SEWINDU -49- Please, Comeback To Me
"Tidurlah yang tenang. Katakan pada orang yang aku cintai untuk tetap tertawa, saat aku tidak bersamanya malam ini"
•••
Gafril mengelus pundak Gemma yang tak henti-hentinya menangis dari semalam, kejadian kemarin benar-benar membuatnya terpukul.
Gafril tau, tak mudah bagi Gemma menjalankan semua ini. Namun, harus bagaimana lagi, takdir sudah menuntun mereka pada tujuannya.
Gemma hanya bisa menangis menyesali semua yang telah terjadi. Semua sudah terlambat, ia sudah jauh terlambat.
Gafril berdiri menghela napas berat. Pria itu memberikan sahabatnya waktu untuk dapat menerima semua ini. Kejadian itu terlalu cepat berlangsung, namun rasa sakit yang ditimbulkannya akan selalu membekas dan tak akan pernah hilang.
Tidak hanya Gemma saja yang terpukul, semua orang yang menyaksikan kejadian itu, juga ikut sedih.
Terutama Gezza, lelaki itu hanya bisa mengurung diri di kamarnya. Merenung akan semua kesalahan yang telah ia perbuat.
Penyesalan selalu datang terakhir, bukan?
Gafril hanya memperhatikan fair jauh, Gemma yang berbicara sambil tersedu-sedu di depan undakan tanah itu.
"Pria yang malang," gumam Gafril sedih.
***
"Udah, Gem. Lo harus tegar, lepasin yang udah pergi agar mereka tenang. Jangan lagi ungkit semua kesedihan lo, karena itu hanya menimbulkan luka perih pada orang-orang yang mencintai lo." Gafril berusaha menasehati Sahabatnya.
Gemma menatap kosong jalanan di depannya tak adalagi gairah untuk hidup, ia merasa jiwanya telah pergi melarikan diri.
"Gue habis, Gaf. Gue kalah, rasanya gak sanggup buat terima semau kenyataan menyakitkan ini," lirih Gemma, kembali menangis.
"Gue yakin lo pasti bisa, Gem. Kita cuma perlu saling menguatkan!" Gafril mencoba memberi semangat pada pria di sampingnya.
Sesampainya mereka di rumah, Gafril mengantar Gemma sampai kedalam kamar.
"Makasih Gaf. Berasa punya pacar gue dianterin sampe kamar segala," ucap Gemma sedikit bercanda.
Seketika Gafril bergidik geli "Najis Gem, kalo gue jadi pacar lo. Masih cantik bini gue kemana-mana."
Gemma terkekeh pelan "Kalo gue baper sama perhatian lo, gimana? Lo kan tau gue lagi dalam masa galau berat," canda Pria itu lagi.
Walaupun hatinya hancur menjadi debu, Gemma harus tetap semangat, hidup harus tetap berlanjut.
"Ngomong yang enggak-enggak sekali lagi, badan lo gue iket di rel kereta!" ancam Gafril.
Gemma tertawa, paling tidak, seperti ini sudah bisa mengobati sedikit luka di jiwanya.
"Ya udah, lo pulang deh Gaf. Nanti kalo gue perlu, gue bakalan panggil lo." Gemma mengibaskan tangannya mengusir Gafril.
Pria yang berdiri di depan Gemma itu, berdecak kesal "Dasar gak tau diri lo! Lo pikir gue pembantu lo apa?" sentak Gafril cemberut.
"Haha, iya sorry, udah lo sana pulang! Kepala gue punyeng liat muka kucel lo itu."
"Sialan! Kaya muka lo cakep aja!" kesal Gafril menendang pelan kaki Gemma.
Lalu ia berlalu meninggal pria berkemeja hitam itu, tidur di atas ranjang besarnya.
***
Setengah jam tertidur, kini Gemma terbangun karena posisi tidur yang kurang nyaman. Ditambah lagi ia meresa risih dengan sepatu yang masih melekat di kakinya.
Pria itu melepaskan pakaian yang seharian ini ia pakai, dan menggantinya dengan kaos oblong yang lebih nyaman.
Perlahan, langkah kakinya membawa ia menuju satu ruangan yang menyimpan ribuan bahkan jutaan kenangan manis disana.
Pria itu membuka pintu dengan hati-hati, seolah menghayati setiap langkah saat ia memasuki ruangan dengan memori indah itu.
Air mata yang beberapa puluh menit yang lalu sudah mereda, kini perlahan jatuh kembali. Gemma tak kuasa menahan rasa rindu yang membuncah.
"Pulang Nak, Papa kangen," gumam Gemma sembari mengelus sebuah figura yang menampilkan wajah gadis cantik kesayangannya.
Gemma merebahkan tubuh di atas ranjang, ia menghirup aroma yang menempel pada bantal, guna mengobati kerinduannya.
