SEWINDU -44- Teman Baru

"Tak selamanya musuh akan berbuat jahat. Adakalanya seorang teman yang berbalik menjadi musuh secara diam-diam"


•••

Seorang pria duduk bersandar pada sofa kamarnya dengan tangan yang menggenggam segelas cairan berwarna merah pekat.

"Kemana kamu, nak?" lirih Gemma memejamkan mata sejenak.

Dua hari berlalu sejak Gishel melabrak ke rumah, pria itu memutuskan untuk mencari Gaby kesana kemari. Namun, hasilnya nihil, gadis itu tidak dapat di temukan.

Rasa takut dan cemas berkecamuk dalam dadanya. Gemma pun baru menyadari, jika dia tak mengenal jauh bagaimana putrinya yang sesungguhnya.

Ucapan Gafril tempo hari memang benar, Gemma tak pantas jadi seorang ayah, ia lebih pantas disebut pecundang.

Bagaimana tidak, dengan teganya dia mengusir putri semata wayangnya hanya karena insiden yang belum jelas kronologinya seperti apa.

Gemma terbawa emosi saat melihat insiden waktu itu. Ia hanya tidak ingin anaknya dituntut dan masuk penjara.

Namun, tanpa ia sadari, kata-kata makian yang keluar dari dalam mulutnya, begitu menyakiti Gaby.

Renungan Gemma terhenti saat ponselnya berdering. Dia sudah bisa menebak, jika si penelpon adalah Kanjeng Ibu di Yogya, yang juga merupakan nenek Gaby.

"Ya Bu?"

"Gemma, sudah kamu temukan cucuku?" tanya wanita paruh baya itu.

"Belum, Bu." Gemma menghela napas berat.

"Cepat temukan! Jika sampai terjadi apa-apa padanya, kamu akan mendapatkan hukuman berat dariku, Gemma!"

Ibu Gemma memutuskan panggilan, sebelum pria itu menanggapi ucapannya.

Gemma menghela napas berat, lalu membaringkan tubuh lelahnya hingga tak lama kemudian ia tertidur.

***

Pagi harinya, Gemma tersentak saat mendengar teriakan dari luar rumah berkali-kali.

Pria itu melihat siapa yang datang dari jendela kamar. Rupanya hanya pengantar paket.

Gemma tersenyum, pasti gadis itu membeli novel lagi. Entah sudah berapa banyak novel yang ia beli, rasanya benda itu sudah memenuhi dua lemari.

Gemma berjalan keluar, menuju salah satu pintu kamar yang berbeda dekat dengan kamarnya.

"Gaby, itu paket kamu datang."

"Sayang, ayo ambil paketnya! kasian bapak itu nunggu di luar."

Gemma mendorong pintu putih itu, dan kesadarannya tersentak. Kamar ini kosong, tertata dengan rapi. Namun, suasananya sangat dingin.

Tak terasa air mata Gemma mengalir di pipinya. Dia menyesal telah mengucapkan kata-kata kasar itu, hingga membuat putri kesayangannya menghilangkan entah kemana.

Gemma keluar dan menerima paket tersebut. Dengan lancang ia membuka isi dalam kotak besar yang terbungkus kertas salah satu olstore ternama.

Kening pria itu berkerut saat melihat isi dalam paket tersebut. Sebuah sepatu sneakers laki-laki dengan ukuran besar.

"Buat siapa Gaby memesan barang ini?" gumam Gemma.

Tiba-tiba, Gemma teringat akan sesuatu. Seminggu lagi adalah hari ulang tahunnya.

Dengan cepat pria itu mengecek size number pada sneakers tersebut, lalu mengenakannya.

Dan ternyata ... Sangat pas!

"Maafin Papa, Nak." Gemma tak kuasa menahan rasa sedih bercampur rindunya.

Gabriella, gadis kecil nan perhatian miliknya itu, telah ia kecewakan dan campakan dengan cara yang sangat kejam.

Hadiah ulang tahun yang terkesan biasa dan mainstream, tapi mampu membuat hati Gemma menghangat dan remuk secara bersamaan.

***

Gaby tersenyum ceria melihat bangunan di depannya. Sebuah rumah singgah yang sederhana. Namun, sangat aman jika dibandingkan dengan emperan toko.

"Nah, kalo kamu belum punya tempat tinggal, kami bisa menetap untuk sementara di sini," jelas seorang lelaki di samping Gaby.

Gaby menatap haru pemuda tersebut "Makasih banyak ya, Kak. Aku bersyukur banget bisa ketemu sama Kakak dan bawa aku ke sini."

Lelaki berpenampilan urakan itu tersenyum sembari mengacak rambut Gaby.

"Harusnya kakak yang bilang makasih. Makasih ya, karena permainan gitar kamu hari itu, Kakak jadi dapat uang lebih dan bisa bawa ibu berobat," ujarnya.

Gaby tersenyum bersahabat "Gak papa, Kak. Santai aja, itu juga rejeki dari Allah, jadi makasihnya ke Allah aja."

