SEWINDU -5- Kelopak Mawar
Klik 🌟 di pojok bawah dong.
----------------------------------
"Everything I do"
♡♡♡
Gaby langsung menghempaskan badannya ke atas kasur, tanpa mempedulikan apa yang sudah tertata rapi di atasnya. Ia sangat lelah sekali.
"Ini hotel kotor banget sih? Kelopak mawar dimana-mana, abis ritual kayanya. Kenapa gak sekalian saja bawa pohon beringin ke sini?" oceh Gezza, sambil menendang kelopak mawar yang bertaburan di lantai.
Gezza meniup semua lilin aromaterapi yang menyala, lalu menghidupkan lampu utama "Ini lagi! Pake lilin-lilin segala, kebakaran baru tau rasa!" masih dengan ocehannya.
Setelah selesai, Gezza bergerak meletakan ranselnya ke atas sofa dan ikut merebahkan diri di samping Gaby "Geser sana! Maruk banget kasur segede ini cuma buat lo doang," ucapnya pada Gaby.
Gaby yang masih setengah sadar, dan tak mau mencari masalah. Kantuk yang mendera ini lebih penting dari ocehan Gezza. Akhirnya ia menggeser badannya juga.
Mereka mulai terlelap bersama dengan sepatu yang masih melekat pada kaki masing-masing, tidak peduli jika kelopak mawar yang ditabur di atas kasur.
***
Suara bel mengusik tidur nyenyak Gezza, Dia membuka mata, duduk sambil mengumpulkan nyawa, ia berdiri dan membukakan pintu. Gezza menatap petugas hotel dengan tatapan kesal. Sedangkan yang ditatap tersenyum ramah.
"Maaf mengganggu Tuan, saya kesini membawakan koper Tuan dan Nyonya," ujarnya sopan, tanpa menjawab, Gezza hanya mengangguk, menggeser badannya, mempersilahkan petugas hotel itu masuk.
Petugas dengan name tag Kemal itu masuk sambil menarik dua koper ke dalam. Ia juga mengatakn jika sudah lima kali kembali kesini dan baru sekarang membuahkan hasil
Setelah kepergian petugas hotel itu, Gezza melihat jam yang melingkar di tangannya. Menunjukkan jika hari sudah senja. Dengan segera cowok itu membersihkan dirinya, dan berganti pakaian dengan kaos oblong berwarna putih.
"Kebo banget! Bangun oi, udah maghrib ini, gak mandi apa?" tanya Gezza membangunkan Gaby.
Gaby menggeliat meregangkan badan, menjawab pertanyaan Gezza dengan anggukan, lalu berjalan sempoyongan ke kamar mandi.
"Woi! Handuk lo bawa! baju sekalian jangan pake baju di luar!" perintah Gezza. Gaby berbalik, mengambil baju, handuk, dan perlengkapan mandi lainnya. Setelah itu dia melesat masuk ke kamar mandi.
Gezza terkekeh pelan, saat melihat banyak kelopak mawar yang melekat di rambut kusut cewek itu.
***
Keesokan harinya....
"Gezza, kita ke Gunung Rinjani yuk!" ajak Gaby.
"Gak mau, capek habis nyapu kelopak mawar pake baju."
"Ish, cemen banget!"
Gezza yang sedari tadi sibuk dengan ponsel, mengalihkan tatapannya ke wajah Gaby "Lo bilang apa tadi?" desisnya.
"Aku bilang, Gezza itu cemen! Baru beresin hal kecil kaya gitu aja capek, gimana nanti mau kasih makan anak-anak kita!"
Gezza menatap Gaby dengan muka datar "Gue gak mau punya anak, gue gak mau nikah, dan gue gak mau repot! Ngerti!?" ucap Gezza dengan wajah datarnya.
Gaby balas menatap sengit "Ya udah, berarti kamu mau jadi perjaka sampe tua, kalo aku mah bahagia nanti, sama anak aku, sama suami aku, pokoknya bahagia deh," Seru Gaby.
"Terserah lo aja!" usainya "Kayak ada aja orang yang mau sama lo," lanjutnya lirih.
"Jadi gimana Gezza, atau ke pantai aja?" ucap Gaby dengan wajah penuh harapan.
"Gak!" ketus Gezza telak.
"Dasar pemalas, ini Lombok lho Gezza, percuma aja kesini kalo gak menikmati keindahan alamnya," cerocos Gaby. Lama-lama gemas juga melihat cowok itu.
