SEWINDU -9- Kecupan
"Sejauh apapun gue lari dari lo , takdir bakalan selalu mempertemukan kita"
-Greenpeanute-
♡♡♡
"Pemisi, kasi jalan dong. Gaby juga pengen liat!" seru Gaby, sambil mencoba membelah lautan siswa yang berkerumun di setiap kelas, untuk melihat nama mereka ada di mana, di kelas IPA atau IPS.
"Issh, apa sih lo, sabar napa? Orang juga lagi liat nih!" kesal seorang cewek dengan penampilan yang...- Wow.
Gaby menatap kesal "Iya maaf, tapi biasa aja dong ngomongnya, kan aku gak maksa kamu buat kasih aku jalan," ucap Gaby.
Cewek di depannya merengut "Gue biasa kok, lo aja yang sensitive," balas gadis itu sengit.
"Aku gak sensitif, kan aku bukan pantat bayi," jawabnya santai.
Gadis itu melotot pada Gaby "Bikin pa-" ucapan Gadis itu terhenti saat seseorang memanggil namanya.
"Nensy?" teriaknya dari jauh.
Nensy menoleh, dan menatap seorang anak laki-laki yang berjalan sedikit berlari ke arahnya.
"Lo kelas berapa? Ipa apa Ips?" tanya nya langsung, saat sudah sampai di hadapan Nensy, lalu merangkulkan tangannya ke bahu cewek itu.
"Belum ketemu nama Gue," sungutnya.
Gaby yang tadinya celingak-celinguk, memanjangkan leher untuk melihat, adakah namanya tertera pada kertas yang tertempel di kaca jendela, menoleh saat mendengar suara yang ia kenal itu.
"Genta?" Seru Gaby saat melihat Genta, dan juga tangan yang merangkul bahu gadis di sebelahnya dengan mesra.
Genta menoleh dan langsung melepas rangkulannya, lalu tersenyum. Sementara Nensy menatap aneh pada Genta "Gaby? Lo kelas berapa?" tanya Genta.
Gaby nyengir sambil menggeleng "Belum tau, di sini gak ada nama Aku," Gaby tersenyum polos pada Genta.
"Lo kenal dia?" sela Nensy, bertanya pada Genta.
Genta tersenyum mengangguk "Iya, kenalin Nen, ini Gaby temen gue," ucapnya pada Nensy. "Gab, kenalin ini Nensy sobat karib gue,
Gaby menatap takut pada Nensy, namun rasa takutnya, seketika hilang saat ia melihat tangan Nensy terulur padanya.
Gaby menatap tangan Nensy dan wajah cewek itu secara bergantian. Perlahan ia mengangkat tangannya, untuk membalas jabatan tangan Nensy.
"Gaby," ujar Gaby kikuk.
"Nensy," ucapnya Datar.
"Oh iya Gab, Nensy ini bukan sobat doang, dia sahabat deket sekaligus sepupu gue," ucap Genta memberi tahu.
Gaby mengangguk, ohh.. sepupu, kira in pacarnya. Kekeh Gaby dalam hati, sambil tersenyum geli.
"Ngapain senyam senyum gitu?" sinis Nensy.
Gaby menggeleng, masih dengan senyum gelinya "Gak papa kok."
Nensy masih menatap sebal pada Gaby, Dia akan menyela lagi. Jika bukan suara Genta yang menginterupsi mereka lebih dulu.
"Kita cari kelas bareng-bareng yuk!" ucap Genta bersemangat.
"Eh, kamu duluan aja deh, aku mau ke toilet dulu," ucap Gaby.
Genta mengangguk "Oh oke deh, nanti gua liatin juga nama lo," ujar Genta.
Lalu mereka berpisah, Gaby berjalan ke toilet, sementara Genta dan Nensy berjalan menyusuri koridor, dan Genta kambali merangkulkan tangannya pada bahu Nensy.
