-Lima puluh lima-
Aku sudah kembali ke Indonesia, ke rumahku lebih tepatnya, padahal aku gak punya rencana balik ke tempat ini.
"Ini rumah kamu, La?"
"Yep, aku tinggal di sini sendiri."
"Enak, nyaman banget, adem lagi." Ujar Antony.
"Kamu sini dulu aja, apa mau pulang? Kamu tinggal di mana sekarang?" Tanyaku.
"Aku ada rumah La, deket tempat kerjaku, tapi oke... aku bisa di sini dulu."
Jadi, Antony nih membangun sebuah LSM yang bergerak di bidang konservasi tumbuhan dan satwa liar. Relasinya ya para peneliti dan aktivis lingkungan baik dalam maupun luar negeri.
Kerjaan dia ya penelitian gitu, survey, observasi dan lain-lain, hasilnya ya bisa dibawa ke rapat internasional untuk bikin peraturan yang melindungi tumbuhan dan satwa liar secara global. Tapi fokus dia sih ya hewan-hewan di Indonesia, dari yang endemik sampe yang dianggap biasa.
Nah, dia cerita, rapatnya yang kemarin itu pembahasan utamanya tokek rumah, walaupun kesannya tokek yaudah sih... tokek doang, tapi akibat penangkapannya yang berlebihan dan ekspor yang gak terkoordinir dengan baik oleh pemerintah, penelitiannya menunjukan kalau itu terus menerus dilakukan, tokek bisa punah dalam beberapa tahun ke depan.
Jadi, sekarang fokus dia sebagai pendiri LSM udah meluas, gak cuma Owa aja. Tapi ya tetep, bidang spesialisasi dia tuh Owa.
"Sip, kamu mau makan apa? Aku pesenin." Tanyaku sambil membongkar koper. Asli sih, ini gak ada baju kayaknya buat Antony, di koper baju dia ya yang panjang-panjang sama kemeja dan jas buat rapat. Dia gak ada baju rumahan.
"Kamu maunya apa?" Ia balik bertanya.
"Pengin keluar sih, beli makan sekalian belanja buat kulkas, kulkas ku kosong."
"Yaudah yuk!" Ajaknya.
Akhirnya kami keluar rumah, mengendarai mobilku kami menuju mall supaya bisa beli semuanya.
Antony menggengam tanganku selama kami berjalan, gosh... biasanya aku kaya gini sendiri, beda gitu rasanya ada seseorang yang menemaniku begini.
"Beli baju ya buat kamu, kamu gak ada baju rumah." Kataku.
"Yaudah, mau beli baju dulu atau belanja dulu,"
"Makan dulu yuk? Aku laper."
"Yeeeee, yaudah ayok! Mau makan apa? Makan di sini aja kan?"
"Iya lah!"
Akhirnya kami masuk sebuah restoran Jepang, aku langsung memesan makanan, begitu juga Antony.
Sepanjang menunggu makanan aku risih sendiri karena Antony gak berhenti menatapku.
"Kenapa sih?"
"Ada satu lagu yang aku pengin kamu denger. Itu lagu yang nemenin aku selama 8 tahun ini, lagu yang nyuruh aku untuk terus maju, tapi ya gak move on juga."
"Aneh banget,"
"Nanti denger ya?" Katanya.
Aku mengangguk.
Akhirnya, makanan pesanan kami datang dan aku langsung menyantapnya. Kami makan cepet aja biar bisa langsung belanja.
Tujuan pertama cari bajunya Antony dulu, dia bilang aku aja yang pilih jadi ya... banyak banget ini aku milihnya.
"Heh? Mau ngisi satu lemari itu? Aku bisa pulang ya, buat ambil baju doang."
"Aku pengin kamu pake semua baju ini, please." Kataku.
"Aneh banget!"
"Tenang, aku yang bayar kok," Kataku, mengingat harga baju-baju ini lumayan.
"Gak, apaan sih?"
"Udah kamu sana gih! Tunggu aja di luar."
"Gak!"
"Aku marah ya sama kamu, tunggu di luar!"
"Dih, apaan? Aneh banget marah gara-gara baju doang. Udah ayok kalo mau bayar." Ujar Antony.
"Yaudah, sini kartu kamu." Kataku.
"Buat apaan?"
"Buat bayar."
"Ohhh," Antony membuka dompetnya lalu memberikanku sebuah kartu, lha... ini mah bukan credit card.
"Nih, debit aja,"
"Ihhhh!"
"Kenapa lagi sih?"
Aku menggeleng, membawa semua baju yang sudah kupilih ini ke kasir, melirik ke belakang, syukurlah Antony gak ngikutin tapi menunggu di luar.