"Tapi kan, rejekinya datang melalui Gaby."

"Hehe, iya deh Kak Irham. Sekali lagi makasih lho. Untuk waktu itu Gaby di suruh pergi sama yang punya toko, coba kalau enggak, mungkin kita gak bakalan ketemu."

Lelaki yang dipanggil Irham itu pun tersenyum dan merangkul Gaby.

"Ya udah, ayo masuk kedalam. Kalo terus-terusan berdiri di sini, nanti kulit Gaby item kaya kakak."

Gaby terkekeh, "Gak papa! Aku gak takut item kok. Haha."

Irham tersenyum tulus menatap Gaby. Hari itu, ia beruntung sekali karena bisa bertemu dengannya.

Awalnya Irham memalak gadis manis itu, karena terlalu panik dan tak tahu harus mencari uang kemana lagi untuk pengobatan ibunya.

Bukannya ketakutan dan melawan, Gaby malah menawarkan jasa untuk membatu kesulitan Irham yang ia sama sekali tidak ketahui apa jenis kesulitannya.

Gaby meminjam gitar Irham dan mengamen ke dalam taman, juga ke kafe.

Gaby menarik minat dan perhatian orang-orang karena suara emas dan permainan gitar yang hebat, ditambah lagi penampilan Gaby yang tidak terlihat seperti anak jalanan,  menambah daya tarik tersendiri dalam dirinya.

Setelah membantu Irham mengamen, lelaki itu berkali-kali meminta maaf dan menceritakan mengapa ia memalak.

Yang semakin membuat batik Irham terenyuh adalah, saat Gaby memberikan seluruh uang yang ia miliki demi membantu Irham mengatasi masalahnya.

"Woi kak! Ngelamun aja sih?" sentak Gaby saat mereka sudah berada di depan pintu rumah singgah itu.

"Eh, udah nyampe depan pintu ya. Gak kerasa nih," ucap Irham cengengesan.

Gaby mencebik "Ngelamun aja sih! Emang mikirin apa dah? Oh Gaby tau, mikirin mantan yaa ...?" tuduh Gaby memutar-mutarkan jarinya di depan wajah Irham.

"Apaan sih? Kakak gak punya mantan!" tegas Irham.

Gaby melipat tangan di dada "Ah, masa sih? Gak percaya nih Gaby."

"Ya udah kalo gak percaya mah." Irham melengos masuk meninggalkan Gaby di luar.

"Kak, jangan mikirin mantan! Dia aja belum tentu mikirin kita," teriak Gaby berlari mengejar Irham masuk.

"Budu ah Gaby!"

***

"Nah, Gaby yang akur ya sama temen-temen yang lain. Anggap mereka ini keluarga kamu," pesan Irham sebelum pergi.

"Siap kak! Gaby bakalan akur sama mereka," jawab Gaby dengan senang hati.

Irham tersenyum sembari mengelus rambut gadis yang ia sayangi layaknya adik, walaupun mereka baru bertemu sebentar.

"Ya udah, besok Kakak kesini lagi. Jemput Gaby dan kita ngamen bareng ya!"

"Okeh bos ku! Atur aja jadwal konser kita dimana," ucap Gaby lalu tergelak.

Irham ikut tertawa renyah "Haha, ada-ada aja. Besok kita ngamen di tempat yang teduh aja, biar Gaby gak kepanasan."

"Ya udah, kakak pulang dulu ya!"  pamit Irham.

"Iya. Hati-hati, Kak!" seru Gaby

"Oh iya, Kak. Bilangin ke ibu, kalo beliau dapat salam dari Gaby yang cantik dan imut!" lanjut Gaby menampilkan wajah imutnya.

Irham terkekeh "Iya, nanti disalamin buat Gaby yang cantik dan imut," balas Irham menirukan gaya Gaby.

Gaby senang bisa bertemu orang baik seperti Irham. Walaupun penampilannya urakan dengan baju lusuh dan celana robek-robek, terlihat seperti preman.

Akan tetapi, hati lelaki itu sangat baik. Terkadang tekanan ekonomi memaksa seseorang untuk berbuat kejahatan.

Irham adalah contoh nyata yang Gaby temui. Ia memalak seseorang demi menyembuhkan ibunya. Walaupun tindakan Irham salah, Gaby tetap salut padanya, ia adalah tipe laki-laki yang penyayang.

Jadi jangan pernah menilai seseorang dari penampilan. Karena tidak selamanya orang yang terlihat jahat itu jahat.

Malah, yang terlihat seperti malaikat pun bisa menyimpan iblis besar dalam dirinya.

Kepala boleh sama hitam. Tapi, hati manusia siapa yang tau?

***

TBC

Maaf buat yang nunggu. Aku baru bisa ngetik tadi.

Kalo gaje, nanti aku revisi lagi.
Aku ngantuk ngetik.

Gnite. Jangan lupa votement nya.

Besok di usahakan up cepat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top