Gezza menaikan sebelah alisnya "Terus kalo ini Lombok, kenapa?" tanyanya "Kalau mau jalan, pergi sendiri, ngapain ngajak orang,"
"Boleh emang kalo Gaby jalan sendiri?" tanya Gaby memastikan.
Gezza mengedikkan bahunya "Terserah!"
"Ya udah deh!" Gaby langsung mengambil kameranya, dan berjalan keluar kamar dengan girang "Aku pergi dulu yaaa, bye!"
Setelah Gaby pergi, kini tinggal lah Gezza sendiri, yang masing berkutat dengan game onlinenya.
***
Gaby berteriak heboh, saat sampai di sebuah pantai yang jaraknya tak terlalu jauh dari hotel tempat ia menginap, jadi Gaby bisa sampai dengan cepat.
Gaby melompat dan berlari mengejar ombak seperti anak kecil. Pantai ini cukup ramai, banyak orang yang juga ikut bermain-main ombak, sambil melihat pemandangan.
Gadis itu bahkan sudah berbicara dengan sepasang bule dengan bahas Inggris apanya.
Bule tersebut tersenyum melihat keceriaan Gaby, mereka berfoto bersama dengan kamera milik Gaby. Tentu saja gadis itu yang memintanya.
Setelah mereka berpisah, gadis dengan rambut cepol itu bertelanjang kaki menyusuri bibir pantai. Sisa obak mengalir pelan mengenai kakinya. Gadis itu senyum seraya memotret beberapa hal.
***
Gezza merasa bosan berada sendirian di dalam kamar, ia memutuskan untuk menyusul Gaby saja. Ternyata tanpa ada gadis cerewet itu, dunia Gezza sepi juga.
Dari kejauhan, Gezza melihat Gaby berbincang riang dengan seorang lelaki. Dengan kesal Gezza menyusul kesana
"Gaby, ngapain di sana?"
"Gezza dateng? Ayo kesini Za!" titah Gaby.
Gezza menurut dan langsung merangkul bahu Gaby. Ia menatap datar pada Genta "Kerjaan lo jadi penguntit ya sekarang?"
Gaby mencubit pelan pinggang Gezza "Jangan kasar ih ngomongnya! Genta tuh kesini juga liburan, sama keluarganya." Jelas Gaby.
"Kalian kesini berdua aja?" tanya Genta.
"Iya, emang kenapa? Ngiri ya lo?" tanya tersenyum miring.
Genta terkekeh pelan "Buat apa? Gaby temen gue kok," jawabnya dengan nada meledek.
Iris hitam legam milik Gezza menatap Genta penuh permusuhan, Genta membalasnya sengit.
"Ya udah, gue jalan dulu ya Gab. Nanti gue hubungi, kita jelajahi surga makanan enak di kota ini." tersenyum bersahabat.
Gezza berdecih "Cih! Nyogok pake makanan, kagak kreatif, mainstream!" Gezza bergumam pelan.
Gaby tersenyum lebar "Assiyaap! Gaby tunggu ni loh, jangan bohong ya, jangan PHP, karena di PHP-in itu sakit," seru Gaby dengan lebay.
Genta terkekeh, lalu mengacak rambut Gaby, gemas "Iya Gaby, bawel banget sih."
Gezza menepis tangan Genta yang mencoba mencubit pipi Gaby "Hati-hati tangan lo!" ketusnya.
"Alay banget nih cowok!" ucap Gezza dalam hati sambil melihat sinis pada Genta.
Genta tak menghiraukan gertakan Gezza "Gaby kalo mau jalan-jalan jangan bawa peliharaan. Membahayakan orang lain." Genta berbisik di telinga Gaby.
Gezza menatap nyalang pada Genta yang berjalan mejauhi mereka "Wah! songong banget lu Gempa, gue tonjok bolak-balik tambah jelek lo!" teriak Gezza, karena Genta mengatainya peliharaan Gaby.
Gaby menepuk pelan bahu Gezza beberapa kali "Jangan marah ya, kamu itu bukan peliharaan aku. Tapi, my future husband." Gaby tersenyum.
Gezza berdecak sebal "Ya udah, jangan deketan sama dia!" ucapnya galak. Gaby membalasnya dengan senyuman.
"Gezza mau main ombak gak?" tanya Gaby.
Gezza menoleh "Males ah!"
"Ayo dong Gezza, sekali aja. Boleh ya?" Gaby menamit lengan Gezza, membujuknya.
Gezza tetap menggeleng "Gue bilang, males," geramnya "Lagian badan lo itu pendek, nanti lo dilelepin sama ombak," Gezza tertawa meledek Gaby.
