SEWINDU -10- Forgive Me
AY YOYO! GENG! VOTE YA GENGS. HIHI
HAPPY READING
♡♡♡
***
Gezza mengerang ke sakitan saat ada seseorang yang menarik dan memelintir telinganya, Gezza mendongak menatap orang itu, yang tak lain dan tak bukan, adalah Mamanya sendiri.
"Auuhhhh Ma! sakit, Ma" ringisnya.
"Mau ngapain kamu tadi? Heh?" tanya Gishel dengan tatapan mata melotot.
Gezza meringis kesakitan "Gak ngapa-ngapain kok, Ma. Lepasin ya, kuping aku bisa copot, Ma." rengeknya, masih memegang telinga yang belum terlepas dari capitan jemari Gishel.
"Kamu gak liat itu yang di luar siapa?" Gishel bertanya sambil menunjuk ke arah teras depan, dimana, di sana ada Gemma dan Gafril yang sedang berbincang sehabis olahraga sore.
Bodoh! Kenapa Gezza melupakan eksistensi dua orang pria itu, untung saja yang memergokinya hanya Gishel, jika salah satu dari dua pria kekar itu, pasti sudah tamat riwayatnya.
Gishel melepaskan capitannya, berganti dengan memukul keras bahu Gezza "Ini untung aja Mama yang mergokin kalian, kalo enggak! udah habis!" ucapnya menakut-nakuti.
Gezza menyatuka kedua tangannya "Ma jangan kasih tau Papa ya, Ma," mohon Gezza.
Gishel menatap penuh peringatan"Iya, tapi jangan diulang! Awas kamu kalo berani macam-macam sama anak gadis Mama. Mama bakalan pastiin kamu sunatnya dua kali!"
Gezza mendesah lega, sekaligus bergidik ngeri "Satu kali aja sakit nya minta ampun, apa lagi buat yang ke dua, bisa-bisa gak bernafas lagi dah gue," batin Gezza.
"Gaby juga! Mau-mau aja di gituin si Gezza. Besok-besok kalo dia mau nyosor, tabok aja!" ujar Gishel.
Gaby hanya menunduk "Maaf, Ma" lirihnya.
Gishel menghela napas "Ya udah, mandi sana, abis itu kita makan malam,"
***
"Selama pagi anak-anak bapak yang gemesin. Hahaha," sapa Pak Suryo, dan dibalas girang oleh seluruh siswa.
"Kalian sudah tau, mengapa kalian berkumpul di lapangan ini?" tanyanya.
"Buat memeriahkan kampanye pemilihan most wanted boy di sekolah kita pak!" teriak Timothy percaya diri.
"Buat kalian semua yang ada disini, khusunya cewek-cewek. jangan lupa pilih abang Timo ya dek! Coblos nomor 1, di bagian hati ya!" ucapnya dengan senyum nakalnya.
Semua orang yang ada di lapangan itu menyoraki Timothy yang kelewatan pede.
"Lagu-laguan lo Tit! Cebok aja belum bener!" sahut Kalef, dan siswa ngakak menertawakan Timothy.
"Udah ah! Cowok-cowok pada lambe semua dah! Kita kumpul disini itu mau olahraga! Ogeb lu semua!" ucap Dena menengahi.
"Udah, diem aja dah guys. Si Denamon udah marah tuh," sahut Kalef.
Pak Suryo tertawa karna guyonan receh para siswanya.
"Sudahi pertikaian kalian ini. Sekarang, bapak mau perkenalkan teman baru buat kalian," ucap Pak Suryo, ia memanggil seseorang.
"Nah! kenalkan, Ini Amanda. Amanda silahkan kenalkan diri kamu!" titah Pak Suryo.
Amanda mengangguk "Kenalkan, saya Ramanda Haynes, kalian bisa panggil saya Amanda, saya pindahan dari Kota Padang," ucap Amanda.
"Wuaaa... orang Padang, Boleh dong kasih abang goyang nasi Padang," celetuk Timothy, lalu tertawa terbahak-bahak bersama teman-teman nya yang lain.
