SEWINDU -16- First Kiss
GAK MAU UCAPIN SELAMAT TAHUN BARU. GUE CUMA DOA YANG TERBAIK BUAT KITA SEMUA, TERSPESIAL BUAT LO YANG BACA DAN VOTMEN CERITA GUE. SEMOGA DI TAHUN INI HARAPAN DAN DOA KITA SEMUA DIKABULKAN OLEH YANG MAHA KUASA. AAMIIN :D
SELAMAT MEMBACA!
♡♡♡
Selama pelajaran berlangsung, Gaby hanya diam. Yang biasanya sering ribut dan mengoceh, hari ini Gaby terlihat lebih kalem tapi kelihatan sendu.
"Gab, lo sakit ya?" tanya Nensy.
Gaby menggeleng "Nggak kok Nen, cuma pusing dikit aja," jawab Gaby dengan senyum tipis dipaksakan.
Nensy memegang tangan Gaby "Lo kalo ada yang sakit atau apa-apa yang lo perlu bilang ke gue ya! Lo agak pucet soalnya," ucap Nensy cemas.
"Aku gak papa kok Nen, aku cuma pusing aja, hehe makasih ya," Gaby mengulas senyum tipisnya
"Lo udah makan belum?" tanya Nensy lagi. Gaby mengangguk.
"Ya udah lo tiduran aja deh biar pusing nya ilang, ngerasa aneh gue gak denger lo ribut," ucap Nensy lalu terkekeh.
Gaby pun itu terkekeh "Bisa aja kamu Nen!" ucap Gaby lalu merebahkan kepalanya ke atas meja.
Kepalanya memang pusing, matanya juga perih dan panas, dadanya sedikit sesak. Dan semua pergerakan Gaby tak luput dari tatapan satu orang, yaitu Gezza.
Cowok itu terus menatap punggung Gaby, Dia merasa kalau Gaby sakit karna bolos sampai malam dengannya.
"ITU YANG TIDUR SIAPA?" teriak Buk Boni "GABY?! BANGUN KAMU! KAMU PIKIR SAYA SEDANG MENDONGENG?! SEENAKNYA KAMU TIDUR!" bentak Buk Boni membahana.
Gaby yang dipanggil, menegakkan tubuhnya yang lemas "Maaf bu, kepala aku pusing," ucap Gaby lemah. Gezza berbalik memperhatikan Buk Boni dengan tatapan tajamnya.
"SAYA JUGA PUSING SEKARANG. TAPI SAYA TAHAN AJA! JANGAN BANYAK ALASAN KAMU! KEMARIN BOLOS, SEKARANG PUSING. KELUAR KAMU DARI KELAS SAYA SEKARANG!" bentak Guru berbadan tambun itu, sontak seluruh ini kelas menatap terkejut.
Gezza berdiri menggebrak meja "Buk! Bisa ngomong baik-baik gak sih? Gak usah nge gas!" ucap Gezza penuh dengan kilatan amarah.
"SIAPA KAMU? BERANI NGELAWAN SAYA?" tantang Buk Boni menatap nyalang.
Gezza tersenyum sinis "Saya nggak ngelawan siapa-siapa Buk. Saya cuma mau bilang sama Ibuk, diusia yang sudah beranjak menuju tahap lansia, harusnya Ibuk bisa mengontrol emosi, takutnya ibu kena stroke atau serangan jantung, emang Ibuk udah bosan hidup?" ucap Gezza meledek, seisi kelas berusaha menahan tawa mereka.
Mata Buk Boni terbelalak "KURANG AJAR KAMU YA! APA ORANG TUA KAMU MENDIDIK KAMU UNTUK MENJADI ANAK YANG KURANG AJAR?" teriak Buk Boni marah.
Gezza menggeleng elegan "Bukan, orang tua saya mendidik saya dengan benar. Tapi salah satu guru di sekolah ini yang mendidik saya jadi kurang ajar. Dia seorang guru, tapi tidak bisa memberi contoh yang baik pada siswanya!" ucap Gezza menyindir Buk Boni.
"Gezza udah, Za. Aku keluar aja, jangan cari masalah. Nanti nilai kamu yang jadi imbasnya," bisik Gaby melarang Gezza melawan Buk Boni.
Gezza menatap Gaby, menujuk ke arah kursi, sebagai perintah untuk Gaby tidak berdiri "Gak! Lo jangan keluar! Tetap duduk di sana!"