"Eh Gezza! Kamu jangan berani-berani ya, ngatain cewek pendek. Kamu gak tau aja, kalo kami para cewek pendek bersatu padu, kamu bakalan abis dibatai," ucap Gaby penuh dengan ancaman.
Gezza makin tertawa "Takut ih!"
Gaby melengos sebal, melepaskan tangannya yang ada di lengan Gezza "Ya udah kalo gak mau! Mending ajak Genta aja!" ucap Gaby.
Baru beberapa langkah Gaby berjalan, suara dingin Gezza menghentikannya.
"Selangkah lagi lo ngejar dia, gue lempar lo ke laut!" ujarnya dingin.
Gaby mendekat kembali pada Gezza "Mau Gezza apa sih? Gaby gak boleh ini, gak boleh itu, terus bolehnya apa?" kesal Gaby.
Gezza menatap manik cokelat muda milik gadis di depannya "Lo nanya mau gue apa? Serius lo?" tanya Gezza dan diangguki oleh Gaby.
Gezza menatap serius pada cewek di depannya itu "Gue mau lo nurut semua perintah gue, Om Gemma itu nitipin lo ke gue, jadi harus ikut perintah! kalo dibilang gak boleh, ya gak boleh!" ucap Gezza telak.
Gaby yang mendapat gertakan itu, hanya bisa tertunduk. Ingin sekali ia melawan, namun apa daya, Gaby tak mampu, bahkan untuk menatap mata Gezza saja Dia tidak sanggup.
"Mending kita duduk di sana, liatin aja ombaknya, gak usah sok pengen ngejar segala, sadar diri sama badan," ucap Gezza, lalu menarik tangan Gaby, untuk duduk di batu besar yang ada di tepi pantai.
Gaby menurut saja saat Gezza menarik tangannya. Setelah menghempaskan bokongnya di sana, Gaby hanya diam.
Gezza mengelus puncak kepala Gaby "Lo mau minum apa?" tanya Gezza, dan dijawab dengan gelengan tanpa bersuara oleh Gaby.
"Lo ngambek?" Gaby menggeleng lagi.
Cowok itu menghembuskan napas kasar "Jadi lo marah karena gak gue bolehin main ombak?" tanyanya serius. "Umur lo berapa sekarang?"
Gaby menjawab dengan pelan "Lima belas tahun, lebih" lirihnya.
" Nah, itu tandanya lo udah besar, yang main ombak cuma anak kecil dan lo bukan bagian dari mereka lagi, jangsnc bersikap kaya mereka. Bahkan lo udah bisa memproduksi anak kecil sendiri."
Gaby yang tidak mengerti arah pembicaraan yang sedikit melenceng itu, ia hanya bisa tertunduk lesu "Iya maaf, udah bikin kamu repot," ucapnya dengan suara bergetar.
"Lo kenapa nangis?" tanya cowok itu saat ia melihat genangan air di mata Gaby.
Gaby menggeleng "Gak papa kok Gezza, kamu bener, aku bukan anak kecil lagi," ucap Gaby sembari menghapus air matanya.
Gezza yang melihat itu, memegang tangan Gaby, menatap dalam tepat di matanya. Sedangkan yang ditatap bisa hanya menunduk.
"Gue gak maksud marah dan bikin lo nangis," ujarnya, sambil menatap Gaby dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Gaby menggeleng "Ayo kita balik ke hotel aja," ajak Gaby, ia berdiri dan turun dari batu itu.
Gezza turun lebih cepat dan menyambut gadis itu di bawah. Gaby berjalan beriringan dengan Gezza. Sampai tiba-tiba, badannya melayang di udara.
"Gezza! kamu mau ngapain?" pekik Gaby histeris saat Gezza menggendongnya, refleks Gaby melingkarkan tangannya di leher Gezza.
"Katanya mau main ombak, sekarang gua bolehin deh. Tapi harus sama gue ya," ucap Gezza. Ia menurunkan Gaby tepat di depan ombak yang akan menerpa mereka.
Lalu saat ombak itu mendekat, Gezza menarik tangan Gaby berlari dari kejaran ombak pantai itu dan mengulangi hal yang sama berkali-kali. Mereka tertawa karena celana Gezza basah di bagian pantatnya, karena terkena cipratan air laut.
"Mau berenang gak?" tanya Gezza.
Gaby menggeleng "Gak ah, takut. Gaby gak bisa berenang, mainnya disini aja," ujar Gaby.
