SEWINDU -46- Hopeless

"Kalo gak kuat, ya lepasin. Buat apa nyiksa diri sendiri."

•••

"Gemma?"

Megan dan Harlin terkejut saat pintu terbuka dan menampilkan pria bertubuh kekar itu di hadapannya.

Harlin yang semula ini pergi, melanjutkan kembali niatnya untuk meninggalkan tempat itu. Biarkan saja mereka mengurus masalah mereka berdua, Harlin tak ingin ikut campur.

Selepas wanita itu pergi, Gemma menatap Megan yang tersenyum terpaksa bercampur rasa takut.

"Kamu datang?" ucapnya gemetar.

Gemma tak menjawab, tatapan datarnya datarnya mampu menusuk tubuh Megan secara tak kasat mata.

"Anak aneh?" ucap Gemma. "Kamu bilang anak aku aneh? Hebat!" lanjutnya.

Megan gelagapan memikirkan kata pembelaan "Bukan ... Bukan kaya gitu Mas, aku-"

Ucapan Megan terpotong karena decakan keras Gemma "Aku dengar kamu panggil dia anak aneh! Dia punya nama Megan!" bentak Gemma.

Megan tertunduk saat pria yang ia cintai membentaknya. Ini adalah kali pertama Gemma berteriak padanya.

"Mas, aku bisa jelasin," lirih Megan meraih lengan Gemma.

Gemma menghindar "Kamu juga gak sudi anggap anak aku sebagai anak kamu. Pantas saja Gaby tak pernah ingin dekat dengan wanita iblis seperti kamu." Gemma berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengobrak-abrik isi ruangan rawat wanita ini.

"Dan, yang paling parah. Kamu telah memfitnah putriku dengan tindakan yang sangat kejam. Harusnya pisau itu melukai kamu lebih dalam!" teriak Gemma mulai terbawa emosi saat melihat Megan menangis.

Gemma muak, dia menyesal telah percaya apa yang telah Megan katakan, tanpa mencari tahu sudut pandang dari Gaby.

Gemma merasa sangat berdosa karena telah berbicara kasar dan membentak putrinya. Bahkan, tanpa perasaan pria itu mengusir gadis kecilnya dari rumah.

Sungguh ayah yang jahanam!

Gemma menatap nyalang wanita licik di depannya itu "Aku menyesal pernah kenal sama kamu! Mulai detik ini, berhenti hubungi aku! Aku jijik liat wanita iblis seperti kamu!"

"Jangan tinggalin aku, aku mohon!"

Megan menangis sejadi-jadinya, ia menahan lengan Gemma dan memeluknya erat.

Gemma menepis tangan wanita yang memeluk lengannya dengan erat. Ia tidak peduli Megan kesakitan atau tidak, yang ada dalam benaknya sekarang adalah menemukan putri kesayangannya.

Gemma berjalan keluar, mengabaikan teriakan Megan yang memanggilnya.

"Kamu gak akan tega ninggalin aku dalam kondisi seperti ini Gemma," ucap Megan percaya diri.

Sontak, Gemma berhenti di ambang pintu, dan menerbitkan senyum lega dari Megan.

Gemma berbalik, lalu tersenyum miring "Kata siapa? Jika aku tega mengusir darah dagingku sendiri, kenapa tidak dengan meninggalkan sampah gak berguna kaya kamu? Itu bukan masalah bagi aku Megan. Aku baru sadar, jika selama ini kamu memanfaatkan uangku agar bisa hidup lebih baik, namun dengan tidak tau diuntungnya kamu mempersiapkan rencana untuk menyingkirkan putriku," ujarnya.

"Sekarang, urus diri kamu sendiri. Jika luka itu ada karena ulang kamu sendiri, maka kamu harus mengobatinya sendiri pula. Silahkan bayar uang administrasi perawatan kamu. Aku tidak ingin lagi bertanggung jawab atas perbuatan yang telah memisahkan aku dengan perempuan yang aku cintai lebih dari apapun."

Setelah mengucapkan itu, Gemma pergi meninggalkan Megan yang berteriak memohon ampun.

Sekarang, Megan telah menerima karma yang baru saja diingatkan oleh temannya sendiri.

***

Yasmine duduk di kursi ruang tamu Gezza, sembari menunggu cowok itu mengganti baju.

Hari ini mereka berencana akan turun ke jalanan mencari Gaby. Mereka yakin jika Tuhan pasti akan mempertemukannya dengan gadis itu, cepat ataupun lambat.

"Bu Yasmine?" panggil suara lirih itu.

"Bu Gishel, apa kabar?" Yasmine berbasa-basi saat Gishel datang menghampirinya.

"Saya gak baik-baik aja Bu. Sebelum anak gadis saya ketemu," jawab wanita berwajah pucat itu.

Yasmine menggenggam tangan Gishel yang terasa dingin "Bu Gishel yang sabar ya, kita pasti bakal temuin Gaby. Jangan banyak pikiran dulu, Bu."

