SEWINDU -57- And it's all over [END]

"Saat tuhan menulis suatu kisah, kamu harus percaya jika kisah itu akan berakhir bahagia"

•••

After two year ...

"Gimana? Udah ganteng belum?" tanya Gemma seraya merapikan tatanan rambutnya.

Gaby mengacungkan dua jempol dihadapan pria itu "Ganteng banget, mirip Captain Amerika."

"Kalo sama Captain Amerika, jelas masih gantengan Papa," ujar Gemma percaya diri.

Gaby melengos meledek "Yee, bilangnya lebih ganteng, tapi tetap aja ditolak. Kesihan," balasnya sembari terkikik geli.

"Gaby sih, gak mau bantuin Papa. Kan Papa gak mau ikutan jomblo kaya Gaby," balas Gemma ikut meledek.

"Gaby ini jomblo fisabilillah ya. Otw hijrah nih," jawab Gaby gak mau kalah.

Gemma terkekeh, lalu menarik kepala Gaby dan menyembunyikan di perutnya. Kebetulan Gaby sedang duduk di tepian kasur.

"Ih Papa kebiasaan deh!" sentak Gaby cemberut.

"Abis, kamu gemesin banget. Apalagi kalo pake kerudung gini, makin mirip sama doi Papa," ujar Gemma berkelakar. Pria itu ikut duduk di sebelah Gaby dan memeluk putrinya dari samping.

Gemma mengelus pelan kepala putrinya itu. Sekarang Gaby bukan lagi seorang pelajar SMA, dia sudah lulus dan belajar di salah satu universitas negeri yang terkenal di Jakarta.

"Gimana kuliahnya? Susah gak? Kalo susah jangan dipaksain ya," ujar Gemma memberi perhatian.

Gaby menggeleng seraya tersenyum "Gaby senang sama pelajarannya dan di sana juga banyak temen-temen yang baik sama Gaby."

"Bagus kalo gitu, jangan pacaran ya, Nak. Nanti aja pacaran habis nikah," ujar Gemma.

Gaby mencebik pelan "Iya Pa. Lagian gak ada juga yang berani dekatin Gaby. Cuma nanya tugas aja langsung dipelototin sama Gezza, kan serem mereka pada takut."

Gemma tertawa mendengar pengakuan putrinya itu. "Masih belum nyerah aja ya dia. Udah ditolak berkali-kali juga," ujarnya geleng-geleng kepala.

Gaby tersenyum miring dan mengangkat kepalanya menatap Gemma "Sama kaya Papa, udah berkali-kali ditolak, masih tetap berjuang," ujarnya dengan senyum penuh hati.

Gemma memasang wajah lesu yang dia buat-buat "Yah, masih aja diingetin."

Gaby memeluk erat tubuh Gemma "Papa capek ya berjuang terus? Udah dua tahun lho, Pa." Gaby berkata lirih.

Gemma menggeleng "Gak ada kata capek dalam kamus cinta Papa mah. Perempuan ini pantas diperjuangkan, ibaratnya itu Papa lagi ngegali tanah buat dapatin berlian, masa galiannya udah dalam, terus karena capek Papa tinggal gitu aja, kalo dilanjutin sama orang gimana? Kan Papa rugi."

Gaby tertawa pelan "Gaby yakin bunda Yasmine juga suka sama, Papa. Buktinya dia gak pernah terima lamaran lelaki lain lho. Mungkin sekarang lagi liat kesungguhan Papa kali ya."

Gemma mengangguk setuju "Makanya Gaby hasut terus dong biar bisa terima cinta Papa. Berjuang sendirian itu sakit."

Gaby tertawa keras melihat sikap Papanya yang menjadi lebay semenjak jatuh cinta "Dasar Papa, bucin."

***

"Papa kamu romantis banget sih," seru Gezza saat membantu Gaby membeli bunga di salah satu florist dekat kampus.

"Iya lah, emang kamu, kejam!" ujar Gaby tanpa menatap Gezza.

"Kejam gimana? Perasaan aku baik kok," ujar Gezza membela diri.

"Kamu itu kejam. Gara-gara kamu temen cowok di kelas aku pada gak mau ngomong sama aku, mereka takut digebukin sama kamu dan sidekick kamu itu."

