SEWINDU -14- Bolos
HAPPY READING, KALO ENGGAK HAPPY PURA-PURA AJA DULU. HEHE
♡♡♡
Gezza menatap kosong pada langit-langit kamarnya, Dia berbaring sambil memikirkan apa yang baru saja dia lakukan.
Menerima tantangan Garren untuk mendapatkan First kiss nya Gaby. Itu sama saja dia menjadikan Gaby sebagai bahan taruhan hanya untuk memenangkan egonya sebagai laki-laki.
Gezza mengusap wajahnya dengan kasar, kenapa dia sangat bodoh, dengan mudah Ia menerima tantangan itu tanpa berpikir panjang.
Dengan kesal Gezza berdiri dan berjalan ke arah balkon, Ia berdiri di sana, sambil melihat rumah di depannya. Tepatnya di satu ruangan yang langsung berhadapan dengan kamarnya.
Ruangan itu terlihat remang-remang, mungkin pemiliknya sudah tidur, mengingat sekarang sudah pukul dua lebih.
Dia memang sering kesal saat melihat Gaby, tapi bukan berarti dia akan menjadi bajingan yang mengambil sesuatu dari gadis itu hanya karna sebuah taruhan. Gezza ingin membatalkan tantangan itu, tapi sisi laki-lakinya menolak.
Gezza kembali masuk dan membanting tubuhnya ke kasur. Dia sudah lelah hari ini. Berpikir nya dilanjutkan besok saja.
***
Gaby berlari secepat mungkin menyusuri koridor sekolah, Dia berlari menghindari hukuman Buk Boni nan kejam.
"BERHENTI KAMU!" teriak Buk Boni dari kejauhan.
Tiba-tiba saja badan Gaby tertarik ke arah gudang yang gelap dan sempit.
"Aaaaa, Valaakkk!!! Jangan culik aku!" teriak Gaby, sambil menutup mata rapat rapat.
"Woi diem dulu!" desis orang itu kesal.
Gaby bergerak meronta "Valaaakkk plisss lepasin aku, aku belum berhasil jadi pacarnya Gezza, Valaakk! Aku juga nggak pernah ikut bully kamu di Sos- mptttt-.." ucapan Gaby terhenti karna sebuah tangan yang besar menutup mulutnya.
"Diem gak lo! Entar kita ketauan ogeb!" ucapnya
Gaby seperti mengenal suara itu, perlahan dia membuka matanya. "Meva mawu namain? [Gezza mau ngapain?]" Ucap Gaby.
Kening Gezza berkerut "Hah? Lo ngomong apa?" tanya Gezza sambil berbisik.
Gaby memutar jengah matanya, lalu menunjuk tangan Gezza yang berada di mulutnya dengan mata.
"Yang pelan lo ngomong! Awas lo teriak-teriak kaya toa satpol pp!" ancam Gezza, Gaby mengangguk, lalu melepaskan bekapannya di mulut Gaby.
"Gezza, kamu ngapain disini?" tanya Gaby berbisik terlalu pelan.
Sejenak Gezza kurang mengerti, tapi tak lama kemudian dia menjawab "Gue dikejar sama Pak Anton!" ucapnya.
"Kenapa di kejar, Pak Anton naksir kamu juga? Waduh saingan Gaby nambah dong ya?" tanya Gaby dengan polosnya.
Gezza menyentil kepala Gaby, hingga membuat gadis itu meringis "Otak lo udah error ya? apa kemasukan air pas mandi? gak ada bener nya pertanyaan lo. Gue dikejer karna mecahin pot bunga Gede yang ada di depan pintu ruang guru," jawab Gezza.
Gaby manut-manut mengerti, dengan mulut membulat "Kok bisa pecah?" ucap Gaby dengan tatapan penasaran.
"Gue lempar sama batu Gede dari lapangan basket, gue pikir gak bakal kenapa-kenapa. Eh pot nya malah oleng, terus ya jatuh deh," jelas Gezza.
"Oh gitu, nanti di suruh ganti gimana? Kan mahal," ucap Gaby.
"Udah tenang aja, Pak Anton gak liat juga muka gue," ucap Gezza santai. Terus, lo ngapain tadi lari-lari kaya orang gila kehilangan monyet?"
"Oh, aku telat, terus di kejar sama Buk Boni. Terus kamu ngapain tarik aku ke sini? Nanti kalo kamu khilaf terus grepe-grepe Aku gimana?"
Gezza kembali menyentil kening Gaby "Bego! Karna gue mau nolongin lo. Udah untung lo gue tarik ke sini. Lagian gue itu gak suka grepe cewek pendek bantet kaya lo!" ucap Gezza, lalu terkekeh pela. Gaby hanya merengut sebal.