Air mata Gishel kembali jatuh "Saya khawatir dia kenapa-kenapa di luar sana. Dunia luar terlalu kejam untuk gadis kecil seperti dia," ucapnya terisak.

"Kita akan berusaha sekuat tenaga. Sekarang Bu Gishel yang tenang ya."

Gishel mengangguk lemah, "Saya berharap hasil yang baik. Walaupun Gaby tidak lahir dari rahim saya, tapi saya sangat menyayanginya seperti anak saya sendiri," curhat Gishel.

"Saya juga seperti itu Bu Gishel" ujar Yasmine dalam hati.

"Ayo Bu Yasmine!" seru Gezza.

"Ma, aku, Bu Yasmine sama bang Garra jalan dulu ya. Mama jangan sedih lagi. Aku berangkat," pesan Gezza dan diangguki oleh Gishel.

***

"Ada apa lo ke kantor gue? Minta ditonjok lagi?" tanya Gafril sarkastik.

Gemma tidak menjawab, ia berjalan lemah dan merebahkan diri di sofa ruangan sahabatnya itu.

"Gue nyesel, Gaf!" ujar Gemma sembari menutup mata.

Atensi Gafril teralihkan dari laptop ke wajah Gemma. Ia menatap pria berpenampilan kusut itu dengan alis terangkat.

"Nyesel? Kenapa? Pacar lo mati?" tanya Gafril sumbang.

Gemma menggeleng "Bukan, tapi jiwa gue yang mati. Gue kangen sama anak gue."

Gafril tertawa sinis "Baru sekarang si kampret kangen. Kemarin lo kemana? Piknik keraguan bareng nenek sihir lo?"

"Gue udah salah Gaf. Lo bener, Megan bukan perempuan baik. Dia nusuk diri sendiri dan ngebuat seolah-olah Gaby yang bersalah," ucap Gemma tak menghiraukan ledekan Gafril.

"Gue udah kasi tau lo dari dulu, tapi otak seperempat lo gak mempan buat nyimpan omongan gue!" hardik Gafril.

Gemma hanya bisa menutup mata dengan lengannya. Gafril tau jika pria itu sedang menangis.

"Lo adalah bapak paling bego yang pernah gue temui, Gem. Cuma lo yang tega ngusir anak gadisnya sendiri."

Gafril mencaci maki Gemma, melampiaskan semua rasa kesal yang ia rasakan.

"Dasar manusia kufur nikmat! Di luar sana, masih banyak orang yang pingin punya anak perempuan. Tapi, lo, udah punya malah lo sia-siain!"

"Salah satunya gue, Gem. Dulu, pas Gishel hamil Gezza, gue berharap anak yang lahir adalah perempuan, tapi nyatanya yang lahir laki." Gafril terkekeh kecil mengingat keinginan tak sampainya.

"Saat itu rahim istri gue bermasalah, dan harus diangkat. Harapan gue buat punya anak perempuan pupus. Tapi, gue tetap bahagia, karena punya dua jagoan yang bisa gantiin gue buat jaga Gishel nanti."

"Delapan bulan kemudian, Gue denger dua kabar, baik dan buruk. Kabar baiknya, lo jadi seorang ayah, sebagai sahabat gue bahagia. Tapi, kabar buruknya istri lo pergi untuk selamanya." Gafril mengatur nafas.

Sementara Gemma menangis tersedu-sedu sembari berbaring di sofa. Ia tidak lagi memikirkan harga dirinya, biarkan saja Gafril mengatainya cengeng, karena memang seperti itu adanya.

"Saat gue liat wajah anak lo yang cantik itu, gue merasa ada sesuatu yang bikin gue gak berhenti tersenyum. Gue sadar kalo gue udah sayang, sesayang-sayangnya sama dia. Begitu juga dengan Gishel, yang mencintai Gaby seperti anak kandungnya sendiri." Gafril tersenyum mengingat memori itu.

"Gue minta maaf Gaf. Gue merasa berdosa sekarang, gue yakin Greta sangat marah karena gue nyiksa anak dia. Gue nyesel Gaf! Gue ... Putus asa!" ujar Gemma disela isakannya.

"Sekarang, yang perlu kita lakuin adalah nyari anak lo. Gue yakin dia masih di sekita kita. Dia cuma pinter bersembunyi!"

Gemma merubah posisi menjadi duduk. "Kita cari dimana? Kalau dia benci sama gue gimana?" tanyanya dengan tatapan nanarnya.

"Bego! Lo puterin nih kota Jakarta! Dia gak sama kaya lo, dia manusia baik!" sentak Gafril geregetan.

Saat Gafril sedang sibuk mencaci maki lelaki yang duduk di depannya itu, dikagetkan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka.

"Pa! Gezza nemuin Gaby!"

***

TBC

Selamat malam. Semoga mimpi indah.

Jangan lupa votement 😉

Maaf kalau gaje yak. Sistem kebut semalam ini chapter 😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top