Saat proses bayar, kusimpan kartu milik Antony, membayarnya dengan kartuku sendiri.
Selesai, aku menyusul Antony. Ia langsung mengambil alih semua tas yang kupegang ini.
"Kamu tuh, mau bayar tapi gak niat." Ledekku.
"Hah? Maksudnya?"
"Iya, kamu gak kasih tahu aku pinnya."
"Astaga lupa, pinnya tanggal jadian kita."
"Hah? Emang kapan kita jadian?" Tanyaku syok.
"11 November, sepuluh tahun lalu."
Aku melongo, asli, dia kenapa masih inget? Bisa-bisanya pula dia pake buat jadi pin ATM?
"Nanti aku ganti ya, yuk kita belanja buat kulkas kamu." Ajaknya menyuruhku berjalan menuju bagian supermarket.
Belanja selesai, bagasi mobilku penuh, bahkan baju-bajunya Antony aja gak muat di bagasi, jadi harus disimpen di kursi tengah. Tapi yaudah lah, semua kebutuhan sudah dibeli, biar gak repot bolak-balik.
Sebelum mobil melaju, Antony sibuk dengan ponselnya,
"Kamu mau ngapain sih?" Tanyaku.
"Ini loh, connect audio ke mobil ini gimana? Aku kan mau kamu dengerin lagu yang temenin aku selama 8 tahun ini!"
"Sini..."
Kuambil ponselnya, agak kaget juga ketika melihat ia masih memakai foto kami jaman kuliah dulu sebagai homescreen. Foto yang dia suka karena katanya dia ganteng di foto itu sementara aku buluk, baru bangun tidur.
Setelah terhubung, aku langsung mengembalikan ponsel tersebut, Antony pun memutar lagu yang ia maksud.
Saat lagunya mulai, aku menoleh... kok kayaknya aku kenal melodi ini?
Mobil sudah melaju, ketika si penyanyi mulai bersenandung, eh di sampingku Antony juga menyanyikan lirik lagunya. Aku mendengar dengan seksama.
And did I ever get to tell you what you meant to me
And did you know that you were always like a fantasy
And are you off to see the places that were in your dreams
Yeah will you ever find yourself inside a fantasy
And did you ever find the love in you you found in me
And will I ever get the chance to be your fantasy
And will I see you down the road wherever that may be
Well if I do I'll tell you that you were my fantasy
I suppose it's nice to know
That there's so much left to go
But as seasons start to change
My feelings may start to fade
But I'll never forget
All the ease you put me in
Oh the sun will start to set
As the leaves rise in the wind
And amidst a sea of red
I'll think of the words you said
Oh and it's hardest in the snow
Wondering which way to go
Though the spring will come with time
I have lost this love of mine
If it all just ends today
I think I will be okay
But I'll always wonder if
This is how it should've been
I'll never know
I'll never know anything
But wherever
You are right now
I'll carry on~
Lagunya hanya sebentar, gak ada pengulangan lirik reff gitu-gitu kaya lagu biasanya. Tapi.... ada beberapa lirik yang ngena banget menurutku.
And did you ever find the love in you, you found in me?
Sepertinya tidak. Buktinya setelah semua berlalu, aku balik lagi sama dia kan? Artinya, aku gak nemuin cinta di luar sana yang kaya aku dapetin sama Antony.
"Aku suka lirik di bait terakhirnya." Ucap Antony,
"I'll carry on?" Tanyaku.
"Bukan cuma itu, tapi 'Though the spring will come with time, I have lost this love of mine,' kaya pas gitu momennya, terus lanjut ke 'If it all just ends today, I think I will be okay,' dah deh terus lanjut ke I'll carry on~" Jelasnya.
Aku mencerna lirik yang disebutkan oleh Antony itu, dan yaa... dia benar.
"Aku kaya kenal melodinya loh pas kamu play lagunya." Kataku.
"Emang itu melodi One Summer's Day dari Spritied Away, pasti kamu tahu, wong kamu suka filmnya."
"Pantesssss!" Seruku, ya, itu lagu aku baru denger tapi kerasa familiar.
Sepanjang sisa perjalanan kami jadinya membenahi lagu itu. Antony yang hafal lagunya menjelaskan setiap lirik yang menurutnya ngena banget sama hidupnya dia.
Gosh, I love spending my time with him.
******
TBC
Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoxo
Ps: niatnya ini cerita bakal selesai di chapter 55
Tapi ternyata belum beres, sabar ya,
Satu chapter lagi aku usahain kelar~
PSS: lagu yang Antony nyanyiin itu Fantasy by Khai Dreams cari aja di yutub, ena bgt~
Kalo mau denger melodi aslinya bisa search One Summer's Day - Jinsang
Cuss~
And enjoy the pain~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top