SEWINDU -40- Gone
"Pergi dan menghilang bukan berarti lemah, terkadang menghindar adalah cara terbaik saat tak mampu melawan"
•••
"Za! Buka pintunya!"
Mata Gezza rasanya baru berpejam beberapa jam yang lalu, kini terpaksa harus ia buka kembali karena gedoran brutal dari luar kamarnya.
Cowok itu bangkit dan membuka pintu kamarnya yang dikunci dari dalam.
"Ada apa sih bang? Gue baru-"
BUUUK!
"Bangsat lo, Za!"
Gezza tertumbuk jatuh saat tangan besar Garra menghantam wajahnya, dan hal itu sukses membuat Gezza terjaga nyalang dari kantuknya.
"Lo apa-apaan anjir!? Datang tiba-tiba, terus nonjok orang sembarangan!" bentar Gezza marah.
Garra tak menghiraukan ucapan adiknya itu. Ia malah mendorong Gezza dan menduduki perutnya, lalu menghantam adiknya itu dengan satu bogeman lagi.
"Bangsat!" umpat Gezza.
Cowok yang hanya memakai celana tidur itupun mendorong Garra dan membalik posisi, lalu ia memberikan serangan balasan pada kakaknya itu.
"Lo ke rumah sakit jiwa sana! Lo udah gila Garra!" bentak Gezza kelewatan emosi.
Garra tertawa sinis, "Gue gila? Heh! Lo yang gila anjing! Gue udah pernah bilang sama lo! Kalo lo macarin dia cuma buat balas dendam, mending gak usah! Tapi apa? Apa!? Lo malah jadiin dia bahan taruhan! Lo pikir dia benda mati yang bisa lo jadiin mainan!?"
Gezza berdecak keras "Gak usah ikut campur urusan gue! Dia pacar gue, terserah mau gue apain, gak ada urusannya sama lo. Orang luar diem aja!" jawabnya dengan mata memerah.
"Emang biadab lo, Za!" Garra kembali memukul wajah adiknya bertubi-tubi.
Mereka berkelahi, berguling-guling seperti anak kecil yang sedang berebut mainan, saling tendang, tinju, meneriaki dan mengumpat kasar.
Hingga keributan mereka pun, terdengar sampai ke telinga Gishel.
"YA ALLAH, YA TUHAN ... APA-APAAN KALIAN INI HAH!?" bentak wanita itu ketakutan melihat kedua putranya adu jotos.
"Garra udah nak! Adik kamu bisa mati kalo kamu pukuli terus," seru wanita itu semakin terisak.
Namun, teriakan Gishel sama sekali tidak mengusik pergulatan mereka berdua, malahan keduanya terus saja berguling hingga tubuh mereka memar-memar.
Merasa tak mampu lagi melerai dua orang lelaki itu, Gishel yang semulanya sudah shock dengan suatu kejadian, bertambah lemas saat melihat kedua putranya bertengkar hebat.
Gishel turun kebawah, memanggil suaminya untuk memisahkan dua saudara yang belum puas baku hantam, melepaskan amarah masing-masing.
"KAYA HEWAN KALIAN BERDUA!" teriak Gafril menggelegar seisi ruangan.
Sontak, dua orang saudara kandung yang bergulat tadi, menghentikan aksi mereka.
Gafril yang kalut dibuat semakin kalut oleh dua orang itu. Dengan kesal ia menendang keras bokong keduanya, hingga Garra dan Gezza meringis sembari mengusap bokong.
"Kalau kalian mau adu kekuatan, bilang sama saya! Saya akan bawa kalian ke ring tinju! Biar jelas siapa yang paling kuat!" ucap Gafril emosi.
"Oh atau kalian mau pake senjata? Iya!?"
"Gishel, abil pisau ke dapur! Silahkan lanjut adu kekuatan kalian masing-masing, kalau ada salah satu diantara mereka yang mati, tinggal saya kuburin dan yang hidup, saya masukin penjara!" Bentak Gafril kelewatan emosi.
"Istighfar, Mas. Sekarang Gaby lebih penting." bisik Gishel mengelus lengan suaminya.
Gafril cukup terpengaruh dengan nasehat istrinya, pria itu menghela napas berat, lalu menatap kedua putranya.
Ya, Gaby lebih penting saat sekarang ini.
Kedua lelaki itu terkulai lemas di lantai, dengan tubuh yang berdasar pada kasur.
"Kamu Garra! Papa bilang kasih tau adik kamu, bukan tonjok!" ucap Gemma menuding Garra.
"Garra gak tahan, Pa! Dia yang nyebabin semua ini terjadi, kalau bukan karena dia, Gaby gak bakalan kabur dari rumah!"
Gezza tercenung sesaat, semua rasa sakit akibat pukulan Garra hilang seketika saat ia mendengar Gaby kabur dari rumah. "Ma, apa bener yang dibilang bang Garra, Ma?" tanya Gezza pada Gishel yang terus menangis.