"Lah? Aku gak pernah pake sidekick peringatin mereka ya. Lagian itu baik buat kamu, biar kamu gak diapa-apain," balas Gezza.

Gaby mengangguk mengiyakan "Iya deh. Mending sekarang kamu bantu aku nenteng kantong ini."

Gezza menggeleng pelan "Gak mau ah! Mau jadi kejam beneran aja!" jawabnya seraya mengalihkan wajah.

"Ya udah, kalo gak mau bantu, ngapain tadi maksa minta ikut. Kalau tau gitu mending ajak Genta atau Timothy, mereka lebih asik dibandingkan kamu!" ucap Gaby menyindir Gezza terang-terangan.

Mendengar kalimat panjang barusan, ia langsung berbalik dan meraih kantong belanjaan itu. Namun, Gaby menahannya.

"Gak usah, gak perlu!"

"Hehe jan ngambek dong. Becanda doang," ucap Gezza seraya tersenyum jenaka.

"Dasar!"

Gaby menyerahkan kantong belanjaan dan berpindah ke tangan Gezza.

***

Yasmine berjalan menuju tempat dimana Gaby ingin menunggunya.

Tadi, Gaby mengirimkan pesan pada Yasmine untuk membantunya menyelesaikan salah satu materi kuliah yang tidak ia mengerti dan memintanya menemui gadis itu disalah satu pantai kota.

Yasmine melihat seorang gadis yang tengah menikmati es kelapa muda disalah satu kedai itu, melambai padanya. Lalu ia berjalan ke menyusul Gaby.

"Bunda baru sampai?" tanya Gaby seraya menyalimi tangan Yasmine begitu pun dengan Gezza.

"Baru aja nyampe kok." Yasmine duduk di sebelah Gaby.

"Maaf ngerepotin ya, Bun. Aku enggak ngerti nih sama materi yang kemarin, besok ada kuis tentang itu." Gaby berujar.

Yasmine tersenyum dan melirik sedikit pada Gezza. "Ini ada anak pinter sama kamu, kenapa gak tanya Gezza aja, pasti dia tau," ucapnya.

Gaby menggeleng "Gak mau, Gezza suka pamrih kalo dimintai tolong."

"Gak ada yang gratis di dunia ini," ucap Gezza menyela.

"Ya udah, itu minuman kamu bayar sendiri nanti!"

"Lah? Enak aja, ini kamu yang traktir udah janji kan tadi. Kalo enggak aku bocorin nih, mau?"

"Enggak! Jangan dong, iya iya itu aku yang bayar. Puas!?" Gaby menyela cepat sebelum Gezza mengeluarkan jurus lambe turah nya.

Gezza tersenyum menang. Lalu mereka segera melanjutkan sandiwara minta diajarkan materi pelajaran.

***

"Kita mau kemana? Udah sore Gaby, entar magrib kelewatan lho," seru Yasmine saat Gaby menariknya menuju pantai.

"Kita liat sunset sebentar aja. Kasian Gezza gak pernah liat sunset dari lahir," ucap Gaby melirik Gezza yang membawa tasnya.

Gezza mendengus sebal sembari menggerutu pelan "Nistain aja terus!"

Yasmine terkekeh melihat ekspresi kesal pemuda itu. Yang ia tau dari teman-teman Gaby, dulu gadis itu sering menganggu Gezza bahkan terkesan mengejar-ngejar pemuda itu. Namun sekarang, keadaan seolah berbalik. Kini Gezza lah yang sering membuntuti Gaby kemana pun gadis itu pergi.

Ia juga tidak akan segan-segan mengancam lelaki manapun yang ingin mendekati Gaby.

Bucin garis keras!

"Kasihan atuh mantannya digituin," ujar Yasmine meledek Gaby.

Mereka duduk disalah satu kursi yang disewakan oleh warga sekitar, agar para pengunjung bisa melihat sunset sembari bersantai.

"Biarin aja, kan Gezza yang mau, bukan aku yang minta."

Yasmine tidak membalas, ia hanya terkekeh seraya menggelengkan kepala.

Beberapa menit mereka berbincang. Gaby mulai memberi kode pada Gezza untuk melancarkan acting-nya.

"Gab, kayanya hape aku ketinggalan di warung tadi," seru Gezza panik. Ralat, pura-pura panik.

Gaby memasang wajah terkejut yang terkesan berlebihan "Hah!? Yang bener? Ya ampun, rugi dong."