"Ah! Gak seru! Gue udah basah ni. Udah mau aja, ada gue kok, ntar hue pegangin," ucapnya "Tapi, kamera Lo titipin dulu di sana," tunjuk Gezza pada satu tempat resmi penitipan barang.
Gezza mengambil kamera Polaroid milik Gaby, lalu membawanya ke penitipan barang, Setelah itu dia kembali ke bibir pantai, langsung mengambil berjongkok "Ayo naik!" titah Gezza
Gaby mengerinyit bingung "Naik kemana?" tanya Gaby dengan polosnya.
Gezza memutar jengah matanya "Naik haji sana! Lo gak liat gue jongkok gini? Naik ke punggung gue lah!" ucap Gezza.
Gaby menurut dan naik ke atas punggung Gezza, cowok itu berdiri tegap, dan berjalan pelan menyusul ombak, sambil menggendong Gaby "Pengangan yang erat ya! Kita bakalan lari ke sana," ucap Gezza menunjuk laut dengan dagunya.
Secara spotan, setelah mendengar itu, Gaby langsung mengetatkan pegangannya di leher Gezza. Cowok itu langsung berlari. Hingga sekarang kedalaman air mencapai dada Gezza.
"Lepas sekarang Gaby!" seru Gezza.
Cewek itu menggeleng "Gak mau! nanti kamu tinggalin aku, terus aku kelelep, terus mati, dan jasad aku terobang ambing di lautan. Ihh, enggak rela aku," cemasnya.
Gezza tertawa renyah "Lo pikir gue sekejam itu, sejahat-jahatnya gue, gak bakalan bunuh orang," kekehnya. "Ayo turun! Sini gue pegangin," ucap Gezza.
Cowok itu membantu Gaby turun dari gendongannya. Setelah berhasil turun, dengan refleks Gaby melingkarkan tangannya di leher Gezza. Posisinya sekarang mereka berhadap-hadapan. Gezza tertawa saat melihat wajah ketakutan Gaby di depannya. Cewek itu menutup matanya rapat-rapat.
Gezza menepuk pelam pipi Gaby "Gaby, hey! jangan di tutup matanya, buka aja!" Gezza mengarahkan Gaby secara perlahan-lahan.
Gaby membuka pelan-pelan matanya, disaat itu juga, jantungnya berdegub cepat. Mata hitam legam milik Gezza menatapnya dalam.
"Relax, liat aja mata gue, nikmati gelombang ombaknya, jangan pikirin yang jelek-jelek," ujar Gezza mesugesti, seperti paranormal aja.
Gaby mengangguk patuh, ia menatap mata Gezza. Gaby melihat pupil mata itu membesar dan, ini lah pertama kalinya Gaby berani menatap dalam mata hitam itu, setelah delapan tahun menyimpan rasa.
***
Gezza dan Gaby berjalan masuk melewati loby hotel, dengan pakaian kuyup, namun tak lagi meneteskan air "Abis main di pantai ya, pasmud?" tanya Lidiya yang sedang duduk di meja repsesionis.
Gezza mengerinyit bingung "Pasmud?" ulangnya.
Mbak Lidiya tersenyum geli "Iya, pasangan muda," cetus wanita itu.
Gezza memutar jengah matanya "Ih! Mbak ini ketauan banget deh jomblonya," ledek Gezza, setengah jengkel.
Bukannya tersinggung, dia malah tertawa "Ya deh, tau kok, yang udah punya Istri mah suka gitu, suka ngehina para jomblo," kekeh Lidiya sambil menyenggol teman di sebelanya.
Gezza mengibaskan tangannya "Terserah aja deh mm, saya mau mandi. Ngomong sama mbak lama-lama bisa kering kulit saya," ucap Gezza mengalah.
Lidiya tertawa renyah "Mbaknya, tolong mandiin Mas galak ini sampe bersih ya, biar enggak kering kulitnya," celetuknya pada Gaby, tetapi dengan maksud meledek Gezza.
Gaby sebenarnya bingung, apa maksud dari ucapan Lidya itu. Dia hanya menatap bingung sambil terus berjalan mengikuti langkah Gezza yang menarik tangannya berjalan.
"Gezza, Mbak itu tadi ngomongin apa sama kamu? Kok aneh gitu ya? kaya mesem-mesem gimana gitu tadi," ucap Gaby dengan polosnya.
Gezza terus menarik tangan Gaby berjalan "Jangan didengerin, dia itu sakit saraf," ucap Gezza cepat, sebelum Gaby bertanya lebih banyak lagi.
***
TBC
VOTE AND COMMENT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top