***
Gezza berjalan santai menyusuri koridor, ia tak perlu khawatir, krasak-krusuk mencari kelasnya, karna sahabatnya Timothy sudah memberi tahu jika mereka ada di kelas yang sama.
"Huffftt! satu kelas dengan Si Titit lagi, tapi gak papa, dari pada satu kelas bareng buntut," rapal Gezza dalam hati. Yang di maksud dengan si buntut adalah Gaby, teman-teman satu geng Gezza yang memanggil seperti itu, karna Gaby selalu mengikuti kemana Gezza pergi.
"Woi bro!" sapa sesorang di belakang.
Gezza berbalik dan menoleh, di sana seorang anak laki-laki berjalan ke arah Gezza, dengan senyum menawannya.
"Kelas berapa lo, bro?" tanya nya.
Gezza berbalik lagi, dan berjalan beriringan dengan temannya itu "Ipa 3," jawab Gezza singkat.
"Wah, Gue udah yakin sih, kalo bakalan masuk Ipa, tapi kok gak Ipa 1 sih, kan lo pinter."
Gezza mengedikan bahu acuh "Gak tau gue, lo kelas berapa, Ren?" tanya Gezza balik.
"Gua? Gua kelas Ips 1 dong Brotha," serunya bangga.
"Girang banget lo masuk Ips," kekeh Gezza.
Garren balas terkekeh, yak! teman yang sedari tadi berbicara dengan Gezza adalah Garren "Oh jelas dong, seorang Garren Aldebara, mana mau ngitungin debit air yang tumpah," kekehnya.
"Bilang aja kalo otak lo gak nyampe."
"Weeizzz...! jangan salah ya bang, gini-gini Garren pernah ikut olimpiade kimia lho, waktu kelas satu, yaaa.. walaupun kalah sih!" kekehnya sambil menyengir kuda.
Gezza tergelak, hanya dengan teman-temannya lah, seorang Garren Aldebara bisa se-luwes ini dalam berbicara, beda kalo dengan cewek-cewek ataupun siswa yang lain, ia akan menjadi cool penuh dengan kata manis. Dan Dia bisa di bilang tipe cowok brengsek. Brengsek dalam artian lain, Garren sering gonta-ganti pacar, memainkan perasaan perempuan. 'Membuat mereka jatuh cinta, lalu tinggalkan setelah mereka nyaman', itu adalah moto perjalanan cinta Garren.
Tak lama mereka terdiam, Garren kembali bersuara "Lagian ya Za, gue bingung sama anak Ipa, kurang kerjaan banget ngitungin air yang tumpah, kalo tumpah mah, tinggal ganti aja sama yang baru, kenapa musti ribet," ocehnya, namun tak di dengarkan oleh Gezza.
Garren mengantar Gezza sampai di kelasnya, karna kebetulan jalan ke kelas Ips melewati kelas Ipa. Gezza yang hampir sampai di depan kelasnya, berhenti karna melihat seorang Gadis sedang merapikan baju dan rok yang sedikit basah.
"Itu Gaby bukan Za?" tanya Garren. Gezza tak menjawab.
"Beneran Gaby mah, baju dia kenapa basah ya?" tanya Garren lagi, namun masih tak ada balasan.
"Betewe ya, Za. Kalo gua liat-liat nih ya, Gaby itu cantik loh. Andai aja dia gak tergila-gila sama lo, pasti dia udah gua jadiin pendamping gue," cerocos Garren, dan sukses mendapatkan jitakan dari Gezza.
"Awwww.. sakit anjir!" umpatnya, sambil mengelus-elus kening yang merah.
Gezza menatap garang pada Garren "Lo jangan pernah coba-coba buat jadiin dia korban lo selanjutnya, karna gue gak bakalan tinggal diam!" ucap Gezza dengan air muka yang serius.
Garren terkekeh sinis "Lo emang munafik, bro. Lo bilang gak suka dia, tapi lo sendiri marah kalo ada cowok yang deketin dia, mau lo apa?" ucap Garren dengan senyum mengejek.
