Shaddan 2 || 7

Ada yang kangen Shaddan?

Ada pemain baru, ini dia mereka.

FE STELA MEA

JOY ANIYA

AILA NAELON

Penasaran sama peran mereka, cus baca 😩
Kalau udah baca coba vote dan koment. Jangan baca doang!!!!!!!!!!

🐦🐦🐦

Setelah Shaddan pergi dari kedai kopi dan berpapasan dengan Lalita. Shaddan pergi yang entah akan kemana. Yang jelas Shaddan ingin menenangkan hati dan pikiran nya saat ini.

Berbarengan nya dengan sikap Shaddan yang berubah. Sama halnya dia jarang pulang ke rumah, pulang pun hanya ingin mengambil beberapa baju yang lain. Bahkan dia jarang sekali mampir ke Apartemen nya.

Entahlah apa yang membuat Shaddan seperti itu. Namun Shaddan merasa nyaman dengan Shaddan yang sekarng. Meksi lain di mata keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Shaddan memberhentikan motornya tepat di pinggir jalan. Setelah membuka helmnya Shaddan melangkahkan kaki nya mendekat ke penjual es cendol.

Di mana tempat itu dia pernah di sana bersama seseorang yang paling dia cintai. Bahkan sampai sekarang dia masih mencintai gadis itu. Gadis yang sudah membuat dirinya rindu dengan setengah mati.

"Ya allah, den Shaddan ke mana aja? Baru ke sini lagi?" tanya lelaki paruh baya yang bernama Akbar. Akbar sudah tahu bahwa Noura sudah pergi. Akbar yang tidak percaya bahwa Noura telah pergi.

Shaddan membalasnya dengan senyuman tipis. Akbr merasa ada yang aneh dengan Shaddan yang tidak menjawab pertanyaan nya. Namun Akbar tidak begitu memperdulikan nya.

"Den mau es cendol? Biar saya yang buatin gratis deh buat den Shaddan."

Shaddan menggeleng.

Kasian liat den Shaddan, gusti. Akbar membatin.

"Ya udah saya lanjut layanin pembeli dulu ya,"

Shaddan mangguk kecil.

Shaddan rindu Noura!

"Aww,"

🐦🐦🐦

Tiga orang perepempuan sedang menyusuri trotoar. Dan sekita 20 menit yang lalu mereka baru saja keluar dari kampus. Tetapi salah satu dari ketiga perempuan itu mengajaknya terlebih dahulu untuk beli es cendol yang sudah menjadi favorite mereka.

"Kalian tau kan dosen di kampus kita itu paling muda, udah ganteng, baik banget lagi," ucap salah satu dari mereka yang memiliki pipi Chubby.

"Harus gitu lo bahas pak dosen muda itu, kan gue jadi pengen di lamar sama dia," balas si perempuan rambut pendek sepundak.

Lalu mereka berdua tertawa hanya, saja perempuan yang memiliki tubuh ramping dan berwajah sangat cantik, hanya mendengarkan kedua sahabatnya membahas dosen baru di kampusnya. Dia tidak begitu tertarik untuk membahas hal tidak terlalu penting itu.

Yang terpenting dia ingin secepatnya pulang dan langsung memeluk guling kesayangan di kamarnya.

"Fe menurut lo gimana tentang pak dosen muda di kampus kita? Ganteng, imut, manis atau....."

"Biasa aja kata aku," sahut Fe yang memotong ucapan sahabatnya yang bernama Aila yang berpipi Chubby.

Mulut Aila dan Joy mengganga dengan tatapan tidak percaya yang di lontarkan Fe.

"Gue juga bilang apa, nih sahabat kita orangnya nggak pernah tertarik sama cowok. Gue takut aja sih sebenernya kalau Fe suka jeluk makan jeluk," ucap Joy bergurau.

"Apa? Kalian jangan mikir yang enggak-enggak deh," ucap Fe dengan melanjutkan langkah kakinya membiarkan kedua sahabatnya berpikir yang tidak-tidak tentang dirinya. Yang jelas dirinya bukanlah seperti yang ada di pikiran mereka.

