SEWINDU -47- Pulang

"Walaupun langit dan tanah tidak bisa bersatu. Tetapi mereka adalah satu kesatuan yang saling terhubung"

•••

Gemma terus memalingkan wajahnya. Ia sangat malu jika sampai ketahuan menangis oleh perempuan yang baru saja datang bersama Gezza dan Garra.

Lelaki mana yang tidak akan jatuh harga dirinya, saat ada perempuan yang melihat mata sembab karena menangis.

Yasmine terkekeh geli dalam hati melihat tingkah aneh pria yang baru saja berpindah duduk dari sofa ke kursi di hadapan meja kerja Gafril.

Beberapa menit yang lalu, Gezza mengagetkan dua pria dewasa yang sedang curhat satu sama lain, ia menerobos masuk kedalam ruangan ayahnya, tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

"Pa, Garra gak bisa lama-lama. Ada praktek mendadak," ujar Garra berdiri setelah menerima panggilan telepon. Meninggalkan Yasmine sendirian duduk di sofa.

"Makasih udah bantuin nyari Gaby ya, Nak!" seru Gemma pada dokter muda itu.

Garra tersenyum "Udah tugas aku sebagai kakak, Om."

Ya, sekarang Garra sudah belajar untuk ikhlas, karena tidak mungkin juga dia menjadikan Gaby sebagai kekasih, karena  mereka memiliki jarak umur yang cukup jauh.

Lagipula rasanya tidak akan berbalas. Karena sedari awal yang Gadis itu inginkan hanya adiknya.

Bahkan sudah delapan tahun Gaby mendendam rasa. Sewindu bukan waktu yang singkat untuk mencintai seseorang yang tidak kita ketahui kepada siapa hatinya.

"Za, cerita sama Papa. Kamu liat Gaby dimana?" tanya Gafril pemasaran.

"Tadi siang, kami ..."

Flashback on ...

Gezza mengerinyit melihat cahaya matahari siang yang menyengat pada kulitnya.

Tatapan Gezza menelusuri awas  jalanan sekitar sembari meminum minuman kaleng yang tadi ia beli di warung pinggir jalan.

Saat matanya berkeliling, cowok yang berada dalam mobil itu menangkap sosok perempuan yang selama ini ia cari.

Gezza memfokuskan pandangannya pada gadis yang sedang duduk bercanda dan tertawaan bersama para anak jalan. Ia terlihat sedikit kurus dan dekil, namun dari kejauhan Gezza bisa melihat bahwa gadis itu bahagia berada di tengah orang-orang kumuh itu.

"Bu, Bang, coba liat! Itu Gaby kan? Takutnya mata gue lagi siwer," seru Gezza namun tatapannya tidak lepas dari gadis di ujung jalan itu.

"Iya, Za. Itu beneran Gaby," balas Garra mengikuti arah pandang adiknya.

"Gimana bang? Kita catch langsung aja sekarang!" seru Gezza.

Garra menggeleng pelan "Jangan dulu, Za. Lo gak liat massa dia rame banget? Lo mau mati digebukin itu anak jalanan?" tanyanya sinis.

Gezza tersenyum menatap abangnya "Kalo gue digebukin, kan lo ada buat nolong. Masa lu tega liat adek lu dikeroyok? Adek lo cuma gue lho," goda Gezza.

Garra menatap malas cowok di sampingnya itu. "Tega kok gue. Kalo tau dulu lo gede bakalan jadi kaya gini, udah dari dulu lo gue jual di tokopekamu."

"Ih, so sweet banget Abang alih. Makin sayang!" seru Gezza sambil memeluk lengan Garra yang duduk di balik kemudi.

"Jijik, Za!" bentak Garra.

Yasmine yang sedari tadi menonton perkelahian manis antar dua saudara itu pun, tak mampu menahan tawanya.

Mereka saling melontarkan kata-kata umpatan, namun dalam hati masing-masing, mereka saling peduli.

Sebuah hubungan persaudaraan yang manis.

"Menurut Ibu, kita cari tau dulu dimana Gaby tinggal. Nanti baru kita bisa bawa dia pulang," usul Yasmine.

Garra dan Gezza serentak menoleh, mereka berdua meringis karena sedari tadi mengabaikan eksistensi Yasmine yang duduk di belakang.

"Setuju!"

Flashback off ...

"Jadi rencana kamu gimana sekarang?" tanya Gafril. "Jangan sampe Gaby tau kalo kita mau jemput dia, nanti dia kabur lagi," lanjutnya.

Gemma dan Yasmine mencoba untuk menyimak rencana dia detektif dadakan itu.

