SEWINDU -2- Tersisihkan
"Bagaikan bunga Daisy yang akan tersisihkan kerena Bunga Mawar di sekitarnya"
-Greenpeanute-
🌺🌺🌺
"Pa, besok pengambilan rapot di sekolah Gaby. Papa bisa datang, kan?" tanya Gaby.
Gemma yang sedang berkutat dengan laptop dan berkas-berkas, melirik sedikit ke arah anaknya itu.
"Nanti Papa usahain ya, jam berapa emang?" tanya Gemma merespon.
"Jam sepuluh Pa. usahain datang ya, walaupun Gaby enggak dapat juara, tapi Gaby pengen banget Papa yang jemput," ucap Gaby penuh pengharapan.
Gemma tak kuasa melihat tatapan berbinar itu. Ia mengangguk seraya tersenyum. Gaby bergerak memeluk pria kesayangannya dengan erat "Makasih, Pa. Gaby sayang Papa!"
Gemma membalas pelukannya, mengusap dan mecium lembut kening putri sematawayangnya "Papa juga sayang Gaby. Sekarang tidur ya, udah malem," titahnya penuh perhatian.
Gaby mengangguk "Good night, Pa."
"Good Night too, my girl!" balas Gemma.
Gaby keluar dari dalam ruangan kerja Gemma, lalu membaringkan tubuhnya di kasur empuk kesayangannya. Gadis itu tidur menghadap balkon yang tertutup gorden, ia jadi merindukan seseoarang yang berada di ujung sana.
Gaby memutuskan untuk berjalan menuju balkon itu. Di ujung sana, Gaby melihat seseorang yang menjadi pengisi relung hatinya.
"Kapan ya, Gezza bisa mainin piano untuk Gaby lagi?" gumamnya. "Andai aja kamu gak galak kaya Bombom, pasti kadar kegantengan kamu nambah se-ons," ucap Gaby lalu terkekeh.
Gaby terseyum melihat Gezza dengan lincahnya memainkan alat musik itu. Sesekali cowok itu menggeleng pelan, mungkin ada nada yang salah.
"Gezza, kenapa kamu selalu bikin jantung aku berdebar kaya gini? Percuma aja aku makan Qlemper oat tiap hari kalau ujung-ujungnya sakit jantung juga." dumelnya.
Gaby menguap, Ia juga melihat Gezza bangkit dari kursinya, dan lampu kamar itu mati. Setelah itu Gaby memutuskan untuk tidur juga, ia berjalan ke kasur dan menyusup ke alam mimpi.
***
Gaby berjalan riang menuju pos satpam. tangan kanannya menenteng paper bag kecil yang berisi beberapa toples kecil cookies buatannya "Pak Safar, Gaby udah inget lho nama Bapak!" seru gadis itu ceria.
Pak Safar tersenyum "Nah, gitu dong, jangan sampe salah lagi ya," serunya ramah.
Gaby mengacungkan jempol "Ashiyaap Pak! Oh iya Pak, Sesuai dengan kesepakatan kita kemarin, karena Bapak sudah nyelamatin Gaby, walaupun tetap kena hukum sih, hehe. Tapi Gaby tetap traktir Pak Safar, tenang aja," ucapnya penuh semangat.
"Tapi es krimnya diganti sama cookies aja gak papa kan Pak? Hehe," Gaby mengambil salah satu toples dan memberikannya pada Pak Safar.
Pak Safar menggeleng "Gak usah Gaby, Bapak ikhlas nolongin kamu."
Gaby menatap dengan tatapan mengancam "Abil gak, Pak! Atau Gaby ngamuk nih! Gaby kalo ngamuk kaya hulk, nanti pos satpam Bapak bisa roboh."
Pak Safar terkekeh menerimanya "Yaudah, makasih Gaby. Tapi ini bukan sogokan ya," ucap pria paruh baya itu.
Gaby tersenyum senang "Iya Pak sama-sama, Gaby anti korup-korup club. Hehe, ya udah deh, Gaby masuk dulu ya pak, semangat jaga pagarnya," seru Gaby, berjalan sambil melambaikan tangan. Sedangkan Pak Safar hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gadis itu.
"Pager aja ada yang jagain, masa hati kamu enggak? Jomblo sih! Kaya aku dong, hatinya dijagain sama Manu Rios. Hihi," Gaby bermonolok dengan dirinya sendiri.
Suasana hati Gaby hari ini sedang baik, pasalnya, Gemma akan datang menjemput rapornya.
Tak sengaja Gaby melihat pemuda yang waktu itu berkenalan dengannya di bawah gazebo. Ia berteriak memanggil pemuda itu. Genta tersenyum pada Gaby, ia berbalik dan berjalan menuju gadis itu.
"Hai Gaby?" sapa Genta tersenyum manis.
"Hai juga Genta."