"Fe tungguin!" teriak Aila dan Joy.

Fe menghiraukan nya. Tinggal beberapa langkah lagi Fe akan sampai di tempat penjual es cendol.

"Aww,"

Tubuh Fe tanpa sengaja menubruk punggung seseorang yang tengah melamun. Dan orang itu adala Shaddan.

Sontak saja tangan Fe menyentuh kedua pundak Shaddan yang dia tubruk tanpa di sengaja.

"Aila lo gimana sih kenapa harus dorong Fe?" tanya Joy dengan berbisik.

Aila memang sengaja mendorong Fe meski, niatnya Aila hanya bergurau saja, lagi pula dorongan Aila pada Fe tidak terlalu kuat.

"Sumpah gue bercanda, lagian tadi dorongan gue nggak kuat kok," balas Aila.

Kemudian mereka kembali fokus pada sahabatnya yaitu Fe yang masih dengan saling menatap dengan lelaki itu.

Fe dan Shaddan saling menatap untuk beberapa saat. Fe memberikan senyuman kecil yang di barengi dengan rasa malu. Namun tidak untuk Shaddan, yang hanya diam tanpa memberikan ekspresi datar.

"Maaf," ucap Fe sembari menjauhkan tangan nya dari pundak Shaddan. Shaddan tidak menjawab dia masih memberikan tatapan dingin dan datar.

Aila dan Joy mendekat ke arah Fe. Karena mereka takut jika lelaki yang tidak mereka kenali memarahi Fe.

"Fe lo nggak pa-pa? Maafin gue ya tadi gue nggak sengaja kok dorong lo," ucap Aila merasa bersalah.

Mereka memperhatikan Shaddan. Mereka sudah meyakinkan jika lelaki itu akan memaki mereka karena sudah menggangunya.

Shaddan berdiri dari posisi duduk nya. Dia mengambil salah satu batang rokok di dalam celana levisnya. Di nyalakan nya dengan pematik.

Dan Shaddan menghisab rokok itu lalu membuang asap ke udara.

Fe memperhatikan lelaki itu. Fe sedikit menggelengkan kepalanya, melihat sikap Shaddan yang seperti itu.

"Siapa yang nubruk gue?" tanya Shaddan dengan nada suara dingin. Namun mampu membuat ketiga perempuan itu tidak dapat menelan salivanya.

Mereka masih diam.

"Ini semua gara-gara lo Fe." Bisik Joy pada Fe.

"Kok aku? Jelas tadi Aila yang dorong aku kok," ucap Fe dengan lantang tanpa membalas berbisik pada Joy.

Shaddan menoleh pada Fe.

Joy dan Aila melotot pada Fe. Sedangkan Fe tidak begitu memperdulikan pelototan dari kedua sahabatnya.

Shaddan melangkah dua kali ke arah Fe. Pandangan yang masih fokus pada Fe.

"Maafin sahabat kita, jangan lo apa-apain sahabat kita," ucap Joy pada Shaddan.

"Iya, sahabat kita polos banget, jangan lo apa-apain sahabat kita ya," timpal Aila.

Shaddan menoleh pada Joy dan Aila memberikan tatapan tajam.

Lalu Shaddan kembali menatap pada Fe. "Kenapa lo nubruk gue?" tanyanya.

"Maaf, nggak sengaja," sahut Fe dengan rasa takut. Fe paling takut jika ada lelaki yang merah apalagi dengan nada dingin, dan memberikan tatapan tajam. Dia menundukan kepalanya sembari mencengkram buku yang dia pegang.

"Nggak sengaja?" Shaddan membuang putung rokok lalu menginjaknya.

Fe mengangguk. Sesekali dia melirik pada kedua sahabatnya. Namun Fe tidak melihat Aila dan Joy di sana.

Kok mereka ninggalin Fe. batin Fe. Fe celingak celinguk mencari kedua sahabatnya yang entah kemana mereka perginya.

