SEWINDU -37- Dia Yang Lain
"Ada saatnya untuk kamu beristirahat dan berhenti mengejarnya"
•••
Gezza yang tengah asyik merakit lego terbarunya, dikejutkan dengan kedatangan seseorang secara tiba-tiba dan langsung menyusup ke dalam kamar.
Garra menghempas diri dengan santai ke atas ranjang milik Gezza. Tatapannya lurus menghadap loteng kamar.
Perkataan Mamanya barusan, sukses membuat jantungnya remuk redam. Pasalnya, gadis yang selama ini dia sukai telah menjadi milih orang lain.
"Udah telat kamu, dia udah punya pacar," kata Gishel tadi.
"Lu kenapa, Bang? Tumbenan amat ke kamar gue?" tanya Gezza tanpa menatap lawan bicaranya.
Namun, Garra hanya diam. Kedatangannya ke kamar ini bukan tanpa sebab, melainkan ingin menanyakan sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Lu tidur Bang?" tanya Gezza membalik kursi menghadap kakaknya itu.
"Kenapa?" ulang Gezza saat melihat mata Garra yang terbuka.
"Lu pacaran sama dia?" tanya Garra tanpa basa-basi.
"Hah?"
"Gaby."
Sekarang, Gezza mengerti arah pembicaraan kakaknya ini.
Gezza mengangguk "Ya," jawabnya singkat.
"Biar apa?"
Alis Gezza bertaut. Jika Garra sudah berbicara sepatah dua patah kata saja, itu menandakan jika dia sedang dalam masalah atau marah.
"Biar apa? Maksudnya?" tanya Gezza bingung.
Garra duduk dan menatap tajam Gezza yang berada di kursi belajarnya.
"Lo macarin dia biar bisa balas dendam kan?" tanya Garra menuduh.
"Balas dendam apa, Bang? Gue enggak ngerti sama omongan lo!" jawab Gezza sedikit kesal.
"Gue tau, lo sebenernya gak suka sama dia, jadi kenapa lo mainin perasaan dia dengan lo jadiin pacar?"
"Oh, jadi maksud lo gue macarin Gaby karena gue mau balas dendam? Atas dasar apa lo nuduh gue kaya gitu, Bang?"
"Dulu lo pernah bilang ke gue, kalau lo benci sama Gaby karena dia udah ambil alih perhatian Papa-Mama dari lo, dan lo mau balas dendam suatu hari nanti." Garra mengatakan itu dengan mata berkilat tajam.
Gezza tertawa kecut karena ucapan saudaranya. "Lo masih inget omongan gue waktu itu? Ayolah, Bang! Itu cuma kekesalan anak kecil aja. Sekarang gue udah ngerti kenapa Mama sayang banget sama Gaby. Itu karena Mama pingin punya anak perempuan."
"Tapi sikap kasar lo selama ini, udah cukup untuk membuktikan kalau lo masih menaruh dendam sama dia," balas Garra tak mau kalah.
Gezza mulai membaca gelagat aneh dari kakaknya itu, apa mungkin dia ....
"Lo suka sama dia?" tanya Gezza to the point.
Garra terdiam sejenak. Ya, dia memang menyukai Gaby, bahkan dari gadis itu masih berbentuk bayi merah.
Garra yang saat itu masih berusia sembilan tahun dan saat Papa dan Mamanya membawa pergi bertemu Gaby, untuk pertama kali di rumah sakit.
Dan saat itu lah Garra jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Gezza yang saat itu masih berumur beberapa bulan, tak lagi jadi antusiame Garra. Anak remaja itu beralih pada Gaby, si bayi mungil yang kehilangan ibunya itu selamanya.
"Bang!" Garra tersentak dari lamunannya saat mendengar seruan adiknya.
"Lo suka sama dia?" tanya Gezza lagi, kali ini dengan wajah memerah menahan emosi yang siap meledak.
Garra berdiri dan berjalan keluar, tanpa menghiraukan seruan Gezza dari dalam.
Namun, sebelum benar-benar keluar dari dalam kamar itu. Garra menyempatkan diri menjawab pertanyaan adiknya tadi.
Garra menampilkan seringainya. "Ya, gue suka sama cewek lo. Gue jatuh cinta sama dia, She was my first love. Bahkan, saat dia masih dibalut dengan kain yang terlihat seperti kepompong."
Setelah itu, Garra hengkang dari sana, meninggalkan Gezza yang kesal setengah mati. Hingga ia menghancurkan lego yang baru saja ia rakit.
"Aggrrrr! Dasar pedofil!" teriak Gezza marah.
"Huh! Terlihat seperti kepompong? Dasar pria tua alay! Bayi bendungan dibilang kepompong!" rutuk Gezza, sembari menatap kesal pintu tepat Garra terakhir kali berdiri.
***
"Kenapa muka kamu, asem kaya gitu?"
"Gak papa."
Gaby mengernyit bingung karena Gezza yang tiba-tiba memintanya keluar rumah, lalu menampakan wajah yang tidak bersahabat alias ditekuk.
"Kalau ada cowok yang bilang, gak papa, pas ditanya. Ada kemungkinan besar kalau dia kenapa-kenapa," ujar Gaby.
"Beneran gak papa, Gaby," lirih cowok itu sembari menghela napas lelah.
"Ih dasar cowok! Terus kenapa, ajak aku ketemuan di depan rumah gini?" tanya Gaby.
Mereka berdua tengah duduk lesehan di depan pagar rumah Gaby dan di temani oleh si Momo, kucing Gezza nan nakal.
