SEWINDU -22- OMG GEZZA HAMIL?!
"Kata Dilan, rindu itu berat. Tapi ada yang lebih berat dari sekedar rindu. Yaitu mencintai seseorang yang hanya menganggapmu sebagai sahabat"
-greenpeanute-
•••
Keesokan paginya, Gaby bertolak menuju rumah Gezza. Hari ini dia akan menghabiskan waktu bersama Gishel di dapur. Gaby dan Gishel telah merencanakan ini kemarin, dan kebetulan hari ini tanggal merah, jadi Gaby libur sekolah.
"Assalamualaikum, Mama, Gaby come here!" teriak Gaby membuka pintu. Namun suasana ruang tamu sepi.
Gaby masuk kedalam dan celingak celinguk kesana-kemari. Gaby berjalan menuju dapur, mungkin saja Gishel sudah di sana menunggunya.
"Hueek! Hueek! Hueek!"
Dahi Gaby berkerut saat mendengar suara itu, ditambah dengan suara seorang perempuan yang terdengar sedang mengomel.
"Makanya kalo orang kasih tau dengerin! Udah tau gak bisa makan pedas, masih aja dimakan! Kalo udah kaya gini kan susah, ke kamar mandi aja harus dipegangin. Niat mau jadi jadoan malah jadi lemes kaya bencong!" Gishel terus mengomeli Gezza yang sedang muntah-muntah.
"Mama? Gezza kenapa? Kok pucat kaya Zombie?" tanya Gaby, dengan nada cemas yang kentara.
Gezza yang sedang mencuci mulut dan wajahnya, mendengus sebal saat mendengar ucapan Gaby. "Zombie Your ndas! Nambah lagi dah telolet bus tayo!" gerutu Gezza berjalan tertatih sambil memegang perutnya.
"Itu! Dia hamil di luar nikah, muntah-muntah terus dari pagi," jawab Gishel spontan
Gaby terkejut. "APA?! BENERAN ZA?! AKU ENGGAK NYANGKA KAMU KAYA GITU!" Gaby berteriak, sambil menggelengkan kepala dramatis.
Gezza menoyor kening Gaby, sambil merangkul bahu dan menumpukan badannya pada Gaby. "Iya! Gue hamil dan lo harus tanggung jawab sama anak yang gue kandung!" ketus Gezza.
Gaby dan Gishel terkekeh mendengar penuturan putranya itu. "Loh? Kok Gaby sih yang tanggung jawab? Gaby kan gak tau apa-apa," jawab Gaby, membantu Gezza berjalan menuju sofa pembaringannya.
Gezza berbaring perlahan-lahan. "Lagian, lo sama Mama enggak ada bedanya. Sama-sama somplak!"
"Berani kamu ngatain Mama sama Gaby, Za? Mama kutuk enggak sembuh-sembuh baru tau rasa kamu ya!" teriak Gishel dari dapur.
"Tuh kan? Gab! Gue rasa kita tertukar deh pas kecil. Jangan-jangan elo yang anak Mama gue yang sebenernya, dan Om Gemma itu adalah... Papa gue!" ucap Gezza dengan mata membulat seolah-olah sedang terkejut.
"Ya Allah Za, Mama berharapnya juga gitu, coba aja kamu lahir di tahun yang sama dengan Gaby, pasti udah Mama barter kalian berdua," celetuk Gishel.
"Hah? Aku sama Gaby beda tahun? Pasti tuaan Gaby kan Ma?" tanya Gezza terkejut.
"Tuaan kamu Za. Gaby itu belun genap 16 tahun, nah kamu udah udah 17 tahun lebih kan?" Ucap Gishel.
Mulut Gezza membulat membentuk huruf 'O'.
"Jadi lo harus panggil gue Abang Gezza, karena gue lebih tua dari lo!" ucap Gezza.
"Enak aja, gak mau cuma satu tahun kok!" protes Gaby tidak setuju.
"Lo harus sopan sama yang lebih tua. Kalo lo panggil gue cuma nama, ntar lo berdosa dan masuk neraka! Emang mau masuk neraka?" tanya Gezza mempengaruhi Gaby.
Gaby menatap wajah pucat Gezza dengan penuh pertimbangan, lalu sejurus kemudian gadis itu tersenyum lebar.
"Oke deh kalo gitu!" putus Gaby dan membuat wajah Gezza tersenyum bangga.
"Sepuh Gezza!" Gaby melanjutkan kata-katanya dan membuat tawa Gishel pecah.
Sedangkan Gezza mendengus sebal melihat dua perempuan itu menertawakan nya.