"GABY! KEMANA KAMU!" teriak Buk Boni sambil berjalan ngos-ngosan.
"Shhttt!" Gezza kembali menutup mulut Gaby dengan tangannya.
Gezza melihat sedikit ke arah luar, mengantisipasi jika Buk Boni sudah sejauh apa berjalan.
Sedangkan Gaby, Dia sedang mengamati wajar tampan Gezza dari jarak sedekat ini. Mata Gezza sangat jernih, bagian yang dengan mudah melemahkan Gaby.
Gezza melepaskan tangannya dari mulut Gaby "Lo ngapain liat gue kaya gitu banget? Ganteng ya gue?" ucap Gezza percaya diri.
Gaby tersenyum dan mengangguk "Iya, Gezza ganteng banget. Apalagi mata kamu, aku suka!" ucap Gaby jujur.
Tiba-tiba ada desiran aneh dalam dada Gezza, saat Gaby mengatakan kata itu, dia suka mata Gezza. Gezza terpaku saat gadis itu menatapnya berbinar, seperti kucing gembel yang tidak makan lima tahun, lalu menatap ikan salmon segar di depan mata.
Gezza mengibaskan tangannya "Udah lah. Eh, lo mau bolos bareng gua nggak?" tanya Gezza mengalihkan topik.
Gaby berpikir "Bolos ya? Nanti kalo ketauan gimana? Terus kita kena marah gimana?" tanya Gaby dengar raut wajah cemas.
"Tenang aja, ada gue. Tapi kita tunggu beberapa jam lagi, tunggu Pak Anton sama Buk Boni masuk kelas." ucap Gezza, lalu Gaby mengangguk setuju.
***
"Za, aku nggak bisa memanjat!" ucap Gaby cemas.
Saat ini mereka tengah berada di belakang sekolah, menghadap tembok tinggi dan juga tangga kayu lusuh yang ada di depan mereka.
"Naik tangga ini!" ucap Gezza.
"Tapi kalo nanti tangganya patah gimana? Terus Gaby kalo terhempaskan gimana?" cemas Gaby dan sedikit Lebay.
"Tenang aja. Gak bakal patah kok, nanti ada tanah yang nyambut lo," ucap Gezza lalu terkekeh.
"Ya udah, kamu aja deh yang bolos, aku nggak bisa manjat," ucap Gaby menunduk dengan muka asem kecut kek ketek.
Gezza menghembuskan napas kasar "Naik aja, gak bakal patah, badan segede upil juga. Si Hasan yang gendut aja naik ini gak patah," ucap Gezza.
Akhirnya denga ragu Gaby menaiki tangga itu "Oke deh! Gezza, kamu jangan mengintip ya! Awas kalo ngintip aku bacok kamu!" ancam Gaby.
"Iya iya, ayo buruan, nanti keburu ada guru yang liat," ucap Gezza sambil menunduk. Gaby mulai naik dengan ragu-ragu.
Gezza sedikit tergoda untuk mendongak, Dia melihat Gaby yang sudah sampai pada anak tangga terakhir, saat Dia akan melangkah ke bagian atas tembok, Gezza sedikit melihat celana hotpants berwarna hitam gadis itu. Cepat-cepat Gezza kembali menunduk.
Beberapa detik kemudian "Udah belum?" tanya Gezza.
"Nggg... ini gimana lagi, Za?" tanya Gaby.
Gezza melihat Gadis itu sudah duduk di atas tembok itu dengan cemas.
"Lo geser ke kanan dikit, gue mau naik dulu," ucap Gezza memberi intruksi.
Gaby bergeser ke kanan, dan Gezza segera menaiki tangga itu, dan duduk di samping Gaby.
Hop..!!!
Setelahnya, cowok itu melompat hingga dia telah berada di luar tembok sekolah, tepat nya di jalan gang yang cukup sepi.
"Ayo lompat!" ucap Gezza dari bawah.
Gaby menggeleng "Gak mau! Nanti kalo kaki aku patah gimana?" tanya Gaby cemas.
"Gak bakal patah, Gue tanggap nanti," ucap Gezza meyakinkan.
Gezza mengulurkan kedua tangannya, bersiap menyambut Gaby. Dengan ragu Gaby melompat dari tembok itu.
Brukkk!!!
Gezza menatap Gaby yang terjatuh di atasnya, Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Gezza. Gadis itu menutup mata rapat-rapat, ada cairan yang keluar dari matanya. Dia menangis, lirih Gezza dalam hati.
Gezza langsung bangun, dan memapah Gaby untuk bangun dari atasnya dan duduk.
