SEWINDU -56- Will You?

"Beri sedikit waktu, biar cinta datang karna telah terbiasa"


•••

Gemma tertunduk saat ibu dan ayahnyanya datang dari Yogyakarta untuk menginterogasinya. Ia tidak menduga jika pasangan paruh baya itu benar-benar membuktikan ucapan mereka tempo hari.

Saat itu Gemma hanya bercanda mengatakan ingin melamar seorang gadis, tak disangka jika orangtuanya menanggapi dengan serius.

Sebenarnya pria itu memang sudah pernah melamar seorang gadis, namun hal itu berakhir dengan penolakan yang sangat menyakitkan.

Flashback on ...

"Yasmine, mungkin ini terlalu cepat. Tapi, saya merasa kamu adalah wanita yang tepat," ujar Gemma saat mereka berada di kafe terdekat dari rumah sakit.

Yasmine mengernyit bingung "Maksudnya apa ya, Mas? Aku kurang ngerti," ujarnya seraya menyeruput secangkir teh panas.

Gemma berdehem menetralkan rasa gugupnya "Jadi ... Begini ... Saya mau ... Mau." Pria itu menghembuskan napas kasar karena merasa sesak pada dada secara tiba-tiba.

Sebut saja jika ia gugup. Gemma hanya memikirkan apa yang Gafril tempo hari katanya padanya. Jadi, apa salahnya jika Gemma mencoba, toh, Yasmine adalah wanita yang baik.

"Jadi?" tegur Yasmine saat melihat Gemma melamun tanpa melanjutkan ucapannya.

Gemma mengusap pelan wajahnya, lalu menatap tepat pada mata Yasmine. Ia harus bisa kali ini. Di terima atau tidak, itu urusan belakangan, yang penting jujur!

"Yasmine," ucap Gemma dengan suara berat.

Yasmine menundukkan kepala, menghindari tatapan Gemma nan tajam itu "Apa apa ya, Mas?" tanyanya gugup.

"Saya, mau bilang sesuatu sama kamu."

"Apa?" jawabnya, masih menunduk.

Gemma mengerinyit bingung "Kamu kenapa nunduk? Saya mau bicara, gak sopan kalau orang bicara terus kamu nunduk," ujarnya.

"Maaf, Mas. Tapi aku gak biasa diliatin kaya gitu," ujar Yasmine.

"Ya sudah, terserah saja." Gemma sebenarnya ini tertawa saat melihat wajah merona milik Yasmine.

Tidak menyangka jika ada wanita manis seperti dia. Tertutup dan pemalu, namun jika sudah bertemu dengan seseorang yang cocok, malah cerewet.

Seperti saat bersama dengan Gaby, wanita itu tidak akan segan-segan mengomeli putrinya jika berbuat kesalahan, namun beberapa menit setelah itu meminta maaf karena sudah marah-marah.

Menggemaskan.

"Sebelumnya, saya mau tanya sesuatu sama kamu."

"Apa?"

"Kamu nyaman gak Gaby, putri saya?" tanya Gemma.

Yasmine mengangguk "Iya, aku nyaman sama Gaby, dia anak yang manis. Memangnya kenapa ya, Mas?"

"Saya mau kamu jadi ibu Gaby, ibu dalam artian sesungguhnya, bukan hanya sekedar panggil aja," ucap Gemma setelah mengumpulkan semua keberaniannya.

To the point.

Sontak Yasmine langsung mengangkat kepala dan melotot pada Gemma.

"M ... Ma ... Maksudnya, a ... Aku ... Jadi-"

"Iya, maukah kamu jadi istri saya, Yasmine?" tanya Gemma sudah berpindah dari duduknya dan berlutut di hadapan Yasmine dengan sebuah kotak berwarna hitam di tangannya.

Di dalam kotak itu terdapat cincin berlian mewah berbentuk bunga melati, sesuai dengan nama wanita yang ia lamar saat ini.


