SEWINDU -42- Jadi Gembel Beneran
"Bucin, bukan sesuatu yang memalukan. Namun, itu suatu keharusan yang kita miliki dalam sebuah hubungan"
•••
"Tujuh puluh delapan, tujuh puluh sembilan, delapan puluh!"
Gaby menghela napas berat, "Ya ampun. Duit lapan puluh ribu tahan sampe berapa hari ya?" pikirnya sambil menghitung uang recehan di karpet mushola.
Gadis itu masih memakai mukenah lengkap, selepas berbuka dan sholat maghrib, ia memutuskan untuk duduk dan beristirahat sementara di tempat ini terlebih dahulu.
"Kalau makan roti sama minum air putih aja, mungkin cukup buat dua minggu," katanya bermonolog.
"Tapi, kalau udah habis gimana yak? masa Gaby ngemis di pasar?"
Gaby menggeleng cepat, "Gak! gak boleh ngemis, pasti nanti ada kerjaan yang bisa Gaby kerjain dan dapat uang," ucap Gaby penuh tekat.
Gadis itu sudah memiliki tempat dimana ia akan tidur hari ini. Dia menemukan tempat yang aman dan nyaman, yaitu di bawah mimbar perceramah. Ya, tempat itu sangat aman dan pas sekali untuk tubuh kecil Gaby.
Walaupun, ia tak bisa berlama-lama di tempat ini. Gaby berpikir jika Gemma akan dengan mudah menemukan dan membawanya pulang jika terus berada di sini.
Dia tidak mau kembali tinggal bersama Gemma. Pria itu kejam dan cinta buta, dia lebih percaya kepada orang lain dari pada anaknya sendiri.
Namun, kesadaran gadis itu tersentak, lalu ia tertawa miris, "Gaby, Gaby. Kaya mau aja Papa nyari anak sialan kaya kamu. Jangan suka berharap lebih sama manusia," ucapnya dengan suara bergetar.
Selepas sholat isya dan keadaan mushola mulai sepi. Gaby beranjak tidur di bawa mimbar, seperti rencana yang telah disusun tadi.
"Selamat malam dunia yang kejam, semoga besok ada keajaiban yang datang. Gaby dipertemukan sama pangeran tampan nan baik hati dan kaya-raya," gumam gadis itu terkekeh pelan.
***
Keesokan paginya, Gaby berjalan menuju sebuah tempat pemakaman umum.
Ia duduk tepat di samping gundukan tanah yang sudah ditumbuhi rerumputan hijau nan subur.
"Halo Mama, Gaby datang!" seru Gaby ceria.
"Mama apa kabar? Pasti kangen ya sama aku? Aku bawain Mama bunga, ini bukan bunga curian, Gaby minta sama Mamang di taman deket sini. Hehe biasalah Ma, aku ini kaum missqueen duafa," celoteh gadis itu bercerita.
Gaby terdiam beberapa saat, lalu mengelus batu nisan milik ibunya "Ma, Gaby udah diusir sama Papa. Sekarang Gaby udah jadi gembel beneran," ucapnya terkekeh. Namun, air mata mengalir dengan mulus di pipinya.
"Maafin Gaby udah lama gak kesini. Kita udah lama gak ngobrol bareng."
"Mama jangan marah ya karena Gaby ninggalin rumah kita, eh, bukan rumah kita sih, rumah Papa sama Mama."
"Ma, Papa bilang kalo Gaby pembunuh, terus dia bilang aku ini anak sialan. Kasar kan Ma? Tapi Gaby gak tau harus ngadu ke siapa." curhatnya pada gundukan tanah itu.
Walaupun ucapannya tidak mendapatkan respon apa-apa, gadis itu tetap bersemangat untuk bercerita lebih lanjut.
Dia berbaring dengan tas ransel sebagai bantal, lalu ia meletakan satu kaki dan tangan di atas pemakaman ibunya itu, seperti memeluk.
"Ma, Tante Megan itu jahat. Dia udah gila, masa dia nusuk diri sendiri, terus nyalahin orang lain? Kan aneh ya."
"Udah gitu dia ganjen lagi sama Papa. Sesekali Mama samperin dia tuh, terus bilangin, jangan ganjen jadi perempuan," oceh gadis itu.
"Terus, datangin si Gezza juga, Ma. Bikin dia nangis kejer karena takut, biar dia tau rasa karena udah jadiin aku bahan taruhan." Gaby mengoceh terus-menerus seperti burung murai.
Hingga Mamang penjaga taman di TPU itu terkekeh melihat tingkahnya.
Karena kondisi tempat yang berada di bawah pohon rindang, sangat mendukung sekali untuk Gaby bisa terlelap.
"Enak juga rebahan di sini, kaya ada sejuk-sejuk gimana gitu. Gaby numpang tidur bentar ya, Ma."
"Sleeping morning, Ma." Gaby menutup mata lalu tertidur dengan nyenyak, melupakan sejenak masalah yang menimpanya.
***
Berkali-kali Gezza menghembuskan napas lelah di dalam mobilnya. Ia masih berusaha mencari kebenaran gadis yang ia cintai itu.
Gezza resah, karena sudah satu hari Gaby menghilang tanpa kabar dan yang lebih menghawatirkan, Gemma--Papa gadis itu sama sekali tidak bisa dihubungi dan tidak juga pulang ke rumah.