"Gua peringatin sama lo, ini terakhir kalinya lo ngomong gitu ke gue. Kalo sampe gue denger, apalagi tau lo deketin dia, gue gak akan segan-segan ngancurin muka ganteng lo ini!" ucap Gezza, sambil menepuk pelan pipi Garren.
Garren tertawa hambar "Santai brother, Gue gak bakalan main-main kok sama buntut lo, tenang aja!" kekeh Garren.
Gezza tak menanggapi ucapan Garren lagi, ia akan melanjutkan langkahnya memasuki kelas, kalau bukan suara itu menghentikannya.
"Gezza?" panggilnya. Gezza menoleh.
"Hai Garre? Kamu kelas berapa?" tanya Gaby.
Garren tersenyum "Hai Gaby, gue kelas XI Ips 1," jawabnya.
Gaby mengangguk "Oh, sama dong sama Greya, dia juga kelas sana," balas Gaby.
Garren mengangguk paham "Ya udah Gab, gue ke kelas dulu ya.. bye Gaby!" ucapnya lalu menoleh pada Gezza yang sedang menatap tajam. "Gua harap lo nanti dateng, anak-anak udah pada nanya in lo!" ucap Garren pada Gezza, lalu melangkah pergi.
Setelah kepergian Garren, Gezza kembali berbalik menuju kelas, sementara Gaby berjalan ke arah jendela, tak lama kemudian Gezza mendengar pekikan kegirangan. Gaby berlari menghampiri Gezza yang menarik bangkunya.
"Gezza? Kamu udah tau gak? Kita satu kelas Gezzaaaaa... ya ampun, Gaby seneng banget!" serunya, Gezza memutar bola mata jengah.
Kenapa takdir tidak pernah berpihak padanya, kenapa ia membawa Gezza semakin dekat dengan makhluk di depannya ini.
Belum selesai Gezza dengan keluhannya pada takdir, sebuah permintaan gadis ini yang membuat mata Gezza terbelalak.
"Gezza.. kita duduk berdua ya!"
***
Setelah perdebatan panjang, akhirnya Gaby mengalah, ia membiarkan Gezza duduk bersama Timothy, tapi Gaby tak habis akal, ia memilih duduk di bangku depan Gezza, tepatnya pada barisan ke dua.
Gezza menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi, kepalanya terasa pening melihat gadis manja dan cerewet di depannya ini. Tak berselang lama mata Gezza terpejam, suara itu kembali memporak-porandakan otaknya.
"Genta? Nensy? Kalian di kelas ini?" teriak Gaby kampungan.
Genta tersenyum mengangguk
"Duduk berdua yuk Gab!" ayak Genta.
Gaby melirik Gezza yang tadinya tidur, kini menatap tajam padanya, lalu beralih menatap Genta "Genta. bukannya aku gak mau, tapi Papa gak bolehin Gaby duduk sebangku bareng cowok lain," ringisnya. "Tapi kalo sama Gezza beda," lanjut Gaby dalam hati, sambil terkekeh pelan.
Genta tersenyum maklum "Oh.. gitu ya! oke udah deh kalo gitu, tapi Nensy boleh duduk di sebelah lo kan?" tanya Genta.
Gaby mengangguk senang "Boleh.. boleh banget," ujar Gaby sambil menepuk bangku sebelahnya.
Gezza menghembuskan nafas lega, saat Gaby lebih memilih untuk duduk bersama Nensy dari pada Genta. Namun, kelegaan itu tidak berlangsung lama, karna Genta memilih duduk di seberang Gaby.
"HollyShit!" umpatnya.
***
"Kampret!" umpat seseorang sambil merogoh saku dan tas nya.
"Kemana tuh lagi duit, bikin kesel aja!" masih dengan rutukannya.
Gaby sedari tadi terus memperhatikan gadis di sebelahnya itu. Melihat wajahnya tampak gusar bercampur kesal, berkali-kali ia mengumpat, memukul meja, bahkan menghempaskan tasnya ke lantai, lalu memungutnya lagi.