Yasmine termenung, berkelana dalam pikirannya. Di satu sisi, ia merasakan euforia yang tidak biasa dalam hatinya, bagaikan ada ribuan kupu-kupu berterbangan di perutnya.
Dia bahagia, tak pernah ada lelaki yang melakukan hal semanis ini padanya.

Namun, disisi lain, ia merasa sedih karena mungkin saja Gemma hanya menjadikannya sebagai pelarian.

Gemma, pria itu baru saja dikhianati oleh kekasihnya hingga nyaris kehilangan sang buah hati. Jadi, apakah mungkin dia berpindah kelain hati dalam waktu yang sesingkat itu.

Akan tetapi, Yasmine juga tidak ingin membohongi dirinya sendiri, ia bahagia saat ini. Gemma adalah pria yang bisa membuat jantungnya berdegup kencang hanya karena tatapan saja.

Yasmine ingin sekali menerima lamaran yang terkesan dadakan ini. Ia ingin menjadi pendamping hidup pria itu untuk selamanya.

"Yasmine," ulang Gemma menyadarkan Yasmine dari lamunannya.

Yasmine berujar dengan suara bergetar dan wajah merona yang tak dapat di sembunyikan lagi.

"Aku ..."

Flashback off ...

"Jadi dimana gadis yang kamu lamar itu Gemma? Bawa kemari, ayah ingin bertemu," ujar Baskoro.

Gemma mendengus sebal "Gak ada, kan Gemma udah bilang waktu itu."

"Loh, kamu kan bilang mau melamar perempuan, terus sekarang bilangnya tidak ada," ujar seorang wanita yang merupakan pasangan Baskoro.

Gemma menatap Gaby yang berada dalam pelukan ibunya itu, tersenyum geli padanya. Ia mendengus sebal pada gadis kecil itu.

"Udah jujur apa sih, Pa." Gaby makin tak tahan melihat raut wajah kesal sekaligus malu Gemma.

"Jahat banget!" balas pria itu menggerakkan bibirnya tanpa suara.

"Jujur apa ini? Jujur soal apa Gemma?" tuntut Ratulangi--ibunya.

Gemma menghembuskan napas kasar "Gemma ditolak sama perempuan itu, Bu. Udah jangan dibahas lagi."

Gaby tersenyum geli memberi kode pada eyangnya. Lalu wanita lebih setengah abad itu menunduk dan mendengar apa yang cucunya bisikan.

Ratulangi tersenyum paham. Gaby memang anak yang tidak bisa menyimpan rahasia Papanya pada sang Nenek.

"Jangan dengerin omongan Gaby, Bu. Dia bohong itu," celetuk Gemma dengan wajah datar.

"Memang kenapa kamu sampai ditolak?" tanya Baskoro menimpali.

Gemma mengedikkan bahu "Gak tau, mungkin karena Gemma udah tua kali," jawabnya asal.

"Emang perempuan itu umur berapa sih?"

"Dua puluh empat, Pa."

"Otw dua lima," sela Gaby.

Baskoro menoleh pada cucunya "Gaby kenal?"

Gaby mengangguk "Kenal, Eyang Kakung, kan guru les Gaby. Paling bentar lagi datang, soalnya hari ini jadwal Gaby les," jawabnya.

Baskoro mengangguk paham, lalu kembali menoleh pada putranya "Ayah bersyukur kamu berpisah dengan wanita itu. Kami tidak habis pikir, kamu tega mengusir putri mu hanya karena wanita tidak tau sopan santun seperti dia." Mulai kembali acara menatar Gemma.

"Iya, Yah. Gemma udah minta maaf dan merasa bersalah banget. Gemma juga udah laporin dia kepolisi," jawab Gemma.

"Dan beruntung juga cucu kita selamat. Besok kalau Papa mu ini jahat, lapor pada eyang putri atau eyang Kakung mu, biar dipites," celetuk Ratulangi.

Gemma merengut sebal pada Gaby saat gadis itu mencibir ke arahnya, ekspresi meledek karena sudah dibela.

"Iya Eyang, nanti Gaby akan laporan, dua kali dua puluh empat jam." Gaby terkekeh.