***
"Mamaaaa...! Ma... Mama...!" Gezza merintih memanggil-manggil Mamanya.
Gaby yang sedang menikmati cake dalam kulkas Gezza langsung berlari menghampiri lelaki itu.
"Gezza ada apa? Mana yang sakit?" tanya Gaby penuh kekhawatiran.
Gezza membuka sedikit matanya. "Mama gue mana Gab?" tanya Gezza dengan wajah yang memucat.
"Mama Gishel tadi ijin pergi ke distro, katanya ada yg perlu diurus. Makanya Gaby disuruh jagain Gezza," ucap Gaby menjelaskan.
Gezza mengangguk pelan, pertanda jika dia mengerti.
"Gaby, perut gue mual." Gezza susah payah Gezza menahan gejolak dalam perutnya.
"Iya udah ayo Gaby anter ke kamar mandi," Gaby membatu Gezza berdiri dan memapahnya menuju toilet dekat dapur.
Dengan langkah lemas Gezza masuk dan berjongkok di kloset dan memuntahkan seluruh isi perutnya.
Air mata Gaby berlinang melihat Gezza kesakitan seperti ini. Dengan penuh kasih sayang Gaby memijit tengkuk Gezza.
Bahkan, hanya cairan lambung saja yang mampu Gezza muntahkan, karena sudah tidak ada lagi makanan yang bisa lelaki itu keluarkan.
"Udah?" tanya Gaby dengan suara bergetar.
Gezza mengangguk, dan kembali berdiri dengan lemas. Gaby menuntun Gezza menuju wastafel, ia membasahi tangannya lalu mengusapkan air mulai dari rambut, wajah dan mulut Gezza.
Gezza menatap mata Gaby yang berlinang air mata. "Lo kenapa nangis, hmm?" tanya Gezza sambil mengelus pipi Gaby dengan lembut.
Gaby menggigit bibirnya, lalu mulai terisak. "Aku udah bilang, jangan makan-makanan yang terlalu pedas. Aku gak suka liat kamu kaya gini, hati aku sakit liat kamu tersiksa Gezza," ujar Gaby dengan air mata yang sudah terjun dengan derasnya.
Gezza tersenyum simpul. "Gue gak papa kok, cuma penyakit maag gue yang kambuh," jawab Gezza.
"Tetep aja, kamu muntah-muntah kaya tadi, apapun yang kamu makan bakalan keluar lagi, terus wajah kamu pucat. Itu bikin aku khawatir Gezza, aku takut kamu pergi," ucap Gaby terdengar pilu di telinga Gezza.
Gezza merengkuh Gaby kedalam pelukannya, mengelus rambut Gadis itu.
"Maaf ya, gue janji gak ngulangin lagi."
Gaby membalas pelukan Gezza dengan erat. "Jangan pergi dari aku Za. Cuma kamu yang aku mau," ujar Gaby jujur.
"Iya, lo juga jangan pergi dari gue ya, temenin gue terus. Mau janji kita akan selalu bersama apapun yang terjadi?"
Gaby mengangguk, dia mengajukan kelima jarinya, begitu juga dengan Gezza, lalu mereka menautkan jemari masing-masing, hingga saling menggenggam.
Setelah beberapa lama berpelukkan, Gaby kembali menuntun Gezza kembali ke sofa besar ruang tamu.
Dan mengambil obat yang di siapkan oleh Gishel sebelum pergi tadi.
"Bismillahirrahmanirrahim, semoga Gezza cepat sembuh," Gaby mengucapkan doa sebelum menyuapkan obat ke dalam mulut Gezza.
Gaby membalurkan minyak angin di dada dan perut Gezza agar dia tidak mual lagi.
"Gaby, makasih udah perhatian sama gue," ucap Gezza tulus.
Gaby tersenyum menatap Gezza yang berbaring lemas. "Iya, gak perlu bilang makasih. Aku sayang sama kamu dan ini bukti kalo aku sayang banget sama kamu."
Gezza balas tersenyum dan menarik Gaby berbaring di sampingnya. Dia memeluk tubuh Gaby dengan kasih sayang.
"Gue janji gak akan ngelepasin lo, apapun yang terjadi nanti. Lo milik gue, jangan pergi."
Gaby mengangguk mendengar penuturan Gezza, pelukan hangat lelaki itu selalu Gaby suka. Dan Gaby tidak berniat sedikit pun pergi dan menjauh dari Gezza.
Tak terasa waktu terus berlalu, rasa nyaman yang mereka rasakan membuat keduanya mengantuk dan pergi berkelana ke alam mimpi masing-masing.
***
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top