SEWINDU -33- Ditikung Timo
"Kalau ada orang yang salah, terus kamu benerin dan dia marah. Udah diemin aja mungkin dia udah merasa sempurna"
•••
Gemma duduk termenung di kursi kerjanya, pria itu menatap lurus ke depan atau lebih tepatnya pada figura yang cukup besar di ruangan itu.
Di sana terpajang foto seorang bayi yang cantik yang berada dalam gendongan seorang pria muda, mereka berdua tersenyum dalam foto itu.
Seolah Gaby yang saat itu masih bayi menyadari jika dirinya sedang dibidik oleh kamera.
Gemma tersenyum sembari berpikir, selama ia menjalin hubungan dengan Megan, tak pernah sekalipun ia melihat Gaby antusias dan dekat dengan wanita itu, padahal mereka sudah cukup lama kenal.
Namun dengan Yasmine, hanya dalam hitungan minggu putrinya sudah sangat nyaman dan dekat dengannya.
Perasaan Gemma sedikit bimbang dengan rencana untuk menikahi Megan. Dia juga belum pernah bertanya apakah Gaby mengijinkan ia menikahi kekasihnya. Anak gadisnya itu hanya berkata 'Gaby bahagia kalau Papa bahagia'.
Megan juga tidak pernah berusaha untuk lebih dekat lagi dengan Gaby, wanita itu hanya dekat dengan dirinya. Sangat jarang sekali Gemma melihat putri dan kekasihnya itu berbincang dan bahkan mereka tidak pernah jalan berdua.
Terlintas dalam benak Gemma jika Megan memang tidak cocok menjadi ibu sambung untuk Gaby.
"Apa omongan Gafril ada benarnya?" gumam Gemma meragu.
***
"Timo, kamu kok ngeliatin Manda terus sih dari tadi?" tanya Gaby saat mereka sedang berkumpul di lapangan.
Cowok dengan seragam olahraga itu memberi isyarat untuk Gaby tetap diam.
"Gaby, gue mau tanya sesuatu nih. Tapi Gaby jangan kenceng-kenceng ngomongnya, mulut toa Gaby dikecilin dikit ya," ucap Timothy berbisik.
Gaby mengangguk patuh "Iya, tapi jangan bilang mulut Gaby toa dong, kan hati Gaby tersakiti."
"Iya iya maaf deh. Gue mau tanya sesuatu yang sangat berbahaya."
"Apa itu?"
"Umm, si Manda itu manusia bukan sih?" tanya Timothy sambil melihat penasaran sekaligus cemas.
"Dia manusia kok, dia makan kalau lapar, dia tidur kalau ngantuk, dia senyum kalo senang. Emang kenapa?"
"Enggak sih, dia itu cantik kaya Barbie tapi kalo udah ngeliat gue, berubah jadi serem kaya Annabelle," gumam Timothy berbisik.
Gaby terkekeh geli "Kamu gak tau aja sih, Manda itu emang orangnya pendiam, dia gak suka bicara yang gak penting. Tapi aku pernah dengar dia nyanyi waktu itu."
"Nyanyi apa? Lingsir wengi?" tanya Timothy dengan tatapan horor.
"Bukanlah, waktu itu dia nyanyi bahasa Inggris, apalah itu Gaby lupa dan suaranya bagus banget lho. Tapi pas Gaby puji dia langsung diem sampe pulang sekolah."
"Aneh ya dia. Jangan-jangan dia titisan Limbad lagi, kan Limbad gak ngomong sama sekali."
"Umm, gak mungkin. Limbad kan-" ucapan Gaby terpotong dengan seruan seseorang.
"Timothy, Gaby, kalian ngobrolin apa?" tanya pak Suryo.
"Eh, ada bapak. Hehe gak ada pak, gak ngomongin apa- apa kok," ringis Timothy kaget sambil menggaruk kepalanya.
"Hehe hehe aja kamu. Saya dari tadi disini ngeliatin kalian berdua ngerumpi, hebat ya kalian berdua, ngegosip gak ngajak-ajak saya," ucap Pak Suryo melengos sebal.
"Masalahnya ini urusan anak muda Pak, umur bapak udah expired kalo kami ajak gosip. Ya kan Gab?" seru Timothy pada Gaby.
"Hah? Oh iya ... iya bener itu... Bener sekali." Gaby tergagap karena tanpa sengaja dia melihat tatapan tak suka dari Gezza yang berbaris cukup jauh dari mereka.
"Oh jadi saya udah expired ya... Hmm oke kalau gitu," pak Suryo menjeda sejenak lalu setelah itu...
"Gezza, ini ya yang namanya temen? Temen kok deketin pacar temen sendiri? Kamu udah ikhlas emang Za, kalau Gaby ditikung sama Timothy? Kalau bapak jadi kamu sih gak mau." Pak Suryo mulai mengompori suasana.
"Kalau mereka bahagia saya bisa apa pak," jawab Gezza santai, namun berbeda dengan tatapan matanya.
Sedikit informasi saja. Pak Suryo selaku guru olahraga ini memang terkenal dengan pengetahuannya tentang gosip! Apapun berita yang beredar di sekolah baik itu fakta maupun hoax! Pak Suryo pasti kepo ingin tahu.