"Kamu kenapa?" akhirnya Gaby memberanikan diri untuk bertanya.
Gadis yang beberapa saat baru merebahkan kepalanya ke meja itu, mendongak menatap Gaby. Ia hanya menggeleng sebagai jawaban.
Seakan peka dengan keadaan, Gaby mengetahui kalau temannya itu kehilangan uang, dan mungkin saja Dia sekarang lapar, dan tak memiliki uang untuk membeli apapun.
"Kamu mau Sandwich?" Gaby menyodorkan kotak bekalnya kedepan wajah Gadis itu.
Gadis itu menatap ragu, ia menegakan kepalanya, menatap Gaby dan kotak itu secara bergantian.
Seulas senyum tipis terbit diwajah Gaby "Ini gak bahaya kok, gak ada racunya, jadi Nensy gak udah takut," ucap Gaby dengan senyum polosnya.
"Lo makan duluan!" pintanya.
Gaby tersenyum, dengan senang hati ia melakukannya, Gaby mengigit roti itu, lalu tersenyum. "Gak papa kan, Aku gak mati kan," serunya girang.
Nensy tersenyum, lalu mengambil satu dan memakannya. "Makasih ya," ucapnya, dan dibalas senyum tulus oleh Gaby.
Nensy bukannya takut keracunan, hanya saja, dia merasa tak enak hati, jika dia yang memakan makanan Gaby duluan.
"Nensy, aku boleh tanya gak?" tanya Gaby, setelah beberapa menit terdiam.
"Tanya apa?"
"Nggg.. kamu kenapa, dari tadi krasak-krusuk gitu?"
"Oh.. biasa, duit gua ketinggalan di rumah," jawab nya santai.
Gaby mengangguk mengerti "Nensy.. kamu.. masih kesel ya sama aku?"
Nensy menatap Gaby dengan penuh intimidasi dan lansung membuat Gadis itu gugup.
***
Sorenya saat mereka sudah pulang sekolah.
"Gaby siap?" seru Gafril.
Gaby mengangkat raketnya "Siap, Pah!"
"Kita akan kalah kan mereka! HAHAHA," kata Gafril, sambil tertawa jahat.
"Iya, Pah. Kita pasti menang! HAHAHA," Gaby juga ikut tertawa jahat.
Gezza yang berada di seberang sana, mendengus sebal, mulutnya komat-kamit karena menggerutu.
"Za, kita gak boleh kalah. Kita harus menang! Lelaki sejati tidak akan pernah kalah," seru Gemma tak kalah semangatnya. Gezza mengangguk setuju.
"Iya, Om. Kita ini lelaki sejati, jadi gak bisa di kalahkan sama perempuan!" ucapnya sambil menatap Gaby tajam.
Prriiitttt... Peluit sudah dibunyikan oleh Garra.
"Oke, bersiap! Permainan di mulai!" seru Garra sebagai wasit.
Gaby mulai memukul Kok dengan raketnya. Gezza dan Gemma yang tergabung dalam satu tim, terus membalas serangan Tim Gaby dan Gafril. Mereka memberi nama pada Tim mereka adalah G-G couple, yang menurut Gezza sangat alay sekali.
Gezza ingin muntah saat mendengar julukan alay yang di buat oleh dua musuhnya ini. Bagi Gezza, Gafril--Papanya dan Gaby, maupun nama timnya, adalah kelompok ter-nggak jelas senusantara.
Tapi kalau dilihat dari sistematika dan kekompakan, tim alay ini, mereka cukup hebat. Gaby menghadle bola serangan rendah, dan Gafril yang tinggi. Namun Gezza dan Gemma tidak akan tinggal diam. Mereka terus memberikan serangan pada tim alay, melompat, memukul keras.
Saat Gezza akan menangkap serangan rendah dari Gaby, ia berlari ke depan mengejar Kok, karena Gezza kurang berhati-hati, ia kehilangan keseimbangan dan jatuh tengkurap di atas tanah.
