SEWINDU -38- Our Break Up!
"Gagal bukan akhir dari perjuangan. Justru itu adalah musuh awal dalam perjalanan menuju tujuan"
•••
Gaby duduk termenung di dalam kelas, seminggu sudah hukumannya berjalan. Ia menyadari, jika ternyata hidup hemat tidak semudah yang ia bayangkan.
Selama seminggu juga, Gaby tidak memegang ponsel. Untung saja rumahnya dan Gezza berhadapan, coba kalau jauh, mungkin sudah pasti cowok itu merajuk dan marah berkepanjangan karena tidak bisa berkomunikasi dengan Gaby.
Uang bulanannya pun hanya tinggal setengah, karena Gaby harus membayar iuran dan biaya tugas kelompok di kelas.
Hari ini Gaby memilih untuk berpuasa, seperti yang ia lakukan beberapa hari belakangan ini.
Padahal, hari ini ia juga lupa untuk makan sahur, karena ketiduran setelah belajar sampai malam.
Dan terhitung tiga hari Yasmine juga tidak masuk untuk mengajarnya, karena wanita itu menghadiri acara pernikahan sepupunya di luar kota.
"Aduh kebelet lagi, udah tau aku lagi mager mode on! Malas jalan!" gerutu gadis itu.
Gaby berlari keluar kelas untuk melepaskan hajatnya di kamar mandi.
Setelah selesai, Gaby berjalan menuju kelasnya, tubuh Gaby sangat lelah dan lemas, dia butuh tidur. Beruntung hari ini sekolah mengadakan rapat acara tahunan sekolah, jadi semua kelas bebas dari guru yang mengajar.
Saat melewati gudang tempat penyimpanan alat-alat Pramuka, Gaby mendengar suara ribut-ribut dan teriakan dari dalam sana.
Kerena penasaran, Gaby menyembul dari balik pintu.
"Kenapa gak gue aja yang lo pilih?" teriak seorang gadis.
Sepertinya dia tidak sendiri.
Gaby menengok lebih dalam lagi, agar bisa melihat dengan jelas siapa yang bertengkar di dalam sana.
"Ck! Lo udah tau jawabannya kan. Gue gak suka sama lo!" balas lawan bicara gadis di dalam gudang itu.
Gaby kenal siapa mereka, itu Gezza dan Bella, mengapa mereka bertengkar? Apa mereka punya masalah? Tapi Gezza tidak cerita pada Gaby.
Gaby hanya diam saja memperhatikan keduanya. Gaby malas ikut campur, lebih baik dia jadi netijen yang menyaksi kejadian ini secara diam-diam.
"Lo juga gak suka sama dia kan?"
"Kata siapa? Hah!?" bentak Gezza marah.
Bella tersenyum kecut "Gue tau dari Garren, dia keceplosan bilang kalo lo itu gak suka sama dia."
"Dan lo percaya? Eh, Bel! Gue yang punya hati, gue yang tau apa yang gue rasa, bukan si Garren!"
"Alah, Za. Jujur aja apa susahnya sih? Lo pacarin Gaby cuma buat menang taruhan sama Garren kan! Gue tau Za! Jangan muna deh lo," desak Bella.
"Lo ngomong apa sih njir!?" sentak Gezza, geram.
"Gue tau, lo cuma mau first kiss nya Gaby. Setelah itu lo menang. Iya kan!"
Gezza mengacak frustasi rambutnya, "Kalo iya kenapa? Hah!? Gue macarin dia buat menang taruhan, gue mau dapatin first kiss nya dia. Tapi dibalik itu semua-"
Uhuukk! ... Uhuukk!
Gaby tersedak ludahnya sendiri saat mendengar ucapan langsung dari mulut Gezza sendiri.
Ya, munafik rasanya, jika Gaby mengatakan dia tidak sakit hati. Lebih dari itu, Gaby merasa hancur.
Jadi selama ini, Gezzacio-lelaki yang sangat ia cintai dari dulu hingga sekarang, yang biasa Gaby sebut dengan cinta Sewindu nya, hanya mengharap sebuah ciuman pertama untuk menang taruhan.
Sungguh menyedihkan kamu Gaby.
"Gaby, gue bisa jelasin," desis Gezza.
Gaby menampilkan cengirannya "Hehe, maaf ganggu, gak sengaja lewat aku nih. Maaf ya, lanjut lagi deh. Bye bye," ucap Gaby berjalan menjauh
Dasar sok kuat! Lirih Gaby dalam hati.
Gaby merubah haluannya, dari yang awalnya menuju kelas, kini berbalik arah menuju rooftop sekolah.
Gaby duduk di pinggir bangunan dengan kaki menjuntai kebawah. Dari atas sini, Gaby dapat melihat banyak murid yang berkeliaran sembari ketawa-ketiwi.
Gezza ...