"Masakin abang rendang dong dek!" celetuk salah seorang lagi.
"Ih... orang Padang Cakep-cakep ya,"
"Nasi padang enak, cewe Padang cantik, lo makan nasi Padang sambil disuapin cewe Padang. Beeeuh... barokah hidup lo!" sorak Wahyu, dan dibalas siulan oleh anak laki-laki.
Seorang gadis bernama Nayo, yang terkenal cerewet. Menyela "Lu pada pede banget ngomong gitu. Kaya mau aja cewek Padang sama kalian. Nenek tua aja gue masih ragu," celetuk nya. Sontak membuat semua orang tertawa.
Begitu keadaan kelas Gaby, selalu ribut, tidak memandang tempat, mau di kelas, di lapangan, di laboratorium, bahkan di Musholla, pun mereka ribut.
Saat ini mereka sedang berkumpul di lapangan, karna akan melaksanakan olahraga rutin tiap kelas.
"Sudah-sudah, kalian ini jangan sok ganteng, lari tiga putaran lapangan saja sudah ngos-ngosan. Disini cuma, cuman saya yang paling tampan, gak ada tandingannya!" seru Pak Suryo, dan di balas ledekan oleh semua siswa, bukannya marah, Pak Suryo malah tekekeh.
Gaby akui, kalau Pak Suryo ini, masih terlihat tampan, dan bugar, walaupun usianya sudah memasuki kepala empat. Mungkin karna Pak Suryo sering olahraga, oleh karna itu ia senantiasa terlihat lebih mudah dari usianya.
Setelah perdebatan pajangan antara Pak Suryo dengan para siswa lelaki. Akhirnya olahraga di mulai juga.
"Ok, saya akan membagi kalian jadi beberapa Regu. Dalam satu regu terdapat 8 orang, terdiri dari 4 orang putra dan putri, saya akan membacakan regu A." pak suryo membacakan nama-nama siswanya, berlanjut ke regu selanjutnya, hingga di regu terakhir, yaitu regu D.
"Untuk regu D. Karin, Ramona, Gezzacio, Jodi, Wahyu, Kalef, Khansa, sama Gabriella."
Gezza ternganga, satu kelompok? dengan si buntut? Oh takdir! kenapa harus selalu begini.
"Sudah, mending ambil raket kalian, dan bersiap, kita akan ambil nilai Badminton sekarang!"
***
Lagi dan lagi, Gezza dan Gaby harus berdekatan. Gezza mendesah pasrah, saat ia harus tergabung dalam satu regu dengan Gaby, di tambah sekarang, mereka mendapat bagian Ganda campuran, dan pasangannya adalah Gabriella.
Oh! Ayolah, ini seorang Gabriella, si cerewet nan menyebalkan.
Kalau bukan ini juga salah satu bentuk seleksi untuk di lombakan antar sekolah, Gezza tidak akan mau bersungguh-sungguh.
"BERSIAAAPPP? PRRRIITTT!!!!"
Peluit sudah di bunyikan, berarti permainan sedang berlangsung. Gaby dan Gezza bekerja sama memberi umpan dan menangkap Kok. Tak jarang Gezza dan Gaby bertabrakan, saling menyalahkan satu sama lain. Membuat mereka tidak fokus dan harus menelan kekalahan.
"Ini semua salah lo! Coba aja lo gak cerewet, pasti gue bakalan fokus mainnya!" cecar Gezza, duduk di pinggir lapangan dengan peluh yang bercucuran.
Gaby menatap tak suka "Enak aja! Kamu tu emang cemen, bilang aja gak bisa main raket, kemarin aja kamu jatoh, terus gara-gara siapa coba kita sekarang kalah?"
"Ya gara-gara lo lah! Jelas. Coba kalo lo gak mepet-mepet ke gue, pasti gue punya ruang gerak yang lebih!"
"Sembarangan! Kamu tu yang tabrak-tabrak aku, bilang aja cari-cari kesempatan!" Gaby memalingkan wajah tak mau menatap Gezza.