"Genta, mau kemana?" tanya Gaby.
"Gue mau ke perpus. Lo sendiri mau kemana?" tanya Genta balik.
"Aku mau ke kelas sih," ucap Gaby.
Genta mengangguk "Mau gue anterin gak?" tawar cowok itu.
Gaby tertawa kecil seraya menggelengkan kepala "Apaan deh? Gaby udah besar, gak perlu lagi dianterin."
"Hehe iya deh yang udah besar, tapi badannya masih mini kaya anak tk," balas Genta menjahili Gaby.
Gaby mencebik sebal "Ih, body shaming nih! aku lapor polisi ya nanti, biar kamu masuk penjara," balas gadis itu terkekeh.
Genta ikut tertawa seraya mengacak gemas rambut Gaby. Gadis itu kesal karena cowok di depannya merusak rambut yang sudah ia ikat dan tata dengan rapi. Genta meminta maaf agar Gaby tidak marah padanya.
"Nih, aku kasih sesuatu buat Genta," ucap Gaby menyodorkan toples yang sama pada Genta.
Genta tersenyum canggung menatap toples bening itu "Ini bukannya gue nolak ya Gab. Tapi, gue alergi cokelat, gimana dong?"
"Alergi tah? Rugi dong, tapi tenang aja, gak usah sedih gitu mukanya, Gaby punya yang rasa keju. Kalau keju suka gak?"
Genta tersenyum senang "Kalo keju Gue enggak nolak," jawab Genta, lalu mengambil toples yang di berikan Gaby dengan senang hati.
"Makasih ya Gaby," ucap Genta, sambil mengangkat toples itu ke udara.
Genta dan Gaby tersentak kaget saat seseorang berjalan cepat dan dengan sengaja menyenggol Gaby, hingga gadis itu terhunyung, beruntung Genta sigap menyambutnya.
"Makanya kalau mau pacaran itu modal! Jangan di tengah jalan gini, lu pikir ini sekolah lu pada apa?" sinisnya.
Gaby mengernyit heran "Lah, kan ia ini sekolah kita, gimana sih Gezza? Kok tiba-tiba dia jadi ogeb gitu?" gumam Gaby pelan.
Gaby menatap Genta dengan tatapan bersalah "Maafin Gezza ya, Gen, dia memang begitu, jangan dimasukin ke hati ya, masukin ke bank aja, biar bisa jadi duit," ucap Gaby bercanda.
Genta tersenyum "Gak papa kok Gab, mungkin dia lagi period, makanya sensian," ujar Genta membuat Gaby tertawa.
***
"Gezza?" panggil Gaby, masuk ke dalam kelas cowok itu.
Gezza melihat sebal gadis yang duduk di hadapannya itu "Kamu kok gitu sih tadi sama Genta?" tanya Gaby.
Gezza menatap Gaby tajam, "Terus masalah buat lo? Lo gak suka gue ngomong gitu sama pacar lo?" tanya Gezza skartis.
Gaby menggeleng "Genta bukan pacar Gaby, dia itu teman barunya Gaby," jelas Gadis itu.
"Terserah! Gak peduli," ucap Gezza mengabaikan Gaby.
"Dari dulu sampe sekarang Gaby itu cuman mau jadi pacarnya Gezza, gak mau sama yang lain. Tenang aja, calm down," ucap Gaby percaya diri.
"Kalo gue sih ogah ya!"
Gaby tersenyum, ia tidak telalu memikirkan penolakan Gezza "Gaby bikinin cookies spesial buat Gezza," ucap Gaby dengan wajah berbinar.
Gaby mengambil toples yang hanya sisa tiga itu, mengeluarkan satu, dan meletakan di hadapan Gezza "Ini cookies rasa cokelat almond, Gezza sukakan?"
Belum sempat Gezza menjawab, tiba-tiba Timothy datang, dan duduk di sebelah Gezza "Halo Gaby, kok makin manis aja sih?" ujarnya menggoda.
Gaby tersenyum manis "Makasih Timo Antimo. Kamu aja yang makin jelek," Gaby menyapa balik, namun diiringi dengan kalimat yang menusuk hati.
"Jangan keseringan boong dong Gaby, gue ini ganteng dunia akhirat, kalo enggak percaya tanya aja sama Mak gue. Terus, nama gue jangan ditambahin antimo dong, emang gue obat mabok perjalanan apa?" ucap Timothy dengan wajah kecewanya.
"Hehe, maaf ya, Timo juga ganteng kok, karena kamu laki-laki. Kalo cantik perempuan," ucap Gaby mengoreksi kalimatnya.
"Eh btw itu apa Gaby?" tanya Timothy sambil menunjuk toples di depan Gezza.
"Oh ini, cookies buat Gezza," ucap Gaby dengan ceriwis.