"Iya! Makanya ayo temenin cari, nanti hilang diambil orang!" Gezza menarik cepat tangan Gaby dan mereka berlari meninggalkan Yasmine yang kebingungan.

Yasmine tetap duduk di tempat, menunggu dua orang remaja itu datang. Namun, cukup lama menunggu, bukannya Gaby dan Gezza yang datang. Melainkan, seorang yang membawa dan memberikan setangkai bunga mawar putih padanya. Lalu berlanjut hingga bunga itu mencapai dua puluh tangkai.

Tak lama kemudian, seorang lelaki yang membuat jantungnya berdegup kencang menghampirinya.

Tanpa basa basi lagi, pria itu langsung berlutut di hadapan Yasmine, seperti yang ia lakukan satu tahun yang lalu.

"Yasmine, hari ini untuk kesekian kalinya saya meminta hal yang sama, jadilah istri saya, yang menemani dalam suka dan duka."

Yasmine terdiam menahan air mata.

"Apa waktu dua tahun belum cukup untuk membuat kamu percaya kalo saya mencintai kamu?"

"Butuh waktu berapa lama lagi agar saya bisa memeluk wanita yang saya cintai, Yasmine?" Gemma mengatakan sesuatu yang selalu menganggu hari-harinya.

Yasmine terpaku di tempat, semua orang yang ada di tepi pantai itu kini menatap penasaran pada mereka.

"M-mas ...-"

"Saya ini udah tua, siapa yang mau ngurusin saya nanti? Saya gak mau diurusin sama orang lain, selain orang yang saya cinta. Saya mau kamu."

"Saya, takut kamu direbut pria lain. Ijinkan saya menjadi imam kamu, menjaga dan melindungi kamu, menjadi pendamping yang menemani hari-hari senja saya."

"Yasmine, untuk kesekian kalinya, Will you be mine? To guide your life and be the wife I love forever?" Gemma mengacung lagi kotak yang sama di dua tahun lalu pada Yasmine.

Air mata haru tak dapat lagi ditahan oleh wanita itu. Ia menangis seraya merasakan senang dalam hatinya.

"Mas ..." lirih Yasmine menyela pelan air matanya.

"Yasmine, plis kali ini jangan tolak saya lagi. Bisa mati saya kalo ditolak terus," potong Gemma dengan wajah memelas.

Yasmine terkekeh, lalu mengangguk pelan, sehingga membuat Gemma berdiri dan tersenyum bahagia.

"Akhirnya," desah pria itu seraya tersenyum lega.

Gemma segera memasangkan cincin itu ke jari manis Yasmine dan di sambut dengan sorakan dan selamat dari pada pengunjung yang lain.

Pria itu celingak-celinguk mencari keberadaan putrinya, ia harus meluapkan rasa bahagianya dengan memeluk gadis itu. Ia takut khilaf dan memeluk Yasmine.

"Gaby lagi sembunyi sama Gezza," ujar Yasmine terkekeh seolah tahu isi pikiran Gemma.

Sementara itu di tempat lain.

"Om Gemma romantisnya kok mirip sama aku ya?" celetuk Gezza.

Gaby yang sedang tersenyum melihat kebahagiaan ayahnya pun, menoleh dan menatap ngeri lelaki di sampingnya.

"Idih!"

"Kamu mau gak aku gituin juga?" tanya Gezza menatap Gaby seraya menunjuk pasangan yang berada di tepi pantai itu.

Gaby menggeleng "Aku gak mau dilamar kaya gitu. Aku maunya dilamar dengan ayat-ayat Allah," ucap Gaby jujur.

"Kamu pengennya surat apa?"

"Ar-Rahman."

"Oke, tunggu aku besok pagi di rumah, bilang sama Papa kamu aku sama keluarga mau dateng."

"Hah!?"

***

The End

Benar-benar berakhir. Terimakasih sudah membaca, terkhusus untuk kamu yang udah bersedia ninggalin vote dan komentar.

Buat yang sider, juga makasih karena udah membaca. Semoga kalian semua terhibur.

Terimakasih buat orang yang udah support gue dan ngasi masukan ide.

Dan sampai jumpa di lain kisah.

PS : Coba deh mampir ke lapak (The Somplak Wedding) siapa tau abis baca itu kalian pingsan 😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top