget. Dia kayak nggak punya malu apa lagi punya rasa bersalah," ucap Rion.

"Bodo amat anjir! Mulai sekarang gue kagak lagi peduli sama mereka," balas Shaddan.

Ketika Shaddan mengarahkan pandangan matanya ke pintu masuk kantin. Ia melihat Noura bersama seorang cowok di samping nya.

"Noura." panggil Shaddan.

Noura mencari asal di mana Shaddan duduk.

"Siapa Noura?" tanya Rion.

"Lo kenalan sendiri sama dia,"

Ketika Noura melihat keberadaan Shaddan. Ia menghampiri tempat duduk Shaddan.

"Duduk," kata Shaddan.

Noura duduk di bangku saling berhadapan dengan Shaddan.

Shaddan melirik cowok yang bersama Noura di sampingnya.

"Nggak pa-pa 'kan gue ajak Atreo gabung di sini," ucap Noura.

Shaddan mengangguk kecil. Atreo salah satu siswa yang pernah di ajak duel oleh Shaddan.

Shaddan dan Atreo saling memandang. Namun itu hanya sesaat.

Rion mengulurkan tangan nya pada Noura. "Gue Rion. Rion sepupunya si curutboy Shaddan,"

Noura menjabat uluran tangan Shaddan. "Lucu banget panggilan nya curutboy,"

Rion terkekeh. "Lo murid baru ya?"

"Kalau lo baru liat gue. Berarti gue murid baru di sekolah ini," kata Noura.

"Bener juga sih ya," ucap Rion.

Atreo menoleh pada Noura. "Lo mau pesen apa?"

"Apa aja deh,"

Atreo mengangguk, lalu ia pergi untuk memesan makanan.

Noura mengibas-ngibaskan asap yang di tumbulkan benda beracun yang Shaddan hisap.

"Sorry ya," ucap Shaddan sembari mematikan benda beracun itu.

"Gue kira lo nggak lagi nyentuh itu," kata Noura.

"Sehari nggak nyesap tuh rasanya hambar,"

"Sehambar kalau dia jomblo sekarang," sindir Rion.

"Emang lo nggak jomblo?" tanya Noura balik.

Rion mengaruk tekuk lehernya. "Jomblo untuk sementara aja sih,"

Noura tertawa terkekeh.

Shaddan memperhatikan cara Noura tertawa. Cara Noura menyelipkan beberapa helaian rambut ke belakang daun telinga.

Noura menoleh pada Shaddan sembari menaikan sebelah alisnya. "Kenapa?"

"Nggak pa-pa," jawab Shaddan kikuk.

Tak lama Atreo datang sembari memberikan satu porsi baso buat Noura.

"Makasih ya," ucap Noura. Noura bergantian melihat ke arah Shaddan dan Rion. "Kalian udah makan?"

"Gue sih udah! Kalau Shaddan dia tuh susah kalau makan,"

"Kenapa? Emang nya nggak laper gitu?" tanya Noura. Sembari menuangkan saos ke dalam mangkuk baso.

"Biasa aja sih!" sahut Shaddan.

Shaddan memandang Atreo. "Muka lo biasa aja dong bos, nggak usah tegang."

Atreo mengacuhkan nya. Ia mengajak Noura mengobrol.

Shaddan merasa kesal. "Sialan." batin nya.

Dari kejauhan Davira sedari tadi memperhatikan Shaddan yang mengobrol bersama cewek yng tak ia kenali. "Siapa sih dia! Berani banget deketin Shaddan nya gue," batin nya kesal.

"Pokoknya Shaddan harus jadi milik gue lagi. Gue nggak mau kehilanga dia," ucapnya dengan tegas.

~~~

Setelah istirahat Shaddan tak masuk kelas. Melainkan ia pergi dari sekolay meski belum waktunya pulang.

Shaddan sekarang berada di depan sekolah TK, Ziya. Meski pun sifat Shaddan yang kelewat nakal. Tapi ia masih punya hati yang harus menjaga dan menyayangi adik kecil nya.

Beberapa menit Shaddan melihat Ziya Sesekali membetulkan tas yang di menenteng olehnya. Ia berjalan ke luar gerbang sekolah. Shaddan segera menghampiri adiknya.

"Bang Shaddan," panggil Ziya.

Shaddan langsung menggendong Ziya di depan.

"Gimana tadi belajarnya?" tanya Shaddan.

"Aku tadi di sekolah dapet nilai 80,"

"Wah adik abang pinter. Besok-besok nilai nya harus dapet 100 ya,"

Ziya mengangguk.

"Kita pulang ya,"

Akhirnya Shaddan mengantarkan Ziya untuk pulang.

Tak butuh waktu lama untuk Shaddan sampai di rumahnya.

Ia menurunkan Ziya dari atas motornya.

"Kamu masuk ke dalem ya,"

"Abang nggak ikut aku?"

Shaddan harus bisa memberikan alasan yang masuk akal. "Abang harus balik lagi ke sekolah. Kamu masuk gih,"

"Tapi abang pulang ya,"

Shaddan berjongkok di hadapan Ziya. "Cium dulu,"

Ziya langsung mengecup pipi kiri dan kanan Shaddan. Shaddan balik mengecup pipi Ziya.

Ziya secepatnya masuk ke dalam rumah dengan berlari kecil. "Maafin abang ya dek,"

Sejujurnya Shaddan merindukan keluarganya. Akan tetapi ia tak bisa berbuat apa-apa. Karena rasa kecewa nya terhadap Shan. Masih nggan untuk pulang.

Shaddan merindukan papah nya yang selalu mengajaknya bergurau. Namun semenjak Shaddan masuk SMA. Sikap Eldric justru berubah pada Shaddan.

"Papah maafin Shaddan, maafin Shaddan udah kelewatan sama papah. Tapi Shaddan kecewa karna papah nggak lagi pernah memperlihatkan cara perhatian papah sama aku."

"Mungkin papah capek terus terusan marah marah-marah sama aku. Tapi jujur pah, Shaddan di sini lebih capek. Shaddan capek jadi Shaddan kayak gini," gumamnya lirih.

Shaddan secepatnya pergi dari depan rumahnya mengendarai motor milik Rion.

~~~

Jangan lupa vote + comen nya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top