-Lima puluh dua-

Aku terbangun tengah malam, pelan-pelan, kulepas pelukan Antony yang mengurung tubuhku ini. Lalu turun dari kasur. Aku memunguti pakaianku kemudian berjalan ke kamar mandi.

Aku harus pergi sekarang juga.

Selesai memakai baju, begitu membuka pintu kamar mandi, aku terlonjak kaget, ada Antony di depan pintu kamar mandi.

"Mau kemana kamu?" Tanyanya.

Aku hanya mampu menggeleng.

"Tidur La, ini masih pukul 3, di luar dingin, kamu mau mati kedinginan?"

Well, setelah rencana bunuh diriku gagal, sepertinya aku tidak keberatan mati kedinginan.

"Heh? Kenapa bengong!" Serunya.

"Gak apa-apa."

"Tidur yok! Lepas bajunya, kamu tidur pake baju aku aja, baju itu kotor."

"Eh?"

"Lepas La, ini aku ambilin baju bersih."

Aku masih diam di ambang pintu ketika Antony berbalik. Terlihat ia mengambil dua lembar pakaian dari travel bag miliknya.

"Nih, bahannya lembut, bikin anget juga, gak usah pake daleman dulu, besok kita beli aja." Antony memberikanku sebuah sweat-shirt lumayan tebal dan celana training panjang.

Menutup pintu kamar mandi, aku segera melucuti pakaianku sendiri, lalu memakai baju Antony ini. Wanginya enak banget.

Ah sial! Aku ke-distract lagi, Lagi-lagi rencanaku gagal!

Keluar kamar mandi, Antony masih berdiri di sana, ia kemudian menggengam tanganku, lalu membawaku kembali ke kasur.

Kami tidur bersisian, aku menghadap langit-langit sementara Antony tidur menghadapku.

"Kamu tadi mau ke mana?" Tanya Antony lembut.

"Gak kemana-mana."

"Kamu gak pinter bohong, Gamyla."

"Ya.. ya aku mau pergi aja. Ngapain juga kan di sini?"

"Pergi ke mana?" Tanyanya ulang.

"Ya gak tau."

"La, setelah pertemuan kita ini, kamu kira aku bakal biarin kamu pergi gitu aja?"

Aku diam. Tak menyahuti ucapan Antony barusan.

"Gak, La. Aku gak akan biarin kamu pergi lagi dari hidup aku. Aku gak akan biarin kamu balik ke kehidupan kamu tanpa aku La."

Well, toh udah gak ada sisa kehidupan yang mau aku jalani juga kan?

"La? Aku sayang sama kamu, aku gak mau kamu pergi lagi."

Aku berguling menyamping, menatap mata Antony, meskipun ruangan ini lumayan gelap, tapi bisa kuliat sinar matanya terlihat sungguh mengucapkan kalimat tadi.

"La? Please... say something."

"Something?"

Antony mendecak kesal. Membuatku tersenyum kecil.

"La? Jangan balik lagi jadi yang begitu ya? Kamu udah cukup bertanggung jawab untuk hidup Gina. Sekarang kamu bisa santai, aku yang bakal bertanggungjawab buat hidup kamu, oke?"

Keningku otomatis mengkerut mendengar itu. Buat apa Antony tanggung jawab sama hidup aku? Dia siapa?

"La, aku tahu... kamu masih ada perasaan buat aku. Aku mohon, jangan abai sama perasaan itu. Aku janji gak akan bikin kamu kecewa lagi, aku janji bakal bahagiain kamu."

Aku masih tak menyahuti Antony, kurasakan ia mendekat, wajah kami hanya berjarak beberapa senti saja.

"Please kita balik lagi, hidup sama aku ya? Tinggalin semua kehidupan kamu yang kemarin itu."

Aku menarik napas panjang, mempersiapkan diri menyahuti semua ucapan Antony.

"Hidup sama kamu tuh gimana maksudnya?" Tanyaku.

"Ya kita balikan, toh... kita gak pernah putus juga kan?"

Aku melirik kesal ke arahnya.

"Oke iya, aku salah, kelakuan itu mungkin bisa diartikan penyebab kita renggang, putus bisa dibilang. Okeee."

Aku sedikit tersenyum mendengar itu.

"Sekarang, setelah kita sama-sama lagi. Aku pengin sama kamu La, selamanya. Kita berdua nikah, kalau kamu belum siap, yaudah kita bareng aja dulu, sampe kamu siap."

"Terus?"

"Ya udah, jalanin hari-hari baru kita sebagai pasangan. Dan... kamu bisa kuliah lagi La, Ayahku nunggu kamu tapi kamu gak pernah dateng... kata Ayah, kamu udah janji bakal balik lagi buat urus kuliah."

Aku langsung merasa bersalah. Aku memang berjanji ke Pak Arief kalau aku akan menyelesaikan kuliahku.

"Maaf, bilangin Ayah kamu maaf ya? Aku terlalu pengecut untuk balik lagi ke kampus. Aku gak berani balik lagi sementara aku udah berbeda. Bilangin, maaf ya?"

"Ayah udah meninggal, La. Setahun kemarin, serangan jantung."

Aku diam, kugenggam tangan Antony. Aku tahu, Antony sangat dekat dengan Ayahnya. Mereka selalu makan siang bersama di kantin FaHutan, setiap hari.

"Aku turut berduka yaa," Kataku.