Jadi bukan hal yang mengejutkan jika dia mengetahui Gaby dan Gezza pacaran. Tak hanya hubungan Gezza-Gaby, hubungan siswa lain dia juga tau.
Siapa saja murid yang jadian hari ini, atau siapa yang putus hari ini. Bahkan pak Suryo bisa tau jika ada seorang lelaki yang sedang berselingkuh dari pacarnya.
Namun karena itulah pak Suryo banyak dekat dengan para siswa. Karena jiwanya yang masih muda dan gemar bercanda.
"Pak Sur! Saya gak nikung Gaby kok pak. Suer deh!" bela Timothy mengeleng-gelen sambil sekilas menatap Gezza.
"Ah masa sih? Bapak gak percaya nih. Kalian semua percaya gak?" seru pak Suryo pada seluruh siswa.
"Enggak pak! Timothy emang pepacor!" seru kawan-kawannya.
"Usir dia dari kampung kita!" teriak Khalef bersemangat.
"Usir!"
"Usir!"
"Udah! Dasar kalian korban film azab! Gaby doain kalian dapat azab nilainya jelek!" bentak Gaby angkat suara.
"Astagfirullah, gue gak ikut teriak lho tadi," cicit Wahyu.
"Gaby tadi lagi denger Timo curhat tau!" seru Gaby mengerucutkan bibirnya.
"Curhat apa emang?" tanya pak Suryo yang mulai kepo setengah mati.
"Timo itu suka sama Manda! Udah kan!"
"YA ALLAH YA TUHAN! APA DOSA HAMBA YA ALLAH!" teriak Timothy meringis mendengar argumen dari Gaby.
Hingga seluruh tubuh Timothy merinding menatap tatapan tajam dari Annabelle, siapa lagi kalau bukan Ramanda.
***
"Gezza kamu marah ya?"
"Enggak! B aja, ngapain harus marah? kaya gue punya hak aja buat marah," jawab Gezza santai tanpa melihat Gaby yang duduk di sampingnya.
"Ya kan kamu pacar Gaby, jadi kamu berhak marah sama Gaby." Mata Gaby mulai berkaca-kaca karena Gezza mengacuhkannya.
"Ya udah, gue gak marah kok santai aja. Lu urus lagi tuh temen lu yang lagi jatuh cinta, jadi pendengar curhat yang baik sana," ucap Gezza dengan wajah datar, lalu meninggalkan Gaby dan kembali mengikuti kegiatan olahraga dengan kelompok yang sudah dibagi.
Gaby tidak mengejar Gezza, karena dia merasakan sesuatu yang melilit dan menusuk-nusuk perutnya.
"Gaby giliran lo ambil nilai tuh," seru Nensy dari lapangan.
"Iya bentar."
Gaby semakin merasakan perutnya melilit saat ia berdiri dan berjalan.
Nensy yang melihat itu pun berinisiatif untuk menyusul Gaby.
"Lu kenapa meringis gitu?" tanya Nensy.
"Perut aku sakit nih, melilit banget."
"Lo mau halangan mungkin," tebak Nensy.
"Kayanya iya deh. Kamu ada bawa serep gak?" tanya Gaby semakin meringis.
"Aduh gak bawa lagi. Kita beli aja di kantin," usul Nensy dan hanya dibalas anggukan oleh Gaby.
Sementara itu di tempat yang agak jauh, Gezza memperhatikan gerak gerik Gaby yang berjalan merungkuk sambil meremas perutnya.
"Susulin kali Za, cewek lu sakit itu." Wahyu berucap.
"Biarin aja, itu udah ada Nensy yang bantuin dia," jawab Gezza terus menatap Gaby.
Wahyu hanya mengangguk dan kembali berbincang dengan teman yang lain.
Tak lama kemudian, lelaki itu melihat Gaby mulai berjongkok di tengah lapangan sambil meremas keras perutnya.
Dan apa itu? Gaby menangis? Apakah sakit perutnya sangat parah, sampai dia menangis seperti itu.
Sekilas Gezza melihat Genta berdiri dan berjalan kearah gadis yang sedang kesakitan itu.
Melihat itu Gezza langsung berdiri dan berlari mendahului Genta.
"Gaby kenapa Nen?" tanya Gezza saat berada di depan Nensy.
"Dia halangan, perutnya sakit," jawab Nensy.
"Sakit banget ya?" tanya Gezza ikut berjongkok, dan dibalas anggukan oleh Gaby.
"Gue harus apa biar sakitnya ilang?" Gaby hanya menggelengkan kepalanya.
Tanpa pikir panjang Gezza langsung memapah Gaby menuju UKS dan meminta Nensy untuk membelikan pembalut untuk Gaby.
"Makanya kalo halangan jangan olahraga, izin aja." Omel Gezza di tengah perjalanan.
"Sakiiit."
"Iya, iya tahan dulu ya. Kita ke UKS sekarang."
Gezza berjalan pelan-pelan sambil sesekali menyeka keringat dingin yang membasahi dahi gadisnya itu.
***
Tbc
Selesai juga part ini. Maksa banget gak sih kesannya?
Ya udah deh. Itu gak penting, yang penting itu kamu vote dan comment ya Honey 😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top