SEWINDU -52- Berdebar
"Sederhana namun berkesan. Biasa saja tetapi sulit untuk dilupakan"
•••
Sejak tadi pagi, Gezza selalu sibuk dengan kegiatannya menanyai keinginan Gaby. Cowok itu terlalu antusias saat pujaan hatinya membuka mata setelah melalui proses sulit.
"Kamu mau apa? Buah? Cokelat? Es krim? Atau ... Mau hati aku aja?"
"Wuuek! Jijiq gue!" celetuk Garra saat mendengar ocehan Gezza, yang menurutnya sangat alay.
Mulai detik ini, Gezza memutuskan untuk beraku-kamu dengan Gaby. Agar mereka terlihat akrab dan romantis.
Gezza menoleh menatap lelaki yang sedang berbaring di sofa sambil menonton TV.
"Apa sih jones, iri aja liat orang," ketus Gezza lengkap dengan delikan matanya.
Garra melengos "Eleh! Lo gak inget kalo udah di putusin sama Gaby? Jomlo berasa taken lu!" ledeknya.
Gaby yang belum pulih sepenuhnya hanya bisa menatap bingung dua orang lelaki bersaudara itu beradu mulut.
"Dari pada elu, jomlo mengharapkan kekasih orang lain. Gak malu ama kumis, Pak?" balas Gezza meledek Abangnya yang memiliki kumis tipis.
"Ini namanya pemanis pemikat wanita, asal lu tau aja ya!"
"Lagu-laguan pemanis pemikat wanita, sampe sekarang hidup lu alone bang, gak ada yang ngisi."
Garra menatap geram adiknya itu "Wah! Berani ya lu sekarang sama gue. Belum berasa kayanya tonjokan gue kemarin. Minta didaftarin ke neraka jahanam ni anak!" celoteh Garra. Ia berdiri dan langsung mengapit kepala adiknya itu di ketiaknya.
Di dalam ruangan rawat yang besar itu, bukan hanya ada Gaby dan dua makhluk aneh yang sedang berdebat itu saja. Melainkan ada dua pasang manusia dewasa yang ikut duduk bersama mereka.
Siapa lagi kalau bukan Pasangan Gafril dan Gishel. Termasuk juga Gemma dan Yasmine.
Pasangan suami istri itu tengah memperhatikan gerak gerik aneh yang ditunjukkan oleh Gemma dan Yasmine. Terlihat kaku dan canggung.
Ada apa dengan mereka? Batin Gishel bertanya-tanya.
Mengabaikan kedua saudara yang masih berdebat. Gishel memberanikan diri bertanya langsung pada Yasmine.
"Kalian berdua kenapa sih? Lirik-lirik kan mulu dari tadi, kaya mau tauran aja?" tanya Gishel dengan kening berkerut.
Yasmine menggeleng cepat "Enggak papa, Mbak. Aku ... cuma ... cuma-,"
"Cuma nervous ya, Bu Yasmine," celetuk Gezza tiba-tiba memotong ucapan Yasmine.
Gezza yang tadinya sedang bergulat dengan Garra di lantai, seketika langsung menghentikan aksinya ketika teringat kejadian yang ia lihat tadi malam.
"Nervous kenapa?" tanya Gaby yang sedari tadi diam, sambil sesekali cekikikan melihat tingkah Gezza dan Garra.
Gezza menatap pujaan hatinya dengan lembut. "Bu Yasmine tadi malam dipeluk sama cowok ganteng," ucap Gezza dan langsung mendapat tatapan tajam dari Gemma.
Gafril yang melihat sahabatnya melotot pada putranya dibuat semakin penasaran dan curiga.
"Beneran?" tanya Gaby memastikan.
Gezza mengangguk "Beneran, aku lihat dengan mata kepala aku sendiri. Diri aku yang suci seketika ternodai oleh pemandangan yang bikin aku baper," jelas Gezza dengan nada lebay.
Garra menatap jijik adiknya itu "Ma, dia kesambet apa sih? Kok jadi alay gini?" tanya Garra pada Mamanya.
Gishel hanya mengedikkan bahu. Ia juga bingung dengan tingkah laku Gezza yang terlihat lebih romantis dan lembut. Tidak seperti biasanya yang cuek dan ketus.
Mungkin ini adalah efek menjomlo selama beberapa minggu, hingga membuat Gezza menjadi lebih berperasaan dari biasanya.
"Cowoknya siapa?" tanya Gishel mewakili pertanyaan Gaby.
Gezza berdiri dari lantai dan setelah itu ia menunjuk ke arah Gemma yang masih melototinya.
Gezza menyengir mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf 'V'.
"Hehe, moon maaf yang Om Gem, Gezza gak bisa bohong nih, takut dosa!" cengir cowok itu.
"Gezza!" lirih Yasmine memperingati Gezza untuk tutup mulut. Namun, bukan Gezza namanya jika tidak menjahili orang dalam satu hari.
"Jadi Ma, Pa. Tadi malam Om Gemma peluk Bu Yasmine lamaaaaa banget, dunia serasa milik berdua, aku sama yang lain cuma numpang!" setelah mengucapkan itu dengan cepat. Gezza langsung belari keluar menghindari tatapan laser ala superhero Superman yang dipancar oleh Gemma.