"Jadi Gini. Pa, Om Gem, Gaby itu sekarang tinggal di ruang singgah buat anak-anak jalan yang gak punya rum-"

"Apa? Rumah singgah?" teriak Gemma spontan.

"Tenang aja, Om. Aku udah liat teman itu dan aku rasa cukup aman Om, aku liat isinya cuma anak-anak kecil disana dan ada satu orang pengurus perempuan paruh baya." Gezza mulai menjelaskan semua yang ia lihat tadi dan rencana yang telah ia susun bersama Yasmine dan Garra.

***

"Malam ini, misi kita harus berhasil gengs!"

"Hey! Mama bukan geng kamu, ya!" sentak Gishel pada anaknya.

Gezza memutar mata malas. Hingga saat ini, wanita cantik itu masih memusuhi Gezza, karena Gezza mempermainkan perasaan anak gadisnya.

Gezza juga sudah mendapatkan pukulan perih dari Gishel, sebagai bentuk pelampiasan rasa kesalnya.

"Iya, Mama bukan bagian dari geng aku. Bu Yamine aja kalo gitu," ujar Gezza memberengut sebal.

Mereka sudah sampai dan berada di depan rumah singgah yang menjadi tempat tinggal Gaby beberapa hari belakangan ini.

"Jadi ini tempatnya?" tanya Gemma.

Hatinya terasa ngilu membayangkan jika anaknya tidur di lantai, makan seadanya, mencari uang di bawah terik matahari demi menyambung hidup, dan yang paling ia takutka adalah, Gaby dibully oleh anaknya yang tak suka dengannya.

Tak lama kemudian, mereka melihat seorang lelaki muda masuk dan mengajak Gaby duduk di luar.

Lelaki urakan yang tadi siang membakar jantung Gezza, karena perbuatannya pada gadis yang Gezza cintai.

Lelaki itu memasangkan topi lusuhnya saat Gaby merasa kepanasan dan gadis itu diam saja. Malah, ia membalas dengan senyuman.

"Saingan gue kayanya ada dimana-mana ya!" geram Gezza bergumam kecil.

**

Gaby dan Irham duduk di halaman rumah sambil menikmati es krim dan taburan bintang di langit.

"Gimana? Enak gak es krimnya?" tanya Irham.

Gaby mengacungkan satu jempol ke arah Irham "Enak banget, Kak. Apalagi kalo gratis kaya gini," serunya senang.

Irham terkekeh geli, ia mengacak pelan rambut Gaby. Sekarang, kebiasaa Irham bertambah, yaitu mengacak rambut gadis lucu di sampingnya itu.

"Dasar pecinta gratisan!"

"Dari pada pecinta mantan," ucap Gaby tersenyum penuh arti pada Irham.

"Udah dibilangin, cewek tadi itu bukan siapa-siapa kakak."

"Ngaku aja kak, sekarang kan cuma kita berdua. Gaby bisa kok jaga rahasia, gak ember, suer deh!" ucap Gaby mengangkat dua jari membentuk huruf 'V'.

Irham tersenyum menerawang pada langit malam. Menghela napas berat, lalu berujar "Si kaya dan Si miskin gak akan pernah persatu Gaby. Perbedaan kami terlalu jauh. Ibaratnya itu, dia langit dengan bintang dan bulan yang menghiasi. Sementara aku? Aku cuma tanah, yang ditempati oleh rongsokan dan sampah plastik."

Gaby menepuk pelan bahu Irham "Tapi tanah merupakan salah satu sumber kehidupan di bumi, kak. Tanda adanya tanah, tumbuhan gak akan tubuh dan manusia gak akan bisa menghirup oksigen."

"Tapi, jarak antara langit dan tanah itu jauh sekali Gaby. Kalo bersatu itu tandanya udah kiamat," kekeh Irham bercanda.

Gaby ikut terkekeh pelan "Kak, jangan pernah pandang diri kakak buruk. Langit dan tahan itu  adalah satu kesatuan yang saling terhubung. Walaupun jarak mereka jauh. Langit tempat menyimpan udara, sementara tanah, adalah salah satu aspek pencipta oksigen."

Irham sebenarnya kurang mengerti, tapi ia bisa mengambil kesimpulan dari apa yang Gaby ucapkan.

"Wah, susah kalo ngomong sama orang pinter mah, apa-apa dikasi teori." Irham memasang tampang sedihnya.

Lalu sedetik kemudian mereka kembali tertawa.

Namun, tawa itu tidak bertahan lama. Karena Gaby mendengar sebuah suara yang memanggil namanya.

"Papa."

***

TBC

Hari ini aku update dua part sekaligus. Karena hari ini spesial banget.

Jangan lupa votement 😉

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top