"SIAPA KAMU? INI KELAS SAYA, JADI KAMU GAK PUNYA HAK MENENTUKANNYA. GABY! SILAHKAN TINGGALKAN KURSI KAMU!" seru Buk Boni lagi.
Kemarahan Gezza sampai pada puncaknya saat Buk Boni turun tangan dan menyeret Gaby berdiri dari kursinya.
Gezza berjalan menghampiri keduanya dan sedikit mendorong tubuh tambun Buk Boni, hingga wanita berbadan besar itu terhuyung ke belakang, untung saja dia tidak terjatuh.
Gezza menunjuk wajah Buk Boni dengan jarinya "Nyoya gak bisa liat? Dia lagi sakit! Mata nyoya buta? Liat dia pucat banget! Gak ada hati nurani sebagai guru!" bentak Gezza, namun tidak berteriak.
Buk Boni terdiam saat Gezza mendorongnya "KAMU-"
"Denger ya nyonya Boni yang terhormat, Gue bisa perkarain ini ke pihak sekolah! Tentang sikap nyonya yang semena-mena sama siswa!" acam Gezza. Lalu dengan cepat ia mengambil tasnya, memasukan buku-buku Gaby, dan berjalan keluar sambil memapah Gaby yang sudah sangat lemah. Nafasnya sudah mulai terdengar bunyi.
Satu kelas terdiam melihat tindakan spontan Gezza, termasuk Buk Boni yang sudah memucat cemas.
***
"Lo kenapa bisa gini, hem?" tanya Gezza lembut. Gaby hanya menggelengkan kepalanya.
Gezza berdecak kesal, lalu ia menarik persneling mobilnya dan menjalankan keluar pekarangan sekolah. Cowok itu melirik ke arah bangku penumpang, terlihat di sana, Gaby yang sedang tertidur pulas, namun keningnya berkerut, seperti memikirkan sesuatu yang berat.
Gezza menepikan mobilnya. Membenarkan letak kepala Gaby, lalu menurunkan jok mobil dengan pelan, agar gadis itu lebih nyaman tidurnya. Setelah itu kembali melanjutkan jalannya.
Sesampai di rumah, Gezza langsung menggendong Gaby, tanpa membangunkannya. Ia membaringkan Gadis itu di sofa panjang ruang tamu. Saat ini Gezza tau kalau rumahnya lengang, semua orang sibuk dengan aktifitas di luar rumah. Garra yang di rumah sakit, Mamanya yang sedang di distro mereka, dan Papanya yang sudah pasti berada di kantor.
Gezza mengambil baskom berisi air dingin, dan mengompres kening Gaby dengan handuk kecil yang di basahkan dalam air itu.
"Lo bikin gue sakit jantung tau gak? Kenapa bisa sakit sih? Padahal kemaren sehat walafiat aja," tanya Gezza pada Gaby yang tertidur pulas, cowok itu mengusap rambut Gadis di depannya dengan sayang.
Gezza naik ke lantai atas kamarnya, mengambil selimut untuk Gaby. Setelah menyelimuti Gadis itu, Gezza berjalan ke dapur, membuka kulkas dan berencana membuatkan makanan.
Beberapa menit kemudian, makanan yang Gezza buat sudah jadi, hanya bubur daging sederhana. Gezza berjalan ke arah sofa, Ia berniat membangunkan Gaby, tapi dia terkejut saat melihat Gaby bergerak gelisah, dengan keringat yang membanjiri.
"Enngg!" erangnya bercampur dengan isakan, seperti menangis.
Gezza segera menghampiri Gaby "Lala, hei, bangun!" ucap Gezza lembut, sembari mengelus pipi Gaby, namun gadis itu belum juga sadar, Ia malah mengigau dengan ucapan-ucapan yang tidak terdengar jelas oleh Gezza.
"Lala, jangan takut, ada aku di sini. Bangun sekarang ya, buka matanya!" ucap Gezza menuntun Gaby agar tenang dan terjaga dari tidurnya.
Gezza memanggil Gaby dengan sebutan Lala, panggilan masa kecilnya.
Flashback on...
"Lala?" Panggil anak laki-laki itu. Ia berlari mendekati tetangga depan rumahnya itu.
Gadis kecil itu merengut sebal "Ih, kamu nakal deh! Nama aku Gabriella, panggil aku Gaby, bukan Lala," katanya dengan wajah polos.
Anak laki-laki itu menggeleng "Gak mau! Aku mau nya panggil kamu Lala," ucapnya.
"Tapi kan aku gak suka di panggil Lala," ucapnya.