"Buat gue, gak ada?" tanya Timothy dengan wajah penuh pengharapan.
"Timo mau? bentar ya, Gaby ambil," Ia mengambil lagi satu lagi, dan menyerahkan pada Timothy.
"Makasih Gaby," Timothy berseru senang.
"Sama-sama! yaudah, Gaby ke kelas dulu ya, Jangan lupa dimakan Gezza," seru Gaby.
"Gue gak mau! Masih pengen hidup lebih lama lagi gue!" ketus Gezza.
Setelah Gaby pergi...
"Za? Lo seriusan kagak mau nih?" tanya Timothy menunjuk cookies yang diberikan Gaby tadi. Gezza diam tidak merespon.
"Kalo lo gak mau, buat gue aja, mubajir! Kata Emak gue, gak baik buang-buang makanan, apalagi buang tenaga buat nunggu doi peka, yoi gak tuh?" ucap Timothy yang otaknya sudah kadarluasa, lalu mengambil toples itu.
Namun Gezza menepis tangannya "Jauhin tangan lo! dasar rakus! Siapa bilang gue gak mau!"
Timothy mengucutkan bibirnya "Tega kamu mas!" ucapnya sambil mencium tangan bekas pukulan Gezza.
Namun setelah itu "Eit, tunggu dah, kok lu jadi sewot? katanya tadi kagak mau," Timothy menatap Gezza dengan tatapan menyelidik.
"Apaan sih lo!" bentak Gezza yang merasa risih.
Timothy berdecak "Muna banget sih jadi orang! Bilang mau aja gengsi. Cuihh!" lirih Timothy, sambil memakan lagi Cookies miliknya.
Gezza menerawang ke depan, sambil menyuapkan cookies almond yang diberikan Gaby tadi. "Rasanya emang gak pernah berubah, selalu enak, dan yang terpenting selalu jadi favorit gue, Lala," ucap Gezza dalam hati.
***
Gezza duduk tenang di luar kelas seraya menunggu orangtuanya berbincang dan mendengar pengarahan dari wali kelas bersama dengan orangtua siswa yang lain. Cowok itu santai saja, karea ia sudah yakin jika nilainya di atas rata-rata.
Sementara di sisi lain, Gaby terduduk lesu menatap ponselnya berulang-ulang kali. Sudah kesekian kalinya Gaby menelpon Gemma, namun pria itu tidak membalas maupun mengangkat panggilan dari Gaby.
Gadis itu melihat beberapa teman-teman sekelasnya yang sudah pulang bersama orangtua mereka. Gaby menggigit bibir bawahnya menahan isakan yang mendesak ingin keluar.
"Kasihan banget sih, gak ada yang ambilin rapornya," ledek seorang cewek.
Gaby mendongak "Bella, aku gak ganggu kamu ya, jadi jangan ganggu aku!" ucap Gaby memperingati.
Bella tidak mengidahkan ucapan Gaby, ia malah menatap sinis pada Gaby, bersama dengan teman-teman satu geng nya.
"Girls, kalian jangan deket-deket sama dia ya, dia ini pembawa sial. Daddy gue bilang, Papanya menderita karena ulang anaknya sendiri, Mamanya pergi ninggalin mereka," sindir Bella menyulut emosi Gaby.
"Jangan ngomong sembarangan ya Bella, kamu itu gak tau apa-apa, Mama Gaby itu pergi karena takdir!" sentak Gaby berkilat marah.
Bela berkacak pinggang menantang Gaby "Gua denger daddy gua bilang gitu, penyebab Mama lo pergi itu, karena lo," ucapnya lagi.
Air mata Gaby menggenang "Itu bukan karna Gaby! Bella jangan sok tau! Kamu itu gak tau apa-apa!" bentak Gaby.
Salah satu dari teman Bella menimpali "Wah ada yang kebakar," ucapnya dengan tatapan merendahkan
"Udah, ngapain buang-buang waktu di sini. mending kita rayain naik kelasnya," seru salah satu dari mereka.
Para cewek sosialita itu setuju dan pergi meninggalkan Gaby. Bella menatap rendah gadis yang sedang dirundung rasa kesepian itu.
Gaby menutup wajahnya dengan telapak tangan, lalu dia berlari, sambil menangis sesegukan. Ia berlari ke arah lorong yang sudah sepi, berjongkok di sana dan menangis sepuas-puasnya.
"Apa menjadi anak yang tidak memiliki seorang ibu semenderita ini? sehina itu kah anak piatu sehingga semua orang menganggap seolah aku adalah hama yang menjijikan? Papa aja malu dan gak mau peduli sama aku." Gaby berteriak seraya memukul-mukul pahanya.
"Tuhan, mengapa aku dihadirkan, jika aku hanya akan berada pada bagian manusa yang tersisihkan? Kenapa?!"
***
TBC
VOTE DAN KOMEN!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top