SEWINDU -36- Penguntit

"Bersyukur lah! Agar kamu tak merasa kekurangan"

•••

Gaby berjalan sembari sesekali melompat kecil. Gadis itu senang bukan main, karena hari ini adalah perdana dia berangkat sekolah sendiri.

"Naik angkot nomor berapa ya?" gumam Gaby sembari memperhatikan jejeran angkutan umum di pangkalannya.

"Tanya google aja kali ya." Gaby merogoh saku dan tasnya, mencari-cari ponsel.

Setelahnya, Gaby tersadar jika sekarang dia sudah tidak memiliki ponsel lagi.

Gaby menepuk pelan dahinya. "Eh iya, lupa kalo sekarang udah jadi kaum Missqueen," gumam Gaby, menampilkan cengirannya.

"Tanya bapak itu aja!"

Gaby berjalan menuju seorang pria paruh baya yang sedang mengelap mobilnya.

Gaby bertanya tentang angkutan nomor berapa yang harus ia naiki jika ingin pergi ke sekolahnya, dan kebetulan sekali angkutan bapak itu melewati sekolah Gaby.

Gaby duduk manis di belakang sembari menunggu angkutan perlahan penuh dan terisi oleh berbagai orang.

Gaby tersenyum bahkan menyapa setiap orang yang masuk ke dalam angkot itu.

Dalam perjalanan menuju sekolah, gadis itu terlihat seperti manusia yang sudah bertahun-tahun hidup di hutan dan baru bertemu dengan peradaban, seperti sekarang ini.

"Bu, ini ikannya gak ada yang hidup satu pun?" tanya Gaby pada pedagang ikan yang duduk di sampingnya.

Ibu itu tersenyum kecil "Ya enggak atuh, Neng. Kalau ikannya hidup, repot dong nanti."

"Oh gitu, Ibu mau jualan ikan dimana?" tanya Gaby lagi.

"Di pesawat!" jawab seorang pemuda SMA yang terlihat aneh, dia menggunakan topi, masker dan jaket hitam, sudah seperti mata-mata saja.

"Aku tanya Ibu ini, bukan kamu, kok kamu nyaut?" tanya Gaby tak suka.

"Suka-suka gue!" ketus pemuda itu.

Gaby mencebik dan mengerlingkan mata tajam pada lelaki di seberangnya itu.

Namun, ia seperti kenal dengan suara cowok itu, mirip dengan suara seseorang, tapi siapa?

"Ish! Nggak kenal juga, malah ikutan nyaut!" gumam Gaby.

Lalu ia kembali melanjutkan wawancaranya kepada ibu-ibu tadi.

"Satu kantong itu harganya berapa bu?" tanya Gaby menujuk kantong plastik yang berisi ikan-ikan kecil.

"Lima belas ribu, Neng."

"Nanya harga doang, belinya kagak. Wek!" celetuk cowok itu lagi, hingga membuat Gaby melotot padanya.

Gaby bingung, kenapa harga ikan kecil sebanyak itu sangat murah, "Kok murah banget bu? Emang ibu gak rugi gitu?"

Ibu itu pun menggeleng "Enggak Neng, nanti kalo ibu naikin lagi harganya, yang ada dagangan ibu kagak ada yang beli," jelas ibu itu.

Gaby membalas dengan ber'Oh' ria. Lalu tak lama kemudian sang supir memberi tahu, jika mereka sudah sampai di sekolah Gaby.

Gaby melihat cowok mata-mata juga turun dan berjalan di belakangnya.

"Apa jangan-jangan dia orang jahat ya?" risau Gaby dalam hati.

"Lagian, kalo dia mau merampok, apa yang mau diambil coba? Orang hp udah disita sama Bapak Gemma, terus uang yang dikasi cuma tiga ratus ribu rupiah buat sebulan." Gaby mulai curhat dengan dirinya sendiri.

"Btw, uang segitu cukup gak ya, buat jajan sebulan?"

"Apa Gaby puasa aja tiap hari, biar hemat uang." Gaby tersenyum dengan idenya itu. "Iya, Gaby puasa aja! Biar hemat biaya dan dapat pahala juga."

Gaby melanjutkan jalan pelan-pelan. Namun tiba-tiba ada seseorang yang merangkul bahunya dari belakang.

Refleks Gaby langsung mendorong lelaki itu hingga terjatuh.

Bruuukkk!!!

"Aww!"

"Maaf," ucap Gaby bersamaan dengan ringisan lelaki itu.

"Ck! Lo tega banget sih dorong gue kaya gitu, lo pikir gue ini gerobak bayi didorong!" cerocos Gezza sembari membersihkan debu yang menempel di pantatnya.

Gaby terkekeh sembari membantu lelaki bermasker itu berdiri, "Abis kamu ngagetin aja sih!"

Gaby meneliti penampilan Gezza dari atas sampai bawah, ada yang berbeda dan jaket itu mengingatkannya pada cowok jutek yang berada di angkot yang sama dengannya tadi.

Ya benar! Lelaki sok oke tadi adalah Gezza. Pantas saja suaranya terdengar familier, ternyata dia.

"Kamu jadi penguntit ya sekarang?" tanya Gaby sembari tersenyum jail.

Gezza mendengus pelan "Enggak tuh!"