***
Sore harinya, Gemma mengantarkan Yasmine pulang ke rumah. Sebenarnya tadi ada Gezza yang ikut menumpang pulang bersama mereka. Tapi di tengah jalan, cowok itu melihat temannya dan minta diturunkan karena akan mengurus masalah utang piutang antara dia dan temannya itu.
Suasana di dalam mobil sangat canggung, Gemma merasa ragu ingin membuka suara, sementara Yasmine, sedari tadi wanita itu hanya menunduk sembari memainkan ujung jilbab yang menjuntai ke bawah.
"Umm, Yasmine! Saya minta maaf buat kejadian kemarin malam," ucap Gemma setelah berdebat lama dengan batinnya sendiri.
Yasmine mendongak menatap Gemma dari samping, jantung wanita itu berdebar cepat saat melihat wajah tampan bak dewa di depannya itu.
"Gak papa, Mas. Kan gak sengaja," ujar Yasmine.
Gemma tersenyum lega "Oh iya, kamu makan dulu? Gimana kalo saya traktir kamu makan?" Gemma memberikan tawaran.
Yasmine menggeleng pelan "Gak usah, Mas. Aku gak mau ngerepotin, lagian Gaby pasti nungguin Mas di rumah sakit," tolak Yasmine secara halus.
Gemma mengangguk, dia sedikit kecewa karena Yasmine menolak ajakannya.
Entah mengapa, Gemma merasa nyaman sekali saat berada di dekat wanita manis di sampingnya ini. Mungkin ini juga yang dirasakan oleh putrinya sehingga ia bisa dengan mudah akrab dan lengket dengan Yasmine.
Perhatian kecil namun terasa sangat tulus. Wanita yang sederhana namun memiliki kesan tersendiri yang tidak bisa dijelaskan.
Setelah itu, suasana kembali hening seperti semula. Keduanya kembali terdiam dalam pikiran masing-masing.
Tak lama, mobil yang mereka tumpangi sudah sampai di halaman depan rumah Yasmine.
Gemma turun dan mengantarkan wanita itu sampai ke depan rumah. Mereka di sambut oleh seorang wanita paruh baya yang juga mengenakan hijab seperti Yasmine.
Gemma menebak, jika itu adalah ibu wanita manis itu.
"Siapa, Yas?" tanya wanita paruh baya itu pada putrinya.
Yasmine tersenyum mengambil tangan ibunya lalu menciumnya "Kenalin, Umi. Ini Mas Gemma, Papanya Gaby," ujarnya memperkenalkan Gemma.
Gemma mengucap salam sembari melakukan hal yang sama seperti Yasmine, yaitu mencium tangan Wanita itu.
"Oh, Papanya Gaby ya. Terima kasih sudah mengantarkan Yasmine dengan selamat," ujar wanita itu ramah.
Gemma tersenyum "Sama-sama Bu. Saya juga berterima kasih, karena Yasmine sudah membantu saya mencari Gaby."
Umi Yasmine balas tersenyum "Gak papa, Nak. Oh iya, bagaimana keadaan Gaby? Ibu dengar dari Yasmine kalau dia sedang sakit."
"Alhamdulillah, Gaby sudah sembuh dan sadar, Bu!" jawab Gemma.
"Alhamdulillah kalau begitu ya. Semoga Gaby cepat pulih seperti sediakala, titip sama ibu ke dia, bilang kalau Uminya Ibu Yasmine sudah rindu memakan kue buatan Gaby."
Gemma terkekeh pelan, ternyata pergaulan anak gadisnya sangat luas. Semua makhluk ia jadikan teman, kecuali iblis dan setan.
"Baik, Bu. Kalau begitu saya pamit dulu," ujar Gemma undur diri.
"Tidak mau mampir dulu?" tawar si Umi.
Gemma menggeleng "Terimakasih Bu, tapi Gaby sudah menunggu di rumah sakit."
"Ya sudah, kamu hati-hati dijalan."
"Terimakasih. Pamit dulu Bu, Yasmine."
"Iya, Mas. Hati-hati."
Sepeninggalan Gemma, Umi menatap curiga pada Yasmine.
"Kamu suka ya sama Papanya si Gaby?" tanya Umi to the point.
Yasmine menoleh terkejut "Ih, apaan sih Umi. Siapa bilang aku suka?" sanggah Yasmine merona.
Umi terkekeh "Mata kamu yang bilang, Nak. Kalo misalnya kamu suka juga tidak apa-apa, lagian pria itu seorang duda, jadi tidak masalah jika kamu menyukainya," tandasnya.
"Ih, Umi. Malu ah ngomongin itu!" ucap Yasmine berlari meninggalkan Ibunya yang terkekeh.
***
Tbc
Hehe, maafin kalo kurang ngefeel chapter ini.
Sepertinya untuk besok sampai tanggal 18 aku belum bisa update lagi. Karena aku mau ujian gais. Doa-in ujian aku lancar ya dan dapat nilai di atas 700 permata ujian.
Hope you'll like this chapter. 😊😉
Jangan lupa vote dan komentarnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top