SEWINDU -54- Pitak Berjamaah

"Bersyukurlah agar kamu merasa beruntung"

•••

Gaby tersenyum bahagia saat melihat teman-temannya sedang duduk lesehan menunggunya di depan pagar rumah Gezza.

Gaby baru saja pulang menemui Irham, sekaligus menagih janji Gemma tadi malam.

Senyum gadis itu mengembang dari dalam mobil saat melihat wajah beberapa dari mereka yang merengut kesal.

Di sana ada Greya, Timothy, Garren, Nensy, Genta dan juga Amanda, dengan wajah datar khas-nya.

"Pa, Gaby boleh kesana gak?" tanya Gaby menunjuk teman-temannya itu.

Gemma tersenyum lalu mengelus surai hitam milik putrinya "Boleh dong. Tapi hati-hati ya, jangan banyak gerak dulu," ujar Gemma memperingati, lalu memasukan mobil ke dalam gerbang rumahnya.

Setelah itu ia berjalan memutari mobil dan membukakan pintu untuk tuan putrinya.

"Ayo sini Papa bantu jalan kesana," ujar Gemma.

Pria itu memapah Gaby berjalan menuju kumpulan anak-anak sebayanya. Ada beberapa yang Gemma kenali.

"Gabyyy ...! Gue kangen!" seru Greya memeluk erat sahabatnya.

Gezza dan Gemma meringis saat melihat betapa bersemangatnya gadis itu memeluk Gaby, hingga menyentuh luka dan membuat Gaby mendesis nyeri.

"Woi Gre, jangan agresif banget dong! Itu anak orang masih sakit." Gezza berseru dari belakang.

Greya menampilkan cengirannya pada Gemma dan Gaby "Hehe, maap ya. Efek rindu ini mah. Maklumi ya Om." Gadis itu menggaruk kepalanya.

Gemma tersenyum "Iya gak papa, tapi jangan diulang lagi ya. Soalnya jahitan di bahu bahu Gaby belum sembuh," ujarnya memperingati.

"Hehe, oke siap Om!"

Setelah itu, Gemma memilih untuk mampir sejenak ke rumah Gafril sembari berbincang dan melepas penat.

"Halo Gaby, apa kabar?" tanya Genta ramah.

Gaby tersenyum simpul "Halo juga Genta, aku baik."

Gezza langsung berpindah duduk dari sebelah Garren ke sebelah Gaby.

Cowok itu menampilkan tatapan tajamnya pada Genta.

Dalam hati ia berkata "Huh! Dasar penikung, tau aja suasana yang tepat!"

Genta memutar mata jengah melihat tingkah posesif Gezza yang menurutnya sangat berlebihan.

"Gaby, lo kabur kemana sih emangnya?" tanya Greya penasaran.

"Kabur ke jalanan," jawab Gaby santai.

Namun, Gezza bisa membaca raut wajah tak suka Gaby dengan pembahasan itu. Sesegera mungkin ia mengalihkan topik pembicaraan.

"Eh, si Timo palanya belum di pitakin! Woi Titit, lo yang sportif dong, kan lo yang kasi ide kemarin," seru Gezza.

"Bener tuh! Ayo Tit, pitakin pala lo sekarang!" Garren menimpalinya.

Timothy menghela napas berat "Gue cuma asal ngomong kemarin, gak taunya kalian emang beneran lakuin," ujarnya berkilah.

Greya berdecak "Udah pitakin aja dah! Lama amat. Sini biar gue yang gunting." Gadis itu merampas gunting yang sedang dipegang oleh Garren.

Sesaat mereka saling tatap. Namun hanya sebentar, karena Greya langsung memalingkan wajahnya.

"Woi! Apaan sih Gre? Gue gak mau ya!" teriak Timothy menolak keras.

Namun Greya tetap memaksa. Gaby hanya menatap bingung temannya itu, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Hingga kemudian ia bersuara, menghentikan pergerakan Greya yang sedang berusaha menggapai kepala Timothy.

"Kalian lagi ngadain apa? Kok kepala Timo dipitakin?" tanya Gaby penasaran.

Gezza tersenyum menatap gadis yang duduk di sampingnya itu, perlahan Gezza mengelus lembut pipi putihnya.

"Kemarin Timo kasih usul. Gimana kalo kita pitak berjamaah, dan anak-anak yang lain setuju," jelas Gezza.

"Pitak berjamaah? Dalam rangka apa?" tanyanya lagi.

"Dalam rangka, biar kamu gak sendirian punya kepala pitak," ujar Gezza terkekeh pelan.

Sontak jemari Gaby menyentuh kepalanya yang terbalut perban. Ya, ia tau jika sebagian rambutnya harus dipotong karena proses operasi waktu itu.

Gaby menatap sedih teman-temannya, ternyata memang benar, rambut mereka yang sudah di potong sebagian.

Mereka teman yang sangat solid dan setia kawan. Tapi, Gaby merasa bersalah jika mereka terpaksa melakukan itu.