"Udahlah, jujur aja! Kamu stalking aku kan? Cie cie yang mulai nge-fans," ucap Gaby menggoda Gezza.

Gezza bergidik geli menatap Gaby "Idih sok terkenal!"

"Aku emang terkenal kok, terlebih lagi di hati kamu." Gombalan Gaby sukses membuat Gezza tersenyum geli.

Gezza membuka topinya dan memaksa di kepala Gaby, "Udah mulai hapal jurus gombal gue nih," ucap Gezza mencubit gemas pipi Gaby.

"Aww, sakit Gezza!" teriak Gaby sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hehe, abis lo gemesin banget, rasanya gue pengen dorong lo ke jurang," ujar Gezza terbahak keras.

"Dasar psikopat!" dengus Gaby.

Gezza semakin terbahak saat melihat wajah kesal Gaby yang menggemaskan.

"Eh, kok lo naik angkot sih hari ini?" tanya Gezza penasaran.

Gaby tersenyum kecut "Gak papa, lagi latihan aja jadi orang missqueen," jawabnya.

"Berarti, kalau nanti kita nikah, terus hidup miskin, lo gak masalah kan?" tanya Gezza bercanda.

Gaby menggeleng sembari tersenyum geli, "Aku hidup miskin pun gak ada masalahnya. Yang jadi masalah itu, aku hidup tanpa cintamu. Hahaha."

Setelah gombal recehan Gaby terlontarkan, Gezza mengapit kepala gadis di ketiaknya.

"Gombalan lo bikin gue meleleh tau gak? Tanggung jawab! Gue baper."

Gezza melonggarkan rangkulannya.

Gaby menggeleng "Gak mau. Wlee!"

Gaby berlari meninggalkan Gezza yang terkekeh karena tingkahnya yang menggemaskan.

Lelaki berjaket hitam itu kembali teringat kejadian tadi pagi. Dimana saat akan mengeluarkan motor dari dalam rumahnya, Gezza melihat Gaby yang berjalan kegirangan keluar dari pagar.

Karena penasaran, lelaki itu mengikuti Gaby dari belakang.

Dan rasa penasaran Gezza, mengatakannya menuju pangkalan angkutan umum.
Lelaki itu bertanya-tanya, mengapa gadis semanja Gaby bisa naik angkutan umum tanpa larangan Papanya.

Karena, dari yang Gezza tau, gadis itu tidak pernah diperbolehkan naik angkutan umum sendirian.

Lelaki itu berpikiran jika Gaby sedang kesurupan setan kecoa di kamarnya, sehingga tanpa sadar ia berjalan sendiri.

Namun sebelum ia ikut menaiki angkutan itu, terlebih dahulu ia membeli sebuah masker agar tidak ketahuan. Bisa malu Gezza kalau nanti Gaby berteriak ini dan itu padanya.

***

Dilain tempat, Gemma kembali berpikir keras. Di dalam ruangan kerja kantornya, pria itu kembali menatap figura besar di hadapannya itu.

"Apa yang harus aku lakukan? Apa cara mendidik salah?" gumam Gemma disela-sela lamunannya.

Sejujurnya, pria itu tidak tega harus menghukum putrinya dengan cara seperti ini.

Mencabut fasilitas, sama saja dengan melepaskan putrinya tanpa kontrol. Di tambah lagi, dengan uang yang ia berikan dan tentu saja itu tidak cukup, untuk gadis itu gunakan selama satu bulan penuh.

Tapi, Gemma hanya ingin memberi efek jera pada Gaby. Gadis itu pasti tidak akan tahan jika tidak menggunakan ponsel dan mengontrol uang jajan yang tidak seberapa.

Gemma berpikir, saat ia menaruh uang sebesar tiga ratus ribu di atas meja makan dengan sebuah note yang bertuliskan, jika uang itu di pergunakan untuk kebutuhan Gaby selama satu bulan.

Gadis itu pasti akan meminta maaf dan meminta dikembalikan pada posisi awal.

Namun, ekspetasi Gemma salah. Gaby mengambil dan membalas note tersebut, dibarengi dengan tanda tersenyum yang ia tulis dengan tangan.

Makasih Papa ganteng, ini cukup banget buat sebulan :)

Seperti itulah kira-kira balasan dari gadis itu.

Gemma kecewa melihat sikap Gaby yang tidak sopan padanya, itu melukai hatinya sebagai seorang ayah yang sudah susah payah merawatnya dari bayi, seorang diri.

Gabriella dulu adalah anak gadis yang baik, hingga sekarang pun ia masih menjadi gadis yang baik.

Namun, yang Gemma tak suka adalah kelakuan putrinya yang beberapa tahun belakangan ini, menjadi lebih arogan dan ketus.

Ditambah lagi insiden, saat dia mendorong Megan hingga terjatuh. Bukan Gemma membela Megan, tapi pria itu hanya tidak mau anaknya dituntut oleh kekasihnya nanti.

Gemma mengacak frustasi rambutnya. Dia langsung berdiri dan pergi meninggalkan ruangan kebesarannya itu untuk menenangkan diri.

***

Tbc

Halo, siapa yang tadi ujian UTBK? Gimana? Sukses gak? Susah apa gampang?

Soalnya pasti gampang kan, yang susah itu jawabannya 😆

Jangan luva vote dan comment nya ya.

See you next part😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top