"Ya sudah Ayah, Ibu, Gemma ijin dulu ke atas. Kalau Ayah dan ibu ingin istirahat, kamar tamu sudah disiapkan."

Saat Gemma akan berdiri, suara bel menghentikan pergerakannya.

Gaby langsung berdiri dan menahan Gemma untuk tidak pergi.

"Tunggu atuh, Pa. Gebetan dateng, kok Papa malah pergi."

"Papa males, Nak!" ujar Gemma dengan suara pelan.

"Ish si Bapak, berjuang dong Pak Gem, masa ditolak sekali aja Pak Gemma nyerah sih? Payah ni!"

Gemma menghela napas berat, lalu kembali mencari posisi duduk yang nyaman di sofa.

Gaby berjalan membukakan pintu, dan munculah wanita yang beberapa waktu lalu menolak mentah-mentah lamaran Gemma.

Dengan alasan "Pikirkan dulu apa yang Mas rasa sama aku, aku tidak ingin menjadi pelampiasan," katanya waktu itu.

Walaupun sedikit bagian dari hati Gemma masih diisi oleh wanita penghianat itu. Tetapi, ia yakin Yasmine bisa menggeser posisi Megan dari hatinya, dengan cara sederhana yang wanita itu punya.

Satu nilai plus yang membuat Yasmine terlihat lebih berharga dari wanita di luar sana. Yaitu pakaian yang selalu tertutup, dan tentu saja hanya bisa dilihat oleh orang-orang spesial. Gemma ingin menjadi salah satu dari orang spesial itu atau bahkan satu-satunya.

***

"Orangtua Mas, baik ya." Yasmine berujar tanpa menatap wajah Gemma.

Wanita itu duduk di karpet sementara Gemma duduk di sofa. Hanya ada mereka berdua, Gaby dan kedua eyang nya sedang melihat oleh-oleh yang telah dijanjikan.

Gaby sebenarnya sudah merencanakan hal ini dengan kedua eyang nya. Meninggalkan Papanya dan Yasmine berdua, namun masih dalam pantauan.

"Makasih, nanti saya sampaikan," jawab Gemma datar.

Mereka terdiam, tak ada lagi yang mulai berbicara. Hingga suara deheman Gemma membuat Yasmine mengajukan satu pertanyaan.

"Mas, marah ya?" tanya Yasmine takut-takut.

Gemma terdiam sesaat "Kalau iya?" balasnya.

"Aku minta maaf, Mas. Bukannya aku tidak menghargai, tapi aku gak mau Mas menikah hanya karena Gaby. Yang akan menikah itu Mas, bukan Gaby." Yasmine berujar pelan, takut Gemma murka dan menonjok wajahnya.

"Kalau saya bilang alasan saya waktu itu bohong, apa kamu mau terima lamaran saya? Enggak kan. Saya tau kok kamu mau yang setara sama kamu, bukan yang udah tua kaya saya."

Yasmine menggeleng "Bukan, aku gak pernah mikir kaya gitu. Kalau Allah kasi aku jodoh, seperti apapun itu, aku akan terima."

"Terus? Kenapa kamu nolak saya? Karena kamu merasa saya jahat ya?"

Yasmine mulai kesal karena ucapan pria itu "Mas, selalu berpikir negatif. Aku hanya gak mau dinikahi oleh lelaki yang tidak mencintaiku. Aku ini wanita, bagaimana pun aku butuh cinta," jawabnya sedikit kesal.

Setelahnya Yasmine langsung beristighfar dan meminta maaf.

Gemma ingin tertawa sebenarnya, tapi ia tidak mau terlihat konyol di depan seorang wanita.

"Kalau begitu, buat saya jatuh cinta sama kamu. Buat rasa kagum di hati saya jadi cinta. Ijinkan saya berjuang, Yasmine."

***

Uwah! Gemma udah romantis belum sih? Hahaha ada yang baper gak?

Udah malem nih malas ngebacot akoh. Langsung votement yaaa😚

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top