"It's okay, aku percaya ayah udah ada di tempat yang lebih baik sekarang ini."

Aku mengangguk setuju.

"Balik ke kita La," Ucap Antony.

"Apa?" Tanyaku.

"Ya kita... gimana?"

"Aku gak tahu Ton, aku ngerasa... aku bukan cewek yang tepat buat kamu."

"Tapi aku ngerasa kamu terbaik La, kamu cewek yang tepat buat aku." Ia meyakinkanku.

"Aku gak bisa bikin kamu bahagia."

"Kata siapa?"

"Kata aku barusan,"

"Ya atas dasar apa kamu bilang begitu?" Tanyanya.

"Ya, hidup aku kemarin-kemarin, aku tahu itu bikin kamu kecewa. Dan.... kalau ada orang yang kenal kamu, terus kenal aku, apa kamu gak malu?"

"Aku gak kecewa kamu jadi roleplayer untuk cowok-cowok kampret itu. Aku malah marah sama diri aku sendiri, karena aku gak ada di samping kamu buat nyegah kamu lakuin itu semua."

"Aku jadi roleplayer tuh bukan salah kamu!"

"I know, tapi aku ngerasa bersalah atas semua itu."

"Still, kamu nerima aku pun aku tetep gak bisa bahagiain kamu."

"Kata siapa? Aku bahagia sama kamu La, bisa ketemu kaya gini aja aku bahagia banget! Apalagi bisa tinggal bareng kamu dan kita nikah.... bahagia aku La, tiap hari."

"Misal, kita tinggal bareng, dan nikah, terus apa?"

"Kamu nanya lagi, ya kan tadi aku bilang, ya tinggal jalanin hidup ini. Saling membahagiakan satu sama lain. Nikah mau apa sih? Ya gitu aja kan? Punya anak, sayang sama keluarga, punya anak lagi, gitu-gitu aja."

"Kamu mau punya anak?" Tanyaku.

"Ya mau lah,"

"Kalo kita nikah, aku gak bisa kasih kamu anak."

"Eh?"

"Yap, aku gak bisa kasih kamu anak. Makanya aku bilang, aku gak tepat buat kamu."

"Kenapa bilang gitu? Kamu tahu dari mana kamu gak bisa kasih aku anak?"

"Rahim aku udah diangkat. Aku takut kena kanker serviks, jadi... aku operasi pengangkatan rahim." Jelasku, Antony terkejut mendengar itu, namun hanya sesaat ia kembali tenang.

"Yaudah, gak apa, gak usah punya anak, yang penting sama kamu."

"Serius? Kamu bisa cari cewek lain Ton, cewek yang gak pernah jual dirinya demi uang. Cewek yang sempurna. Kenapa harus aku sih?"

"Aku gak mau sama cewek lain!"

"Gosh! Kenapa kita harus di sini sih sekarang? Kenapa kamu nyamperin aku ke sini? Kenapa kita harus debat masalah ini?! Tuhan!! Aku udah nyuruh kamu lanjutin hidup dari bertahun-tahun lalu!" Seruku kesal.

"Ya aku nurut, aku lanjutin hidupku. Aku tetep kuliah, aku selesaikan semua tingkat pendidikan yang ada. Aku bekerja dengan baik. I carry on, La, but I'm not moving on! My hearts still on you!"

Aku mengusap wajahku, aku bingung sendiri.

Aku berdebat dengan Antony, tapi apa yang sedang kami debatkan? Yep, I keep fighting but I don't know what am fighting for....

Entah lah, aku bingung apa yang sedang kupertahankan di sini? Karena sepertinya, hidup bersama Antony adalah pilihan terbaik yang kupunya selain bunuh diri.

"Kamu mau, sama aku meskipun aku bekas banyak orang?" Tanyaku.

"Aku gak peduli sama orang di luar sana La, aku tahu... kamu ngelakuin itu gak pake cinta. Beda pas sama aku, iya kan?"

"Aku gak bisa kasih kamu anak."

"Ya emang kenapa? Kita bisa adopsi. Kalau kamu gak mau adopsi, yaudah, aku ngurus anak-anak Owa dari kecil dan mereka sayang sama aku aja, itu bikin aku tahu rasanya jadi Ayah kaya apa."

Aku diam mendengar itu.

"Serius? Kenapa kamu mau nerima aku?"

"Ya karena aku sayang sama kamu La, aku cinta sama kamu. 8 tahun, La! 8 tahun aku ngerasain hidup tanpa kamu dan perasaanku gak pernah tenang. Beda sama waktu kita dulu, aku tenang, enjoy ngelakuin apa aja. Tapi pas kamu gak ada... aku selalu kepikiran kamu. Bingung. Nyesel. Sedih. Gak tenang, La."

Aku menarik napas panjang, kemudian memeluk Antony, erat.

"Makasih," Kataku pelan.

"Balikan ya kita ya? Mau kan? Kita nikah ya?"

Aku diam, belum mampu menjawab pertanyaan itu. Untuk saat ini, memeluk Antony pun sudah lebih dari cukup untukku.

*******

TBC

Thank you for reading
Don't forget to leave a comment and vote this chapter xoxoxoxo

****

Yok gengs yang mau baca ke 4 cerita itu bisa langsung meluncur ke Apps/Play Store yaa

Keyword: kadallilah

Kalau mau buku fisiknya, DM aja ada beberapa yang masih ada stok~

Cusss~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top