"Hei hei, lo kenapa nangis?" tanya Gezza.
"Kan udah aku bilang, aku gak bisa, masih aja dipaksa!" isaknya.
Gezza melihat lutut Gaby yang berdarah "Elah, cuma lecet dikit doang," ucap Gezza santai.
"Lecet, tapi kalo Papa aku liat gimana, nanti aku dimarahin. Kamu mah enak gak kenapa-kenapa!" ucap Gaby kesal.
Mata Gezza terbelalak "Gak kenapa-kenapa kata lo? Ini kepala belakang gue kejedot aspal gara-gara nangkep lo. Gue udah kaya matras dadakan tau gak lo, udah gitu badan lo berat lagi, kaya ketiban karung beras 3 ton gue!" ucap Gezza setengah kesal.
Gaby berhenti terisak "Ya maaf, tapi kepala kamu masih aman kan? Ayo kita ke dokter! nanti kamu geger otak," ucap Gaby cemas, sambil mengusap-usap kepala belakang Gezza.
"Enak juga dielus-elus gini, coba aja lagi di kasur, ketiduran gue pasti!" kekeh Gezza dalam hati.
Gezza membantu Gaby berdiri "Gak papa, ayo kita jalan-jalan aja. Rugi kalo bolos nggak dimanfaatkan," ucap Gezza.
Gezza mengamit jemari Gaby saat berjalan, sebelumnya mereka ke warung dulu, untuk membeli obat luka dan plester.
Gaby meringis melihat siku Gezza yang berdarah, bahkan lebih parah dari lecet di lututnya.
***
"Gaby, kita main ke Time Zone aja ya!" seru Gezza.
Gaby sedikit berpikir "Ngg... udah bosen. Mending kita main ke pasar," seru Gaby menatap Gezza penuh harapan.
"Ke pasar?" ulang Gezza, dan Gaby mengagguk lagi "Mau ngapain ke sana? Jalannya becek," ucap Gezza bergidik jijik.
Gaby menggeleng "Nggak becek kok, kan Gak ada hujan. Kita keliling pasar aja, liat anak ayam warna-warni yang ucul kaya Gezza. Ayo kita coba sesuatu yang baru!" seru Gaby sambil menarik Gezza.
Akhirnya Gezza pasrah saja. Toh Gaby juga benar, mencoba sesuatu yang baru. Pasar juga bukan pilihan yang buruk, tapi masa iya, bolos ke pasar cuma mau liat anak ayam warna-warni.
"Eh, tunggu, Gue pesan Taksi dulu, soalnya motor gue di parkiran sekolah," ucap Gezza mengeluarkan ponselnya.
Gaby menahannya. Gezza menatap Gaby dengan kening berkerut "Lo ngapain?" tanya Gezza heran.
"Kamu tau cara naik angkot kan?" tanya Gaby.
Gezza mengangguk "Gampang! Lo stop angkot nya, naik, terus duduk" jelas Gezza.
Gaby memukul jidatnya "Astaga Gezza ogeb! bukan itu maksudnya. Kamu tau kalo ke pasar itu kita naik angkot nomer berapa?" tanya Gaby.
Gezza mengangguk "Iya tau, Terus? Kenapa lo tanya-tanya kaya gitu? Jangan bilang lo mau naik angkot?" tebak Gezza, dan benar saja, Gaby langsung mengangguk antusias.
Gezza menggeleng "NO! Gue nggak mau naik angkot! Lo tau? Di sana panas, bau apek, apalagi nanti ada emak-emak yang mepet ke gue," ucap Gezza.
Gaby menata Gezza dengan tatapan pupy's eye "Ayo lah Gezza, Aku nggak pernah naik angkot, aku pengeeeeen banget jalan-jalan pakai angkot. Mau ya, Ya ya ya ya!" bujuk Gaby.
"Gezza pliiis. Kalo nggak mau aku nangis aja, biar kamu dituduh sama orang-orang abis jahatin aku!" ancam Gaby.
Gezza hanya mengangkat bahu acuh "Terserah, gua nggak peduli!"
Gaby mulai pura-pura terisak, memulai aksinya, awalnya Gezza biasa-biasa saja, tak ada respon yang berarti dari Cowok itu. Sampai.
"Kamu tega banget tau gak?! Setelah apa yang kamu lakuin ke aku, dengan seenaknya kamu mutusin aku!" What the heck! apa yang gadis gila ini lakukan.
