SEWINDU -39- Hurtful
"Bukan hati yang tak mencintai. Melainkan, ia tak sanggup lagi merasakan sakit untuk kesekian kali"
Pagi ini, Gaby datang ke sekolah menumpang dengan Genta. Dia sudah tidak peduli lagi kalau Gezza akan marah.
Toh, mereka bukan siapa-siapa lagi. Hubungan ini hanya sebatas taruhan, jadi sudah pasti tidak penting bagi cowok itu.
"Makasih ya, Gen. Udah numpangin aku." Gaby tersenyum ramah.
Genta tersenyum, "Santai aja Gaby. Oh iya, lo duluan aja ke kelas ya, gue mau ke ruangan osis dulu."
"Iya Gen. Sekali lagi makasih ya, aku duluan." Gaby berjalan meninggalkan Genta yang juga berjalan berlawanan arah dengannya.
Saat berjalan di koridor, Gaby tidak terlalu memperhatikan jalanan, Hingga tubuhnya menabrak seseorang.
"Eh, maaf Gaby gak sengaja ... Kamu gak-" ucapan Gaby terhenti saat seseorang yang ditabrak itu menoleh.
"Halo Gaby! Gue gak papa kok, santai aja." Seseorang itu tersenyum manis.
Seketika raut wajah gadis itu berubah jadi masam dan menampilkan tatapan sinisnya.
"Ih! Garren bikin sebel aja! Minggir sana princess mau lewat!" ketus Gaby, berjalan sembari menyenggol bahu Garren.
Cowok itu mengerinyit bingung, "Si Gaby kenapa ya dah, kok jadi aneh gitu? Biasanya ramah banget," gumam Garren bertanya-tanya.
Garren mengingat-ingat, apa mungkin dia pernah menjahili Gaby? Tapi dia rasa tidak pernah, mana berani ia sama pawangnya yang galak
"Ck! Gelap ah! Lagi pms kali." Garren kembali melanjutkan perjalanannya.
Di kantin, Garren menemukan dua sahabatnya. Yang satu terlihat murung dan yang satu lagi terlihat bingung.
"Kenapa temen lo, Tit?" tanya Garren pada Timothy.
Timothy mengedikkan bahunya, " Gak tau gue mah, gue dateng dia udah kaya gini," jawabnya.
"Lu kenapa, Za? Duit jajan bulanan lo digondol jin pesugihan monyet?" tanya Garren sedikit bercanda.
"Awas aja lu bilang itu monyet pesugihan gue!" Timothy langsung mengultimatum Garren untuk tidak berkata hoax.
Garren menyengir bak kuda liar, "Hehe, tau aja lo isi otak gue mah," kekehnya.
Timothy mendelik sebal, "dasar asuw!"
Atensi Garren kembali pada Gezza, "Za, lo kalo ada masalah cerita sama kita. Siapa tau kita bisa bantu."
Gezza mengangkat kepalanya dan menatap kedua sahabatnya bergantian.
"Kaya gini ya rasanya patah hati? Sakit banget," gumam Gezza dengan tatapan sendu.
"Eleh, sok-sokan patah hati lu, kaya punya hati aja!" celetuk Timothy.
Gezza tidak menghiraukan ucapan Timothy sama sekali, ia hanya fokus pada rasa sakitnya.
"Baru seminggu aja dicuekin, rasanya gue mau jadi zombie aja," ucap Gezza makin ngawur.
"Bro, jujur, gue bingung lo kenapa? Lo kesambet apa begimana?" tanya Garren dengan kening berkerut.
Gezza menggeleng lemah, "Bukan, gue gak kesambet apa-apa. Gue cuma di putusin sama Gaby," ujarnya lalu menunduk lemah.
"WHAT!? Jadi lo dari tadi tiduran kaya monyet DBD gini, karena di putusin sama Gaby?" Timothy bertanya histeris.
Gezza mengangguk lemas, berusaha menahan air matanya.
Tidak pernah ada seseorang yang membuat Gezza merasa selemah ini, ia adalah orang yang keras dan acuh.
Namun, semenjak Gaby menjauh darinya, Gezza seringkali merasa dadanya ngilu dan ingin menangis.
Terdengar lebay memang, tapi itulah yang Gezza rasakan.
"Kapan, Za?" tanya Garren penasaran.
"Seminggu yang lalu, di rooftop, tempat gue nembak dia. Emang pinter banget cari momen putus, sampe bikin gue sekarat mau mati aja."
"Jadi ceritanya lo lagi galau?" Celetuk Timothy dengan raut wajah jenaka.
"Hmm."
"Wah, Gaby hebat juga ya. Bisa ngebuat Gezza yang kasar naujubille bertekuk lutut seketika." lanjut Timothy.
Kerena terlalu malas berdebat, Gezza hanya memilih diam.
"Kenapa lo diputusin, Za? Lo duain dia?" tanya Garren.
Gezza menggeleng "Bukan Ren. Dia udah tau, kalo gue jadiin bahan taruhan sama lo."
Sontak Garren merasa bersalah, "Za, gue minta maaf. Niat gue cuma-"
"Gue ngerti maksud lo, ini salah gue yang terlalu egois sama perasaan sendiri. Gengsi gue yang bikin semua ini terjadi," potong Gezza.
Garren tersenyum sembari menepuk pelan bahu sahabatnya itu. Menyalurkan sedikit kekuatan padanya.