Shaddan menyentuh pipi Fe dengan telunjuk, agar perempuan itu menatap wajahnya. "Kenapa harus nubruk gue?" tanya Shaddan. Seakan-akan Shaddan sedang mengintrogasi seseorang pencuri.

"Kan nggak sengaja," kata Fe masih dengan menundukan kepalanya.

"Jangan sok polos!" ujar Shaddan. Ucapan Shaddan begitu menohok di hatinya Fe.

"Kalau nggak sok polos, terus aku harus gimana? Tadi beneran nggak sengaja," ucap Fe dengan suara tenang.

Shaddan memberikan seringai kecil. Lagi-lagi Fe merasakan takut pada Shaddan. Keringat dingin tampak dia rasakan.

Ya ampun Fe harus gimana. Joy sama Aila tega banget ninggalin. Fe kambali membatin.

Shaddan merampas buku Fe dengan kasar. Lalu di baca nya judul buku itu. "Teori Sastra!"

"Balikan buku aku," pinta Fe.

Shaddan tidak memperdulikan nya. Dia membuka lembaran demi lembaran buku itu.

"Fe Stela Mea!" Shaddan menyebutkan nama yang tertulis di dalam buku itu di bagian akhir.

"Cukup! Balikin buku aku, aku harus pulang!" kata Fe dengan memberanikan diri, "kalau kamu masih permasalahin aku yang nubruk kamu nggak sengaja tadi, kayak nya nggak terlalu penting banget. Lagian kamu nggak pa-pa 'kan."

"Jadi---"

Shaddan membungkam mulut Fe dengan bibirnya sekilas.

Shaddan lagi-lagi menyeringai penuh dengan kemenangan. Kemudian Shaddan pergi meninggalkan Fe yang masih mematung. Setelah apa yang baru saja menimpa pada dirinya atau lebih tepatnya pada bibir Fe.

Tidak pernah terbayangkan oleh Fe jika lelaki yang tidak pernah dia kenali akan melakukan itu pada nya.

Hanya ada beberapa orang yang menyaksikan apa yang Shaddan lakukan pada Fe beberapa menit lalu.

Air mata Fe begitu saja menetes. "Apa dia nganggap Fe adalah cewek murahan," lirihnya.

"Sampe tega cium Fe di tempat umum." Fe menghapus air matanya

Fe secepatnya menghampiri Shaddan yang hendak naik motor. Fe menahan lengan Shaddan menatap Shaddan dengan sayup.

Shaddan diam, tanpa ingin bertanya mengapa perempuan itu menangis dan menahan lengan nya.

Plak!

Shaddan menyentuh pipi yang di tampar Fe.

"Kamu pikir aku cewek murahan?!" ucap Fe dengan lirih.

"Apa gue bilang lo cewek murahan, hm?!" tanya Shaddan. "Apa lo minta lagi?"

"Jaga ucapan kamu ya, dan kamu denger ya, aku bukan cewek murahan, aku bukan cewek yang kayak ada di pikiran kamu," ucap Fe dengan tegas. Masih dengan tangis nya.

Fe menendang tulang kering bagian kaki Shaddan. Shaddan meringis kesakitan.

Kemudian Fe pergi dari hadapan Shaddan.

Shaddan memperhatikan Fe yang mulai menjauh.

"Arghhh!" Shaddan mengacak-ngacak rambutnya dengan frustasi.

Shaddan tidak tahu apa yang sudah dia lakukan pada perempuan tadi. Karena Shaddan begitu saja melakukan nya tanpa berpikir dulu.

"Shaddan bajingan!" umpatnya diri sendiri dengan menggeram.

Shaddan merasa bersalah pada Fe. Tidak seharusnya dia seperti itu pada Fe. Apalagi sampai Fe menangis karena ulah setan nya dia.

Shaddan secepatnya naik ke atas motor.

🐦🐦🐦

Jangan lupa vote dan koment.
Yang belum vote di part 5 sama 6 jangaj lupa di vote yawww. Jangan cuman baca doang.
Apa susahnya vote.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top