Gezza bergidik jijik "Idih! Siapa juga yang mau cari kesempatan. Pede banget sih!" katanya dengan tawa meledek.
Gaby menendang kaki Gezza yang sedang selonjoran di sebelahnya.
"Kamu pura-pura lupa, apa udah tua? Kemarin yang kuping kamu jadi merah, karna apa?" sentak Gaby, dan kontan saja membuat Gezza terdiam.
Sampai sebuah suara menginterupsi perdebatan mereka "Gaby?" panggil orang itu.
Gaby tersenyum "Eh Genta! kamu udah selesai ambil nilai nya?" tanya Gaby.
Genta mengangguk "Iya, baru aja selesai," jawabnya
"Eh, Gaby kesana yuk! Gabung sama yang lain, di sini panas!" ajak Genta, dia menunjuk ke arah bangku taman, di sana sudah ada Nensy, Amanda, Timothy, dan juga teman-teman yang lain.
Belum sempat Gaby mengiyakan ajakan Genta, dengan kurang ajarnya Gezza menarik rambut Gaby, dan membuat kepala nya tertarik sedikit ke bawah.
"Kenapa sih kamu? aku kan udah suruh kamu beli monyet, terus kamu gelut deh sama tu monyet, biar gak kesepian!" seloroh Gaby, Genta yang mendengarnya pun terkekeh. Berbeda dengan Gezza yang memasang wajah sangar.
"Gue tunggu lo di kantin 10 menit dari sekarang! Gak usah bacot! Kalo lo gak dateng, siap-siap gue suruh Momo buat makan ikan cupang jelek, lo!" setelah menyembur kan ancaman mainstream nya, dengan langkah santai Gezza meninggalkan Gaby yang masih ternganga kesal.
"Dasar Diktatoooor!!!" teriak Gaby membahana.
***
Braaakk!!!
"Lo udah gila ya?! Sakit kuping gue ogeb!" teriak Gezza karna terkejut, saat ada seseorang yang memukul meja secara tiba-tiba. Kebetulan Gezza sedang merebahkan kepalanya di atas meja.
"Kaki kamu bisa diem gak? Aku patahin mau?" teriak Gaby tak kalah galak.
"Salah sendiri ngapain kursi lo ganjen, mepet banget sama meja gue, lagian kaki gue panjang, wajar aja kalo kesenggol!" selorohnya tanpa rasa bersalah.
"Ihh! Bikin kesel aja!" pekik Gaby, sambil menggeser bangkunya ke depan, agar jauh dari kaki Gezza si Gorila.
Awalnya tentram, tak ada lagi kursi yang di tendang, namun hanya sebentar saja, setelah itu, Gezza kembali berulah dengan menggoyang-goyangkan kakinya yang menempel pada kaki kursi Gaby, dan membuat tangan gaby bergetar-getar saat menulis.
Gaby menghempaskan penanya ke atas meja, Dia mengembuskan napas kasar, lalu berbaik menghadap belakang. Saat itu juga, dia melihat Si rusuh Gezza sedang merebahkan kepalanya kembali di atas meja.
Dengan gerakan cepat, Gaby langsung menjambak rambut Gezza, hingga pemuda itu meringis kesakitan.
"WOOII...! LEPASIN WOI! BUK SAYA DIANIAYA SAMA GABY BUK! TOLOOONG!" teriak Gezza, sambil terus memengang rambut nya yang masih diremas Gaby.
"Rasain! biar kamu botak sekalian, terus gak ada yang mau lagi sama kamu! Biar kamu jadi jones selamanya!" ucap Gaby dengan nada geram yang kentara.
Buk Rusmini yang berada di kelas, sontak terkejut. Dia sudah sangat geram dengan kedua nya.
"BERHENTTIIIIIIII...!!! " suara Buk Rusmini bergema di dalam kelas itu, siswa yang lain juga menutup ke dua telinganya.
"STOP! Dari tadi saya liatin kalian, makin lama makin menjadi-jadi ributnya! Sekarang kalian ke taman belakang, bersihin rumput di sana!" perintah Rusmini dengan tatapan menusuk.