"Balasan kamu kejam banget ke Papa. Paling pinter kalo ngasih hukuman, nyampe rasanya mau mati aja, Nak." Gemma berbicara pada ruangan itu.
Ia menatap gitar yang tersandar di dinding. Kenangan saat Gemma mengajari Gaby bermain gitar untuk pertama kalinya, dan beruntung sekali Gaby, karena ia mewarisi bakat alamiah milik ibunya.
Flashback on ...
"Ayo Papa! Gaby udah gak sabar!" seru gadis berambut kuncir kuda itu bersemangat.
Gemma yang sedang merapikan rambut Gaby yang baru saja selesai ia ikat, terkekeh melihat antusiasme putrinya.
Semalam Gemma menjanjikan akan mengajarinya cara bermain alat musik gitar. Dan, siapa sangka gadis berumur enam tahun itu mengingat dan menagihnya sepagi ini.
"Sabar sayang, kita rapikan dulu rambut kamu."
"Tidak perlu, Papa. Gaby sudah cantik walaupun rambutnya tidak ditata sekalipun," jawab Gaby turun dari kursi rias milik mendiang ibunya--Greta.
Gemma terkekeh mendengar tingkat kepercayaan diri gadisnya yang begitu tinggi.
Ayo! Mari kita lihat tangan mungil ini beraksi dengan gitar barunya," ucap Gemma menggendong putrinya turun.
Mereka membongkar kotak kayu berisi sebuah gitar mini yang baru saja Gemma pesan secara online.
Mereka bahagia, walaupun hanya berdua. Gemma tak akan membiarkan putrinya merasa kesepian.
Flashback off ...
"Ya Allah, aku mohon kembalikan Gaby. Aku berjanji akan menjadi ayah yang terbaik untuknya, jangan ambil dia dari sisiku, kembalikan Gaby-ku. Jangan pisahkan kami, Ya Allah," lirih Gemma menerawang ke langit-langit kamar.
"Kau baru sebentar meminjamkannya sebagai teman hidupku, aku ingin dia kembali. Aku sangat mencintainya, aku mencintai putriku, Gabriella, lebih dari apapun."
Gemma memejamkan mata, sembari memeluk erat figura yang sedari tadi ia pegang.
Membayangkan wajah seseorang di balik benda itu, berharap semua yang terjadi hari ini dan kemarin hanyalah sebuah mimpi.
***
Tak ada ubahnya dengan Gemma. Gezza hanya mampu mengurung diri di dalam kamar.
Ia tidak ingin makan dan bertemu siapapun. Yang ia lakukan hanya menatap kosong toples cookies yang selalu gadis itu berikan padanya.
Gezza rindu kue kering favoritnya. Hanya buatan tangan Gaby yang mampu membuatnya kecanduan dari awal memakannya.
Isi toples kecil itu sudah kosong, bersih dan tak ada isi. Gezza diam-diam mengoleksi benda-benda yang pernah gadis itu berikan padanya.
Ia ingin gadis itu kembali kedalam hidupnya, ia ingin bercandaan bersama Gaby.
Lalu tatapannya beralih pada ikan cupang yang hanya berdiam diri di dasar air, biasanya ia akan berenang lincah, kesana kemari. Seolah merasakan rasa sakit atas apa yang telah menimpa Ibunya.
Gezza terkekeh kecil, kala menyebutkan Gaby sebagai ibu ikan cupang itu.
Dulu, Gadis itu mengatakan jika ia adalah ibu dari ikan cupang yang ia rawat.
Kuno, nama yang akan selalu mengingatkan Gaby akan seorang Gezza. Karena baginya Gezza kurang normal.
Ikan yang tadi pagi Gemma berikan pada Gezza, dan meminta Gezza merawat peliharaan kesayangan putrinya.
"Dulu waktu lo disisi gue, gue ini kurang normal. Dan setelah semua ini, gue udah gak normal lagi, Gab. Hati gue udah lo bawa pergi jauh, kayanya bentar lagi gue jadi zombie," kekeh Gezza. Namun kekehan itu diiringi isakan pilu yang menyayat hati.
Gezza memasukan jari telunjuknya ke dalam aquarium kecil tempat kuno tinggal.
"No, lo kangen gak sama Mama lo?" tanya Gezza pada ikan itu. Namun, tak ada respon sama sekali dari Kuno.
"Sekarang, Mama lo gak bisa lagi cariin jentik-jentik buat lo. Mulai sekarang gue yang gantiin dia."
"Lo anggap aja kalo ini gue Papa lo, gue bakalan rawat lo, sebagaimana Gaby ngerawat lo."
"Gue janji."
***
Tbc
Vote dan komen ya gais.
Mau lanjut ekstrak Chapter lagi apa enggak?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top