"Kenapa gak suka? Itu panggilan kesayangan," ucap Gezza
Gaby menatap dengan tatapan penuh tanya "Panggilan sayang? Ezza sayang sama Gaby?" tanyanya dengan wajah polos.
Gezza mengangguk "Sayang dong. Lala itu pacarnya Ezza, kata bang Garra, kalo kita sayang sama anak perempuan, berarti pacaran," ucapnya polos.
Gaby tersenyum lalu mengangguk "Gaby juga sayang sama Ezza. Gaby sekarang suka dipanggil Lala sama Ezza," ucap Gaby lalu memeluk Gezza dengan bahagia.
Flashback off...
Gezza tersenyum samar saat mengingat kenangan masa kecil mereka dulu, saat itu mereka baru saja memasuki sekolah dasar. Entah mengapa, perasaan Gezza membuncah saat mengingat kejadian manis itu. Satu hal yang selalu membuat perasaan Gezza terasa aneh saat mengingatnya.
"Haus" Gezza tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara lirih dan lemah itu.
Gezza langsung menoleh, dan melihat Gaby yang sedang menatap sendu pada nya "Haus, minta minum," ucap Gaby degan hembusan napas yang terasa panas saat menerpa kulit tangan Gezza yang berada di pipinya gadis itu.
Gezza langsung mengambilkan air yang sudah ada di atas meja, dan membantu Gaby menegakkan kepalanya, agar lebih mudah menelan air "Udah?" tanya Gezza saat air yang ada di gelas itu tinggal setengah. Gaby mengangguk.
"Gezza, maaf ya aku ngerepotin kamu, abis ini aku pulang kok," ucap Gaby merasa tak enak.
Wajah Gezza yang tadinya lembut berubah jadi datar, kayak talenan daging Gishel "Lo di sini sampe Papa lo pulang!" ucap Gezza tak terbantahkan.
Gaby hanya menunduk dan mengangguk patuh. Dia tak memiliki tenaga yang cukup untuk melawan Gezza berdebat
"Nih, makan dulu buburnya, ini gue yang bikin, lo musti cobain, habisin sampe ntuh mangkuk licin kek abis di cuci pake mama temon, terus setelah itu lo harus puji masakan gue," Gaby terkekeh mendengar kalimat Gezza yang panjang itu.
Gezza mengerinyit heran "Ngapain ketawa? Emang ada yang lucu?"
Gaby mengangguk "Ada, kamu itu lucu banget kalo lagi bawel gini, bibirnya gerak-gerak cepet," kekeh Gaby.
Gezza tersenyum menggoda "Oh, jadi dari tadi lo liatin bibir gue ya? Jangan-jangan, lo napsu lagi pengen nyosor gue? Iya kan! Ngaku lo!" Gezza menuduh Gaby secara sepihak.
Gaby menggeleng "Nggak lah! Pede aja kamu. Aku tuh gak bakal tergoda sama bibir siapapun, First kiss nya aku cuma buat suami aku nanti!" ucap Gaby menjelaskan.
"Buat gue dong ya? Kan gue calon suami idaman lo," ucap Gezza menaik turunkan kedua alisnya, menggoda Gaby.
Gaby mencubit pelan tangan Gezza "Issh, Gembel deh! Emang kamu yakin kalo kamu itu suami idamannya aku?"
Gezza tersenyum pongah "Yakin lah, orang gue tau kok, kalo lo suka sama gue udah dari delapan tahun yang lalu, dari jaman ingus lo masih meleleh terus kering di pipi," ucap Gezza dengan senyum bangganya. Dan membuat cowok itu semakin tampan.
Wajah Gaby bersemu merah "Loh? Kok? Kamu tau?" tanya Gaby terheran-heran.
"Lo lupa ya? kalo gue ini genius, gue bisa membaca pikiran seseorang. Jadi gimana? Gue boleh minta First kiss nya gue sekarang nggak?" tanya Gezza.
Gaby mendengus sebal "Gak boleh! Kamu itu bukan suami aku! Jadi gak boleh!" ucap Gaby mantap.
"Ya elah, sama aja kali, sekarang sama nanti. Gue juga yang bakalan dapet juga," ucap Gezza dengan santai nya.
Saat Gaby akan protes lagi, dengan cepat Gezza menutup mulut Gaby dengan tangannya "Udah! Nggak sehat, nggak sakit, ngabacot mulu kerjaan lo. Udah makan aja nih bubur racikan saudara kembarnya Chef Juna. Gua yakin lo bakalan ketagihan," ucap Gezza percaya diri.