"Ya! Gaby hilang, dan kalian bukan bantu nyari malah berantem di sini! Kalian gak berguna jadi laki-laki!" teriak Gishel histeris.
Tiba-tiba ponsel Gafril berdering dan segera diangkatnya panggilan itu.
"Ya, Ton?"
" ... "
"Saya gak mau tau, kami cari putri saya secepatnya!"
" ... "
"Kalau bisa malam ini kamu bawa dia pulang!"
Pip ...
"Gimana Mas, udah ketemu Gaby nya?" Gishel memburu suaminya dengan pertanyaan dan wajah penuh harapan.
Gafril menggeleng pelan, lalu beralih memeluk istrinya dengan erat, hingga membuat wanita itu kembali meraung keras.
"Ini udah malam, kita lapor polisi aja, Gaby bisa aja dalam bahaya." usul Gezza.
"Belum 24 jam bego! Belum bisa!" celetuk Garra.
"Terus, kenapa kita cuma diem aja? Ayo kita cari sekarang!" ucap Gezza lagi.
"Kita udah nyari dari tadi tolol! Lo aja yang tidur terus kaya orang mati!" balas Garra lagi.
Gezza melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul dua dini hari. Berarti ia sudah tertidur selama dua belas jam hari ini.
"Sialan Lo Bang! Gue mesti cari dia, pasti dia dalam bahaya sekarang!" ucap Gezza langsung berdiri menyambar jaket dan kunci motornya.
Baru beberapa langkah Gezza berjalan, tangannya sudah ditahan oleh Gishel, "Za. Kamu mau kemana? Udah larut, jangan kemana-mana, nanti kamu lagi yang hilang."
"Udah, Ma. Biarin aja dia digondol sama tante-tante, kalo dia hilang, bisa ngirit beras."
"GARRA ...!" teriak Gishel kesal.
"Iya maaf, keceplosan." Garra menjawab dengan raut wajah datar.
Gezza memegang kedua tangan Gishel "Ma, Gezza ini laki-laki, gak ada masalah kalo Gezza keluar malam, gak ada yang bakal gangguin, tapi kalo Gaby beda, Ma. Aku gak akan bisa maafin diri aku kalo pacar aku sampe kenapa-kenapa. Lagian Gezza mau jadi lelaki yang berguna. Aku pamit, assalamualaikum." jelasnya lalu berjalan pergi.
Mendengar ucapan Gezza tadi, Gafril langsung menatap istrinya penuh tanya, "Jadi mereka pacaran? Kenapa aku gak tau?" tanyanya.
"Kamu sih gak update!"
"Kamu gak kasih tau aku!"
"Kamu gak tanya!"
"Awas aja itu anak, pulang nanti aku gantung di jemuran, enak aja macarin anak gadis aku tanpa ijin!" gerutu Gafril.
"Setuju, Pa! Kapan perlu pindahin si Gezza ke Zimbabwe. Biar Gaby jauh dari hama kaya dia!" usul Garra.
"Kamu juga! Kamu pikir Papa gak tau kalo kamu naksir sama Gaby? Kamu berdua yang bakalan Papa kirim ke Zimbabwe biar makin akur dan mesra!"
"Aku setuju Mas! Atau kita jual aja mereka berdua ke olstore Buka aib, biar dapat duit," seru Gishel bersemangat.
"Masha Allah, tega amat jadi orangtua," gumam Garra menatap sedih kedua orangtuanya.
***
Setelah insiden perkelahian di kamar tadi, Gishel dan Gafril tak henti-hentinya berusaha menghubungi Gemma.
Pria itu, tak ada tanggung jawabnya sebagai seorang ayah.
"Gue udah bilang Gem. Kalo lo gak bisa ngurus anak, kasih ke gue!" geram Gafril pada sahabatnya itu.
Gafril mendapatkan kabar ini tadi sore, saat Bisa Salma berlari dengan tergopoh-gopoh menemuinya.
Wanita setengah abad itu memberitahu, jikalau Gaby menghilang dari rumah meninggalkan surat dalam sebuah amplop.
Gadis itu pergi karena insiden besar yang belum diketahui siapa yang benar disini.
Insiden itu berhubungan dengan Megan yang berkunjung ke rumah Gaby, hingga sampai pada keadaan dimana Gemma berteriak mengusir Gaby dari rumah.
Bi Salma sudah berusaha menahan Gaby agak tidak pergi, namun tenaganya tidak sebanding dengan Gaby yang terus saja berontak.
Gadis itu mengunci Bi Salma di dalam kamar, hingga beberapa jam kemudian Bi Salma berhasil keluar dengan merusak gagang pintu dengan palu.
Lalu segera memberi tahu Gishel dan Gafril.
Gafril yakin gadis itu masih belum jauh, dia hanya bersembunyi di suatu tempat yang tidak satupun orang ketahui.
***
Tbc
Ini efek gue stuck nulis, jadilah part gaje ini. Semoga suka dan bisa nyambung.
Jangan lupa tinggalkan jejak you😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top