Gezza menghela napas berat, lalu meletakan kepalanya di bahu Gaby.
"Gaby, usapin kepala gue dong!" pinta Gezza dengan lembut.
Gaby tersenyum kecil "Kaya kucing aja deh, diusap-usap." Gaby mendengus sebal. Namun, gadis itu tetap menuruti kemauan Gezza.
Gezza memejamkan mata, menikmati sentuhan lembut jemari Gaby yang memainkan rambutnya.
"Kamu ada masalah apa, Za? Ayo cerita ke aku! Biar lega perasaannya." Gaby berkata dengan lembut.
Gezza bergumam sejenak, "Gue lagi kesel!" jawabnya merajuk sembari menatap lurus pada kucing yang sedang garuk-garuk di pinggir jalan.
Gaby mengikuti arah panganan Gezza, yang bermuara pada si Momo "Kesal kenapa? Momo rusakin barang-barang kamu lagi ya?"
Momo merasa namanya terpanggil dan tertuduh berbuat yang tidak-tidak pun, menoleh sinis pada Gaby.
Gaby mencibirnya "Dasar, kucing sama majikan sama aja. Sama-sama nyeremin!" gumam Gaby dalam hati.
"Bukan gara-gara Momo." Gezza berujar.
"Terus?"
"Karena, si Garra manusia pasir tuh. Bikin kesel orang aja dia!" ucap Gezza jengkel.
"Kamu berantem sama Bang Garra?"
"Iya. Masa dia suka sama bayi!" ucap Gezza dengan nada tak percaya.
Kening Gaby berkerut, membetuk lipatan-lipatan kecil, "Suka sama bayi siapa?" tanyanya.
"Bayi orang lah!"
"Iya! Aku tau. Maksudnya, bayi itu anak siapa Gezza? Ogeb banget nih!"
"Gak kenal sama orang tuanya. Tapi yang bikin gue kesel itu, bayi yang disukai sama Garra udah jadi gede sekarang!"
"Lah? Maksudnya gimana dah? bingung Gaby tuh. Bang Garra suka bayi, tapi bayinya udah besar. Kalau udah besar namanya bukan bayi."
"Jadi gini, dia suka sama seorang cewek, dari cewek itu baru lahir. Apa banget dah dia!" cerocos Gezza kesal.
Gaby berpikir keras, masih memainkan rambut cowok di sebelahnya itu.
"Kalau Bang Garra suka sama anak perempuan itu, apa salahnya? Kok kamu jadi sewot?"
Gezza mengangkat kepalanya, lalu mengacak rambut frustasi. "Masalahnya itu, gue gak suka si Garra suka sama cewek itu. Lo ngerti gak sih?"
Gaby terdiam sejenak, apa mungkin Gezza marah karena dia juga menyukai anak perempuan itu? Kalau iya, beruntung sekali dia, bisa disukai oleh dua lelaki tampan, ditambah lagi dua lelaki itu, adik dan kakak.
"Jadi kamu marah kalau Bang Garra suka sama anak perempuan itu?" tanya Gaby.
"Iya, gue gak suka kalo Garra suka sama cewek itu!" Jawab Gezza berapi-api.
"Kenapa?"
"Karena cewek itu yang punya hati gue! Cuma gue yang boleh sama dia, gak boleh yang lain, sekalipun itu si Garra."
Hati Gaby terasa ditikam ribuan pisau tak kasat mata, rasa sakit yang sulit dijelaskan. Nyeri dan ngilu secara bersamaan menerpa dadanya.
Sekuat tenaga Gaby berusaha untuk tetap tenang. "Kamu cinta sama dia?"
"Ya! Tambahin bangetnya!" ucap Gezza penuh keyakinan.
Hacur sudah hati dan perasaan Gaby, kalau Gezza menyukai orang lain, mengapa dia menjadikan Gaby pacarnya.
Ingin rasanya Gaby pergi berlari ke dalam kamar dan menangis sepuasnya, meluapkan semua beban yang menghimpit dadanya, hingga menyesakan.
Namun, semua itu ia urungkan saat Gezza kembali merebahkan kepalanya di pundak Gaby.
"Lo keliatan pucet hari ini," gumam Gezza setelah emosinya mereda.
Gaby hanya diam, lidahnya kelu untuk sekedar membalas ucapan Gezza.
"Kenapa?" tanya Gezza lagi. Kali ini menatap Gaby dengan tatapan bertanya.
Cowok itu mengelus pelan pipi Gaby yang terlihat kurus dan pucat dari biasanya.
"Hehe, mungkin karena kelamaan berendam tadi pas mandi." Gaby menjawabnya dibarengi dengan senyuam manis.
Gezza mengusap lembut pipi putih itu, "Gue gak suka pipi lo kurus kaya gini, terus jangan mandi lama-lama, nanti lo sakit."
Perlakuan dan perhatian manis Gezza semakin membuat hati Gaby tersakiti. Perih seperti disayat sembilu.
Cowok itu perhatian padanya, namun menyukai orang lain.
Dan juga tentang Papanya yang mendiaminya, menutup akses komunikasi dan menekan Gaby lebih keras.
Lengkap sudah beban hidup yang Gaby rasa. Ingin rasanya ia kabur dan menjauh dari orang-orang yang menyakiti nya ini. Namun, Gaby tidak bisa.
***
Tbc
Ah! Aku ini semua cepat berakhir 😂
Jangan lupa vote dan komen ya gais. Kasi tau juga kalau ada Typo.
See ya😋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top