"Kamu yang bujuk aku buat lakukan itu, tapi sekarang kamu nggak mau tanggung jawab! Kamu emang tega! Hiks... Hikss.. Ohookk.. ohoook... ueekk!" Gezza akui akting Gadis ini emang mantap, dia bahkan pura-pura batuk, hingga lebay seperti itu.
"Anak jaman sekarang ya, udah jauh dari norma-norma."
"Iya, yang laki-lakinya paling salah. Pacaran kok ngerusak anak gadis orang."
"Dasar laki-laki. Mau enak nya saja!"
Kuping Gezza panas mendengar cacian Ibu-ibu yang berdiri di sekitar mereka. Para ibu-ibu itu menatap kesal pada Gezza, dan menatap iba pada Gaby yang sedang pura-pura menghapus air matanya. "Lebay kaya gitu, dan mak-mak rempong pada percaya!" batin Gezza, lalu menepuk jidatnya.
Gezza menatap kikuk pada sekitarnya "Woi, lo bisa diem nggak sih?! Ngapain lo nangis kaya gini?" desis Gezza di hadapan Gaby.
"Kalo kita perginya pake angkot aku diem, deal?" balas Gaby berbisik.
Gezza menggeleng "Pokoknya enggak!" sentak Gezza.
Gaby memulai aksinya lagi "Ya Allah, apa salah hamba, kuat kan aku. Ambil saja nyawaku, aku udah nggak sanggup," rintih Gaby dengan nada super duper alay.
"Eh mas, kalo berbuat itu tanggung jawab dong! Jangan berbuat aja yang mau!" ucap salah satu ibu-ibu yang geram terhadap Gezza.
"Tau nih, masih Sma udah bebas. Makanya kalo pacaran itu jangan sampe kebablasan!" satunya lagi menimpali.
Gezza sangat geram dengan Ibu-ibu itu, terlebih lagi pada Gaby, tunggu pembalasan gue ya, ucap Gezza dalam hati "Jangan salah paham dong, Buk! Dia ini Istri saya!" ucap Gezza sambil merangkul bahu Gadis itu. Mampos lo dungong!
Ibu-ibu itu saling tatap satu sama lain "Kalo Ibu nggak percaya, liat nih di jarinya ada cincin!" tegas Gezza. Lalu mengangkat tangan kiri Gaby, yang kebetulan ada sebuah cincin putih di jari manisnya, pemberian Eyang putrinya dari Yogya.
"Apa benar, Mas ini suami nya mbak?" tanya salah satu ibuk berbadan gempal pada Gaby.
Gaby menggeleng dengan cepat "Buk-" ucapnya terhenti karna telapak tangan Gezza lebih dulu menutup mulutnya.
"Ok! Kita naik angkot! Sekarang ikutin aja permainan gue!" desis Gezza dengan tajam. Gaby setuju, dan mengangguk.
Gaby mengangguk "Iya, kami sudah menikah," ucap Gaby akhirnya.
"Nah udah denger kan! Kita itu di jodohin. Makanya ibu-ibu jangan suka rumpi no secret sama hidup orang! Tuh kah saya jadi endors acara orang lain!" ucap Gezza tajam.
"Yeeee, maap atuh, saya mana tau kalian sudah menikah, orang kalian masih pake seragam sma. Lagian tadi ngomongnya, tanggung jawab, lah kita-kita salah kira lah," ucap Ibu itu lalu pergi.
Setelah mereka pergi, Gezza menatap marah pada Gaby "Puas lo udah bikin gue kaya cowok brengsek!" sentak Gezza marah.
"Maaf Gezza, aku nggak tau kalo ibu-ibu itu bakalan percaya dan nanggepinnya serius," ucap Gaby sambil menunduk.
"Harusnya lo pikir dulu mau ngapain. Tadi itu kesannya gua hamilin lo dan nggak mau tanggung jawab!" ucap Gezza marah.
Gaby meraih tangan Gezza "Maaf Gezza, aku nggak mikir sejauh itu tadi. Aku tau aku salah, maafin aku ya, aku bakal turutin semua yang kamu mau, asalkan kamu maafin aku," ucap Gaby sungguh-sungguh.
Gezza tampak berpikir "Apapun?" ulangnya. Dan diangguki Gaby dengan antusias. "Oke, Gue mau mintanya yang banyak, tapi gue mikir dulu mau minta apa aja," ucap Gezza.
"Oke, tapi jangan yang aneh-aneh ya!"
"Siap! Ayo jalan!" ucap Gezza mendahului Gaby berjalan.
Gaby mengikuti di belakang "Gak jadi pesan taksi?" tanyanya.
Gezza menggeleng "Nggak, kita naik angkot aja," ucap Gezza dengan senyumnya.
***
TBC
VOTE AND COMMENT.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top