Sedikit banyak Gezza mengetahui apa yang sudah terjadi. Harusnya Gezza tidak tidur siang kemarin, agar ia bisa menghalanginya Gaby kabur dari rumah.
"Gaby, lo dimana sih? Kalo pergi hati gue tinggalin dulu napa? Ini pergi tapi bawa hati orang," gumam Gezza.
"Alay lo bucin!" saut seseorang dari belakang.
"Diem lo Tit! Gue tabrakin ke truk baru tau rasa lo!" ancam Gezza.
Timothy yang juga ikut bersama Gezza menggeleng cemas, "Jangan Za. Plis, gue belum siap mati! Ramanda belum tau isi hati gue yang sebenarnya, kalo gue cinta mati sama dia," mohon Timothy.
"Anjuy lo juga bucin, Sat!" geram Gezza.
"Udah, diem lu pada! wajar aja kalo manusia itu bucin. Lo berdua harusnya tau, tanpa kebucinan kedua orangtua kalian, kalian berdua gak bakalan lahir ke dunia ini." Garren yang duduk di samping Gezza pun ikut bersuara.
"Eh Ren, gue denger-denger, lo putus juga sama Greya?" tanya Timothy penasaran.
Percakapan pun, beralih topik.
"Yang bener Ren? Jadi tiga jomblo lagi dong kita?" Gezza menimpali.
"Lo aja berdua ya, gue mah otw jadi kekasih bebeb Ramanda."
Kedua lelaki yang berada di kursi depan memberikan delikan jijiknya pada Timothy.
"Iya, Za. Kemarin malam dia nyamperin gue ke rumah sambil marah-marah," ucap Garren memulai ceritanya.
Flashback on ...
"Ada apa? Tumben kamu kesini malam-malam?" tanya Garren dengan senyum ramahnya.
Sementara Greya menatap cowok itu dengan tatapan membunuh, "ADA APA LO BILANG? GUE MAU PUTUS, KAMPRET!" teriak gadis itu sambil berurai air mata.
Garren yang melihat gadisnya menangis sambil meminta putus, menjadi cemas dan takut. Ia mengingat-ingat, kesalahan apa yang telah ia lakukan.
Namun, Garren sama sekali tidak menemukan apapun. Dia tidak pernah selingkuh, godain cewek lain, dan mengganti password hp-nya.
Ya, Greya adalah tipe cewek over possessive, ia sering mengecek isi pesan di hp pacarnya. Tapi, Garren suka gadis seperti itu.
"Ke ... Kenapa yang? Aku salah apa?" tanya Garren bingung.
"Salah lu banyak monyet! Lo udah jadiin sahabat gue sebagai bahan taruhan lo sama si kunyuk Gezza kan!" tandas Greya tepat sasaran.
Garren terdiam karenanya, semua itu memang benar. Lalu, bagaimana cara ia membela diri?
"Diem kan lo! Apa jadian sama gue juga masuk dalam daftar taruhan?"
Garren menggeleng cepat, "Enggak! Aku beneran sayang sama kamu, gak ada unsur taruhan dalam hubungan kita," sergahnya cepat.
"Apa lo tau? Sahabat gue-Gaby, hilang! Kabur dari rumah, dan semua itu karena kalian! Para lelaki kerdus! Lo, sama geng kerdus lo itu sama aja, sama-sama kampret!"
Menggunakan jurus karate andalannya, Greya memukul tubuh Garren dengan brutal.
Sesungguhnya, cowok itu bisa saja melawan pukulan Greya, karena tenaga gadis itu tidak akan sebanding dengan tenaganya. Namun, karena rasa cinta yang terlalu besar, akhirnya Garren merelakan saja tubuhnya dihajar.
"Huaaa ... Kok lu gak nyerang balik!" teriak Greya menangis saat Garren terduduk lemas di aspal.
Wajah cowok itu mendapatkan beberapa luka lebam, "Aku gak ngelawan, karena aku tau aku salah. Aku minta maaf Gre," ucap Garren memohon.
Flashback off ...
"Hahahaha ... Jadi lo bonyok kaya gini tuh, gara-gara dihajar sama Greya?" tanya Timothy sambil tertawa terbahak-bahak.
"Bacot!"
"Kenapa lo gak nahan pukulan dia, Ren?" tanya Gezza.
"Iya, mau gimana lagi, gue udah terlanjur sayang sama dia, jadi gue biarin aja dia sampe puas," jawab Garren.
"Gila Ren, untung bukan gue yang jadi pacarnya dia. Kalo enggak, udah mati bengek gue!" balas Timothy lagi.
Gezza menoleh sesaat pada kawannya itu, "Ren. Gue minta maaf, karena masalah ini lo jadi babak belur plus diputus," ucap Gezza merasa bersalah.
"Gak papa Za, gue rasa ini karma buat kita, karena mainin perasaan perempuan," balas Garren.
Gezza tersenyum "Iya, mungkin Tuhan mar-"
"Za! Itu Gaby bukan?" teriak Timothy memotong ucapan Gezza, sambil menunjukkan seorang gadis yang baru saja keluar dari pemakaman umum dengan ransel besarnya.
Ya, itu Gaby!
***
TBC
Gue hadir lagi, hehe. Jangan bosen sama notif updated-an gue yak.
Menurut kalian Garren itu tipe cowok idaman gak sih? Jawab di kolom komentar 😆
Jangan lupa vote dan komentarnya😚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top