"HAHAHAHAHAHA!" yah, tawa siapa lagi kalau bukan tawa si Gaby.
Gadis itu menertawakan nya habis-habisan, di tambah Gafril dan Garra yang ikut terkekeh karna nya. Gezza berdiri dengan di bantu oleh Gemma.
"Dasar cemen, masa nangkep serangan kecil gitu aja gak bisa, Kamu itu kelamaan jomblo ya, sampe-sampe lantai dicium, Hahahaha," Gaby menyeka air matanya.
"Sialan lo!" umpatnya. Berjalan memasuki rumah, dan duduk di sofa.
***
Gishel berjalan kearah Gezza dan Gaby "Gaby, tolong Mama ya, bantu obat in kaki Gezza, Mama mau bikin makan siang buat kalian dulu. Lutut Gezza kayaknya lecet karna jatuh tadi," pinta Gishel, sembari menyodorkan kotak P3K.
Gaby menerima kota itu "Dengan senang hati, Ma" seru Gaby, tersenyum manis pada Gishel.
Gezza menatap mama nya, dengan tatapan 'What the hell?' Namun Gishel bahkan tak menghiraukan tatapan protes anaknya itu, Dia lebih memilih beranjak pergi menuju dapur, meninggalkan Gezza dan Gaby di ruang tamu.
"Lo gak denger Mama gua nyuruh lo apa? Kenapa lo malah bengong? Buruan obatin!" kata Gezza dengan wajah galaknya.
Gaby mencebik sebal "Issh! bisa sabar gak sih? Galak banget jadi monyet!" Gaby turun dari sofa, duduk bersimpuh di lantai.
Ia mengambil kain kasa, membersihkan terlebih dahulu lutut dengan alkohol, sesekali Gezza meringis karna perih, walaupun Gaby melakukannya perlahan, namun tetap saja perih, setelah itu ia meneteskan obat merah.
Gezza menatap Gaby yang sedang menunduk, gadis itu terlihat sangat serius mengobati lukanya, sekilas, Gezza tersenyum simpul saat gadis itu meniup-niup lukanya.
Kadang Gezza berpikir, Gadis ini cantik kalau saja dia tidak pecicilan dan nyebelin, Gezza pastikan banyak cowok yang bakalan ngantri buat dia. Tapi Gezza lebih suka kalau semua cowok ilfiel liat Gaby, entahlah karna apa, yang jelas Dia tidak suka kalau gadis di depannya ini dekat dengan laki-laki lain.
Gaby menempatkan plester luka sebagai sentuhan akhir. Setelah itu, Gezza tercengang, mulutnya menganga, bukan! Bukan karena gadis ini terbalik menepelkan plester luka, namun karna dia mencium luka di lutut Gezza itu.
Gaby mendongak, dan Gezza langsung merubah ekspresinya jadi biasa aja, gadis itu tersenyum. "Dulu, Papa gini-in Gaby pas luka, biar cepet sembuh, nah sekarang Gaby cium lukanya kamu biar lekas sembuh," ucapnya santai
Lalu dengan santainya, dia duduk di samping Gezza, menyandarkan kepala pada bahu cowok itu.
Gezza membiarkannya saja. Lagi pula saat ini Dia sedang malas berdebat. Lalu Gezza memberanikan diri untuk memulai pembicaraan "Gab..?"
"Hmm,"
"Lo... mau gak, bantuin gue?" tanyanya.
"Bantu apa?"
Gezza menegakkan tubuhnya, menghela napas berat, lalu menghadap pada Gaby "Gua penasaran sama satu hal," ucapnya dengan suara yang terdengar berat.
Kening Gaby berkerut, namun setelahnya, kerutan itu berganti dengan dia membelalakkan mata karna terkejut, saat ia baru menyadari, bahwa tatapan Gezza kini fokus pada... Bibirnya.
Gaby dilanda gugup, saat wajah Gezza semakin mendekat, dia memilih untuk memejamkan matanya rapat-rapat, dan.....
***
TBC
VOTE
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top