SEWINDU -48- Biar Aku Yang Pergi
"Percayalah, semua kisah akan berakhir bahagia. Walaupun harus melalui kesakitan terlebih dahulu"
•••
"Papa." gumam Gaby.
Gemma berjalan mendekat pada gadis itu. Sementara yang lain mengiringi di belakang.
"Gaby, pulang nak! Papa kangen," lirih Gemma, sarat akan kepedihan yang merasuki jiwanya.
Gaby menggeleng cepat "Gak! Gaby gak mau pulang!" bentak Gaby tidak terima.
Tatapannya beralih pada Gezza. Gaby memberikan tatapan tajamnya "Kamu! Kamu kan dalang dari semua ini!" ujar Gaby keras.
"Kenapa kalian cari aku sih!? Aku gak mau ketemu kalian, kalian semua jahat!" Gaby berteriak dengan air mata yang mengalir deras.
Irham kebingungan dan hanya bisa menonton saja.
"Gaby, pulang, Nak! Jangan siksa Mama kaya gini," ucap Gishel yang juga ikut menangis.
"Tante! Tante bukan Mamaku! Mama aku udah mati, karena aku bunuh! Anak Tante itu Gezza buka aku."
Mendengar bentakan itu, tubuh Gishel limbung, ia tak percaya kata-kata itu akan keluar dari mulut kecil gadis kesayangannya.
Gafril menahan istrinya agar tubuhnya tak menyentuh tanah. Ia memeluk Gishel yang menangis.
Sesungguhnya, Gaby sedih saat harus mengatakan kata-kata itu. Ia sangat menyayangi Gishel, dan melihat wanita yang telah memberinya kasih sayang secara tulus menangis sedih seperti itu, hati Gaby sangat terluka.
"Maafin omongan aku. Tapi, aku ini cuma anak sial, jangan bikin kehidupan kalian menderita karena kesialan yang aku bawa. Jangan korbankan kehidupan damai kalian demi aku." isak Gaby menutup wajahnya dengan tangan.
"Aku gak mau kalian menderita. Biar aku yang mengalah dan pergi," lanjutannya.
Gemma berjalan mendekat dan memeluk putrinya dengan erat "Jangan ngomong gitu, Nak. Maafin ucapan Papa waktu itu, Papa terbawa emosi." Gemma tertohok dengan ucapan Gaby tadi.
"Kamu bukan kesialan. Tapi, kamu adalah satu-satunya anugerah yang ada di hidup Papa. Jangan tinggalin Papa, Papa bisa mati tanpa kamu," ucap Gemma ikuti menangis merasakan sakit yang putrinya alami.
Gaby semakin terisak "Gaby benci karena Gaby gak bisa berhenti nangis saat inget ucapan Papa waktu itu. Andai aja aku bisa milih, Pa. Aku bakalan minta sama Tuhan, agar mengganti nyawa aku sama Mama yang udah di kubur dalam tanah. Aku gak pernah minta buat lahir ke bumi ini, aku juga gak tau menahu apa salahku, sampai Papa bilang aku pembunuh. Aku marah karena aku hanya menjadi beban buat orang lain," ucapan Gaby mulai tidak jelas karena isakan yang semakin menjadi-jadi.
"Maafin Papa, sayang. Papa salah karena udah percaya sama orang lain dibandingkan dengan anak Papa sendiri."
Gaby menyurukkan kepala dalam dada Gemma, mencari kehangatan yang ia rindukan sembari mendengarkan detak jantung favoritnya.
"Papa gak tau apa yang aku rasakan, karena Papa gak pernah ada di posisi aku. Saat kecil, Papa tumbuh di antara keluarga yang lengkap. Sementara aku, aku gak punya Ibu. Papa gak tau seberapa aku ingin kaya anak-anak yang lain, berjalan bersama Ibunya, menikmati sore hari berdua ditaman, aku ingin merasakan apa yang mereka rasakan. Papa gak pernah tau rasanya dihina dan dibenci cuma karena aku anak piatu. Disini gak cuma Papa yang tersiksa karena Mama pergi, aku juga Pa, aku juga, bahkan aku enggak bisa memeluk ibuku untuk pertama dan terakhir kalinya, aku adalah anak yang paling malang di bumi ini."
Semua yang ada di sana menangis menyaksikan manusia ciptaan Tuhan yang sedang menceritakan kesakitan dalam hidupnya.