Gaby tersenyum manis "Hehe Iya deh Chef Tuna," kekeh Gaby. Lalu melahap bubur daging buatan Gezza dengan nikmat. Benar juga apa yang dikatakan Gezza. Gaby bakalan ketagihan nih kayanya, rasa bubur dagingnya enak banget.
"Nih minum obat dulu. Abis itu lo ganti baju seragam lo di kamar gue, udah gue siapin di sana. Seragam lo udah basah karna keringat, mana bau lagi, apek lo kaya cucian kotor yang di simpen seminggu dalam lemari!" Gaby yang mendengar itu mengerucutkan bibirnya.
***
"Woi Ogeb! Lo ganti baju apa ngerakit bom sih? Lama amat, jadi curiga gue sama lo. Salah-salah entar kamar gue meledak lagi," teriak Gezza dari luar pintu kamar.
Gezza mengetuk lagi pintu kamarnya "Gaby? Masih hidupkan lo? Jangan bunuh diri kamar gue, Woi!" ucap Gezza lagi.
"Woi, gue dob-"
Ckleek...
teriakan Gezza terhenti saat melihat pintu yang di buka oleh orang yang sedari tadi dia teriaki dari luar kamar "Lama bet dah, Udah kaya persiapan baju pengantin," ucap Gezza.
Gezza memperhatikan Gaby yang sedikit linglung, gelisah atau apalah, Gezza juga tidak mengerti cara menjelaskannya "Lo kenapa? Garuk-garuk kepala? Beternak kutu ya?" tanya Gezza.
Gaby masih menggaruk-garuk kepalanya "Ngg... Za, ini kan baju kaos kamu ya, kok kamu pinjemin aku baju sama celana kamu?" tanya Gaby ragu-ragu.
Gezza menatap Gaby yang menggunakan kaos berwarna Navy dan celana selutut berwarna kopi susu, yang terlihat kebesaran di badannya yang kecil itu. Memang kelihatan sedikit aneh, Gaby terlihat seperti anak tomboy
"Lah? Terus? Lo mau pake baju siapa? Daster Mama? Kalo iya, tunggu gue ambil dulu di jemuran, kalo yang di kamar kagak bisa diambil, pasti dikunci," ucap Gezza, melangkah pergi.
Gaby lebih dulu menahan tangan Gezza "Gak usah deh, aku pake ini aja, gak papa kok," ucap Gaby. Lalu keduanya kembali ke ruang tamu. Gaby yang duduk dengan selimut di tubuhnya, dan Gezza yang duduk santai di samping Gaby, sambil terus mengganti channel Tv.
Gezza menoleh pada Gaby, memperhatikan Gaby dengan tatapan yang sulit diartikan. Gaby yang peka kalau sedang di perhatikan itu, merasa aneh, antara grogi dan risih "Ngapain sih, liat aku gitu banget?" tanya Gaby.
Gezza hanya menggeleng "Gak kok, eh lo tunggu sini bentar yak! Gue mau ambil sesuatu," ucap Gezza, lalu berlari kedalam kamarnya.
Setelah itu, Gezza kembali lagi, sambil membawa topi dan ponselnya. Cowok itu kembali duduk di sebelah Gaby. Lalu tanpa aba-aba, Gezza langsung menggulung rambut Gaby ke atas dan memakainya topi, hingga rambut itu tertutup oleh topi tadi. "Eh, papaan nih?" tanya Gaby bingung.
"Shhttt! Udah ah diem aja," ucap Gezza merapikan rambut Gaby yang sedikit mencuat "Selesai!" serunya.
Lalu setelah itu dia menarik Gaby lebih dekat, dan membuka aplikasi kamera di hp nya. Mereka berfoto bersama. Bahkan Gezza mengunggah foto itu ke sosial medianya dengan caption
"Get well soon ma bro!😗🙏"
Gezza tertawa saat melihat foto itu "Ganteng juga ya lo ternyata kalo jadi cowo! Tapi masih gantengan gue sih," ucap Gezza, tak tertinggal sikap pongahnya.
Gaby memutar bola matanya "Ya iyalah, kamu kan cowok. Kalo cantik berarti kamu cewek!" ucap Gaby.
Gezza tertawa sambil mengacak gemas puncak kepala Gaby, hingga topi yang gadis itu kenakan berantakan karna ulah Gezza "Cerewet banget sih Lala nya Ezza"
Deg...!
***
TBC
KADANG GUE MALES BIKIN AUTHOR NOTE. UDAH DEH VOTE DAN KOMEN YA GENG!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top