"Kalian gak perlu lakuin itu, aku gak papa kok rambutnya pitak, kan masih bisa numbuh lagi. Udah, jangan paksa Timo gunting rambutnya," ucap Gaby sedih.

Sontak Timothy menyela cepat "Enggak kok Gaby, gue gak terpaksa, suer deh!" ujarnya mengacungkan jari berbentuk 'V'

"Ayo Gre! Potong rambut gue, tapi jangan banyak-banyak ya!" ucap Timothy bersemangat.

"Oke babu kuh!" balas Greya dengan senang hati.

Gaby ingin tertawa saat melihat mata Timothy berkaca-kaca melihat rambutnya yang sudah di potong oleh Greya.

"Kadar kegantengan Timo berkurang 0,1 persen. Pasti cewek-cewek pada gak mau gue deketin lagi," gumam Timothy nelangsa.

"Aelah, Lo enggak pitak aja cewek-cewek pada bergidik ngeri, apalagi kalo begitu!" kekeh Nensy dengan wajah meledeknya.

"Nensy suka fitnah kalo ngomong," balas Timothy.

Greya menepuk pelan bahu Timothy "Tenang aja, Tit. Gue masih mau kok lo deketin, tenang aja ya!" ucapnya.

Tanpa Greya sadari. Karena ucapan spontannya itu, dua hati tersakiti secara bersamaan. Yaitu Garren dan Ramanda.

Garren menatap Greya dengan tatapan sayu sarat akan kerinduan yang mendalam. Sedangkan Ramanda hanya menatap datar, namun ia menghela napas berat berkali-kali.

"Kalian udah dari tadi ya, duduk di sini?" tanya Gaby.

Mereka semua mengangguk. "Iya Gab, si Gezza cowok lo ini kasar banget basa-basinya, masa dari tadi kita duduk di sini kagak dikasi minum, diajakin masuk aja enggak." Nensy mewakili suara semua yang yang ada disana, kecuali Gezza.

"Gue gak mau nawarin masuk, lu semua itu rakus, ntar makanan di rumah gue habis!" balas Gezza tanpa sungkan.

"Medit sangat kau, Mas!" celetuk Timothy.

Gaby menatap Gezza dengan tatapan memicing "Ya udah, kita makan di rumah aku aja, masih banyak kok makanannya," ajak Gaby.

"Terus, Gezza bukan bukan pacar aku lagi. Kami udah putus," lanjut Gaby berujar.

"Inilah definisi sakit tapi gak berdarah!" celetuk Timothy meledek Gezza dengan wajah merahnya.

•••

Di dalam rumah Gemma sedang berbincang dengan Gafril, sesekali pria itu menatap ke arah taman belakang rumah Gafril, dimana di sana ada Gaby dan kawan-kawan yang sedang menikmati sosis bakar.

Saat para anak muda itu akan beralih duduk ke dalam rumah Gaby, tiba-tiba suara cempreng Gishel meneriaki mereka untuk segera masuk ke dalam rumahnya.

Tapi bukan hanya mereka yang menjadi fokus Gemma, melainkan juga sesosok perempuan cantik bak bidadari yang sedang merangkul putrinya dengan sayang.

Gemma cukup terkejut saat melihat Yasmine juga ada di dalam rumah Gafril. Seketika jantung pria itu langsung berdebar tanpa bisa ia kendalikan.

"Kalo lo suka langsung lamar, Gem! Jangan lama-lama, ntar diambil orang," celetuk Gafril.

Sedaritadi, Gemma tidak fokus dengan topik pembicaraan mereka saat ini, Gafril tersenyum miring mengetahui siapa yang menjadi fokus sahabatnya itu.

"Ah, apaan sih lu? Dia itu masih muda, mana mau sama gue yang udah tua ini, ditambah lagi gue ada buntut," balas Gemma terkekeh.

Gafril meninju bahu Gemma "Baru sadar kalo lo udah tua," kekehnya. "Tapi, lo belum coba Gem. Yasmine keliatan nyaman banget sama Gaby, begitupun sebaliknya," lanjut Gafril.

Gemma menggeleng sembari tertawa "Liat nanti aja, Gaf. Gue gak mau anak gue ngerasa kesepian lagi, gue mau ada terus buat dia. Cukup sekali aja gue lakuin kesalahan fatal ini," ujarnya tersenyum menatap sang putri yang tertawa lepas bersama teman-temannya.

Gafril salut dengan perubahan sikap Gemma yang seperti ini. Ya, pria itu memang sudah seharusnya memprioritaskan Gaby.

"Lo bener, untuk sekarang ini prioritaskan dulu anak lo, jangan mikirin diri sendiri mulu," canda Gafril sembari tertawa. Lalu mereka tertawa bersama.

•••

Tbc

6 chapter lagi menuju Real End. Emang bener-bener End, karena gue mau lanjut ke cerita yang udah gue gantungin selama beberapa bulan ini.

Jangan lupa votement ya😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top