"Papa gak pernah ingin tau, kenapa aku gak mau kalo Papa menikah, itu karena aku takut Papa berhenti sayang sama aku, aku takut kita terpisah, Pa. Cukup kehilangan ibu, dan aku gak mau kehilangan Papa juga. Tapi, ketakutan aku sekarang terjadi kan Pa. Bahkan sebelum Papa menikah."
Gaby merenggangkan pelukan Gemma "Sekarang, Papa balik ke rumah. Aku gak akan pulang, karena itu bukan rumah aku." Gaby berdiri dari duduknya.
"Sayang, kamu ngomong apa? Itu rumah kamu, tempat dimana kamu harus pulang," ucap Gemma dengan nada frustasi.
Gadis itu menggeleng "Gak, Pa. Gaby lega udah bilang semua yang Gaby rasa selama ini. Kalaupun nanti Tuhan mengambil nyawa aku, aku udah rela. Karena dengan cara itu pasti aku bisa ketemu Mamaku yang gak sempat aku lihat rupanya seperti apa."
"Jangan Gaby! Gue mohon jangan tinggalin kami."
Gaby kaget saat Gezza tiba-tiba bersujud di depannya.
Gaby membatu Gezza berdiri dan memeluknya dengan erat "Za, kamu itu teman aku yang paling baik. Dari kamu, aku bisa rasakan kasih sayang seorang ibu. Walaupun, dulu kamu anggap aku sebagai pesaing. Tapi, aku gak marah dan gak nyesel udah meraih predikat itu. Mama dan Papa kamu baik. Aku senang bisa kenal kalian. Kalian yang harmo ya," ucapnya tersenyum manis.
Gemma tak kuasa menahan perih dalam dadanya, ia menyesal karena tidak pernah ada disaat anaknya membutuhkan.
Saat semua orang menangis dengan apa yang terjadi, Gaby tidak membuang kesempatan untuk lari dari sana.
Perhitungan rencananya tepat sasaran. Berlari sekuat tenaga, menghindari orang-orang yang ingin membawanya kembali ke rumah kesakitan itu.
Gaby tidak mau!
Ia lebih bahagia hidup di jalanan bersama anak-anak yang juga merasakan apa yang ia rasa.
Rasa sakit mereka berasal dari satu alasan yang sama. Yaitu ... Tidak di inginkan dan di buang.
Namun, usaha Gaby untuk lari sia-sia saja, karena Gemma berhasil menangkapnya. Pria itu langsung menggendong Gaby di bahu.
Bukan hal yang susah baginya, sedari bayi hingga sekarang Gemma yang selalu menggendong Gaby--putrinya.
Gaby terus berontak, ia mengigit kencang bahu keras milih Ayahnya. Hingga lelaki itu meringis dan tak sengaja melepaskan gadis itu.
Gaby melihat mereka yang tadi datang menjemputnya menyusul di belakang Gemma.
Sekuat tenaga Gaby berlari tanpa arah, yang ada dalam pikirannya adalah lari dan menghilang.
Dan harapan Gaby untuk menghilang terkabulkan, Tuhan mewujudkan salah satu impiannya.
"Tunggu Gaby, Ma." lirih Gadis itu saat merasakan rasa sakit tiada tara pada sekujur tubuhnya.
Gemma dan yang lainnya berteori kencang sembari berlari saat tubuh kecil itu terperosok ke dalam galian saluran pipa yang berukuran dua meter lebih.
Gishel dan Yasmine menangis histeris saat keempat lelaki yaitu Gemma, Gafril, Gezza dan Irham mengangkat tubuh yang penuh lumpur bercampur darah.
Gaby tersenyum mengelus pipi Gemma, hingga wajah pria itu kotor terkena lumpur.
"I ... love you ... my dad. Ma ... Mama a ... ada di ... sini, dia senyum ke ... kita, Pa. Gaby mau ikut ... sama, Mama. Pa ... Pa jaga ... Diri .. baik-baik,"setelah mengucapkan kalimat putus-putus itu Gaby menutup mata, bersamaan dengan suara sirine ambulan yang mendekat.
"Gaby ..." Gemma memeluk tubuh ringkih itu, menangis histeris.
Gezza hanya menatap kosong jalan yang mulai ramai dengan kerumunan orang-orang yang penasaran dengan apa yang terjadi.
Gaby-nya sudah pergi, meninggalkan Gezza dengan sejuta kata cinta yang tak pernah ia sampaikan.
***
End!
••••••••
Terima kasih sudah membaca.
See you on the other side😚
Silakan komen kesan kalian selama baca cerita aku ini ya.
Sengaja up double karena udah ending.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top