"Tenang aja, Za. Cinta itu tau kemana harus pulang," celetuk Timothy tiba-tiba. Sambil menatap lurus pada seseorang yang juga duduk di kantin.
Ramanda!
***
Di kelas yang kosong dan hanya diisi oleh beberapa orang saja.
Gezza duduk sembari menatap Gaby yang baru saja balik dari kamar mandi. Cowok itu berdecak kesal, melihat gadisnya--ralat, mantan gadisnya.
Gezza kesal, karena Gaby selalu saja seperti ini, mencuci muka asal-asalan hingga membasahi bajunya.
Tatapan Gezza hanya terfokus pada setiap gerakan yang gadis itu lakukan.
Saat Gaby sudah duduk manis di bangkunya, tangan Gezza terulur untuk menyentuh rambut gadis itu dari belakang.
Gaby yang merasa sentuhan di kepalanya pun, menoleh.
"Kenapa? Gak boleh ya?" tanya Gezza dengan nada lembut.
Gaby tersenyum kecil, lalu menggeleng tanpa bersuara.
Saat Gaby akan membalikkan badannya, Gezza kembali berkata.
"Segitu bencinya ya, lo sama gue? Sampe ngeliat gue aja gak mau sekarang," ucap Gezza.
Gaby menghela napas panjang, ia berbalik sempurna sehingga benar-benar menatap Gezza.
"Aku gak benci sama kamu, sampai kapanpun, aku gak akan pernah bisa benci kamu, Gezza," lirik Gaby dengan tatapan sendunya.
"Terus kenapa lo giniin gue? Seolah-olah gue ini orang jahat yang musti dihindari."
Gaby tertunduk, dia meremas tepian roknya demi menahan air mata.
"Aku punya alasan sendiri kenapa aku kaya gini, Za." Gaby berujar dengan suara bergetar.
"Gue tau kesalaha gue ini fatal. Maki-maki gue Gaby, kapan perlu pukul gue sampe lo puas." Gezza menjeda ucapannya, lalu menghela napas berat, "Tapi jangan acuhin gue kaya gini, gue gak sanggup," ucapnya tulus menggenggam jemari Gaby.
"Aku cuma mau memproteksi diri aku sendiri, Za. Rasa sakit aku gak cuma kamu doang yang kasih. Banyak orang yang aku sayangi juga nyakitin aku. Aku punya hati, gak selamanya aku tahan sama sikap orang-orang ke aku!" ucap Gaby berapi-api.
"Gue cuma mau lo gak acuhin gue! Apa itu salah, hah!? Gue kaya gini karena gue sayang sama lo. Lo ngejauh aja rasanya gue mau mati!"
Gaby berdiri, sembari menghapus air mata yang entah sejak kapan mengalir begitu saja.
Ia tersenyum menatap Gezza yang penuh dengan emosi, "Kamu terlalu lebay, Za. Aku bukan oksigen yang bikin kamu gak bisa napas," ucap Gaby, lalu pergi dari kelas meningkalkan Gezza.
"Aaaggrrrr!" Gezza menggeram dan mengacak frustasi rambutnya.
***
Gezza pulang dengan wajah kusut lalu melempar asal tubuhnya ke atas kasur, sambil memijit pangkal hidung agar sakit pada kepalanya mereda.
Kepala cowok itu serasa akan pecah, karena terus memikirkan kejadian tadi. Semua terasa seperti mimpi baginya
"Our break up!"
Kata-kata itu terus terngiang-ngiang dalam benak Gezza. Dia tidak mau melepas gadis itu, Gaby miliknya, sedari awal mereka memang ditakdirkan bersama. tumbuh besar bersama-sama dan akan seperti itu hingga mereka menua, begitu pikir Gezza.
Sikap Gaby yang terkesan lebih dingin dan irit bicara, membuat Gezza marah pada dirinya sendiri, mengapa ia sebodoh ini menyadari perasaannya.
"Lo pantes dapatin ini, Za. Lo itu brengsek!" cela Gezza pada diri sendiri menyeringai miris.
Belum ada yang mengetahui jika mereka sudah putus, karena sikap Gaby yang biasa saja dan tidak menunjukkan secara gamblang jika dia sedang patah hati.
Berbeda dengan Gezza yang terlihat uring-uringan memikirkan cara mengobrol dengan Gaby seperti dulu.
Dan yang paling membuat Gezza jengkel adalah, para penikung yang bisa membaca situasi dan kondisi yang tepat. Memanfaatkan kerenggangan hubungan Gaby dan Gezza.
Ya, siapa lagi kalau bukan Genta.
Gezza menatap bengis langit-langit kamar, membayangkan pantulan wajahnya berada di sana. Merasa menyesali apa yang sudah terjadi.
"Dasar manusia bego! Udah tau dari dulu ada cewek yang tulus sayang sama lo, malah lo jadiin bahan taruhan! lah, sekarang giliran udah ditinggalin kaya monyet bego lo. Mikir pake otak! Bukan pake pantat, Gezzacio!" ucap Gezza memaki-maki diri sendiri.
Sebuah senyum tercetak jelas di wajah Gezza saat membayangkan wajah Gaby yang tersenyum manis disaat kebersamaan mereka.
"Bener ya kata orang, cewek kalo udah jadi mantan itu keliatan makin cantik." tertawa penuh luka.
TBC
Aih, ini part maksa banget anjir! Gak bisa fokus gue.
Sa ae dah yang penting tamat😴
Silahkan komentar kalo kalian merasa ada yang aneh ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top