Perlahan air mata Gaby jauh membasahi rok abu-abunya, membentuk bulatan-bulatan kecil dan perlahan membesar.
"Kenapa Gaby harus lahir Tuhan? Gaby gak minta dihadirkan ke dunia ini, kenapa gak Gaby aja yang di panggil menggantikan Mama?"
Gaby menatap langit yang teduh. Mencurahkan segala yang ia rasa, dengan harapan Tuhan dapat mendengar doa nya.
"Gak ada satupun hal baik dalam diri Gaby. Gaby jelek, bodoh, lemot, dan Gaby gak berdaya."
"Dosa apa yang Gaby lakuin? Kenapa selalu ada yang mematahkan kebahagiaan Gaby."
"Gaby gak punya Ibu. Saat Gaby kecil, Gaby bisa tahan saat lihat anak perempuan lain yang dikuncirin rambut sama Mamanya. Karena, Gaby punya Papa yang kuncirin rambut Gaby."
"Gaby gak punya teman. Karena mereka bilang Gaby itu anak pungut, makanya gak punya ibu."
Gaby ingat, sangat ingat saat ia masih duduk di bangku TK. Gaby selalu diejek karena tidak pernah membawa Mamanya ke sekolah.
Namun, saat itu ada Gezza yang setia menjadi teman Gaby, walaupun terkadang dia jengkel melihat Gaby yang terlalu dekat dengan Mamanya Gezza.
"Gaby ..."
Dengan cepat Gaby menghapus air matanya dan menoleh pada seseorang yang memanggil namanya.
"Eh Gezza. Ada apa kesini?" tanya Gaby lengkap dengan senyum manisnya.
"Maaf ..." gumam Gezza ikut duduk di samping Gaby.
"Buat apa?" tanya Gaby, masih tersenyum, namun matanya tidak bisa berbohong.
Gezza hanya diam, lidahnya kelu untuk sekedar membalas ucapan Gaby.
"Buat apa?" tanya Gaby lagi, gadis itu mulai terisak.
"Buat apa Gezza? Hiks!"
Runtuh sudah pertahanan Gaby, dia tidak tahan lagi dengan sesak yang menyerbu dadanya.
"Kamu ... Punya ... Mulutkan? Jawab ...!" Ujar Gaby terisak-isak.
Gezza menundukkan kepalanya di tangan Gaby yang ia genggam "Maafin gue, gue salah karena udah terima tantangan Garren. Gak ada niatan sedikit pun buat nyakitin lo kaya gini. Gue minta maaf," lirih Gezza penuh penyesalan.
Gaby membuang muka, air mata terus berderai, hingga membuat wajahnya merah dan mata sembap.
Gezza mengangkat kepalanya "Jangan nangis, plis! Gue gak sanggup liat lo kaya gini Gaby." Gezza mengusap wajah gadis di depannya itu.
Gaby menatap Gezza dengan tatapan kecewanya, dan membuat hati lelaki itu, serasa diremas oleh tangan tak kasat mata.
Gaby mengangkat tangannya perlahan, lalu ia balas mengelus wajah Gezza.
"Aku mau kamu menang taruhan, jangan biarin pengorbanan aku sia-sia," ucap Gaby.
Gadis itu memejamkan mata, sambil terisak dan berurai air mata, ia mendekat kan wajahnya pada Gezza.
Beberapa senti lagi bibir mereka akan bertemu, namun Gezza memalingkan wajahnya, hingga bibir gadis itu hanya menyentuh pipinya.
Dalam sekejap, Gezza menarik Gaby dalam pelukannya. Dia tidak mau, dia hanya ingin Gaby terus bersamanya, Gezza tidak butuh ciuman pertama.
Gaby berontak dalam rengkuhan Gezza, gadis itu menangis pilu, berteriak penuh kesakitan.
"Maaf ..." hanya kata itu yang mampu Gezza ucapkan.
"Kenapa? Kamu mau itu kan!?" bentak Gaby berapi-api.
"Gue gak mau itu Gaby ... Jangan kaya gini, gue gak suka lo nangis histeris kaya gini, sayang."
"Apa peduli kamu, Hah!?Aku cuma objek taruhan kamu aja kan!? Aku gak penting!"
"Gak! Lo lebih dari itu. lo spesial Gaby, lupain taruhan bodoh itu, gue gak peduli!"
Gaby mulai tenang dan tidak berontak lagi, malahan gadis itu balas memeluk Gezza, menangis tersedu-sedu di dada lelaki itu.
Gezza memeluk erat tubuh Gaby yang lemas sembari sesekali mencium rambut Gaby yang lepek karena keringat.
Dan ... Tiga kata yang Gaby lontarkan, membawa arwah Gezza terbang terpisah dari tubuhnya.
"Out break up!"
***
Tbc
Sepertinya beberapa Chapter lagi tamat. Stay tune yaa😎
Don't forget to votement 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top