Gezza shok mendegar perintah itu "Taman belakang Buk? Ibuk Gila ya?!" Sentak Gezza langsung, namun tak beberapa saat, karna dia langsung mendapati Buk Rusmini yang melotot.
"Eh.. eh.. maaf Buk, maksud saya, taman belakang itu kan udah kaya semak Buk, rumput nya juga udah panjang-panjang, sekolah kita kan gak ada mesin pemotong rumput, jadi gak mungkin juga bersihinnya pake gunting," jelas Gezza panjang lebar.
Buk Rusmini mendongak angkuh "Saya gak mau tau, pokok nya kalian bersih in taman belakang itu, minimal seperempat luas taman itu udah cukup. Besok saya mau tanam sesuatu di sana," ucap wanita paruh baya itu.
Buk Rusmini ini tidak hanya menjadi guru Sejarah saja, melainkan juga merangkap sebagai pembina gerakan Go green di sekolah.
Akhirnya dengan langkah jengkel Gezza berjalan keluar kelas, berbeda dengan Gaby yang terlihat biasa-biasa saja. Gadis itu sudah terbiasa berkebun dan memotong rumput di rumahnya, jadi ini bukan masalah yang berat bagi Gaby.
***
Sedari tadi, Gezza hanya memperhatikan Gaby yang sedang memotong rumput, tanpa ada niat ingin membantu sedikitpun.
Cuaca siang ini cukup terik, sesekali Gaby menyeka keringat yang mengalir di pelipis dan keningnya. Sejak tadi hanya Gadis itu yang bekerja, sementara pemuda yang ikut dihukum bersamanya, hanya enak-enakan duduk di bawah pohon sambil memainkan ponsel.
Gaby merasa kepalanya pusing, cuaca sedang panas namun badannya terasa dingin, dia menoleh sedikit ke arah Gezza, pemuda itu masih saja sibuk dengan ponselnya.
Gaby tak dapat lagi menahan rasa penting di kepalanya, pandangannya menjadi buram, tak lama kemudian semuanya menjadi gelap.
***
Sejujurnya Gezza ingin membantu Gadis itu, tapi dia masih kesal, karna Gaby mereka jadi dihukum, di tambah lagi karna rambutnya yang sakit karna tarikan Gaby tadi di kelas.
Gezza berpura-pura cuek, dengan memainkan ponselnya. Sesekali dia mencuri-curi lihat.
Namun saat Gezza menoleh, alangkah terkejutnya, saat dia melihat Gaby yang pingsan di rumput-rumput taman.
Gezza langsung berlari menghampiri Gaby, meletakan kepala Gadis itu di pahanya,
"Gab?! Woi Bangun! Ngapain lo tidur disini? Kotor Woi!" ucap Gezza, menyentuh kening Gaby, kepalanya sangat panas, namun dia mengeluarkan keringat dingin.
Setelah mengucapkan itu, Gezza merasa bodoh sendiri. Karena mengajak orang yang sedang pingsan berbicara. Tentu saja tidak akan ada respon.
Sedangkan di bagian koridor, seorang Gadis tengah asik berjalan melewati kelas-kelas. Siang ini dia akan menemui temannya yang sedang di hukum.
Greya terperangah, saat melihat Gaby yang tertidur di pangkuan Gezza. Namun, apa benar Gaby itu tidur? Atau jangan-jangan....
Dengan langkah cepat Greya menghampiri dua orang itu. Greya langsung menggebuk keras punggung Gezza. Hingga laki-itu meringis kesakitan.
"Gezza! Lo apain temen gue?! sergahnya.
"Gue apain emang? Lo gak liat dia pingsan? Jangan kebanyakan bacot lo, mending lo tolongin bawa tu gunting rumput, taro di gudang!" titah Gezza.
Greya melongo, namun kembali tersadar saat ia melihat Gezza menggendong Gaby.
"Woi Za, lo mau kemana?" tanyanya setengah berteriak.
"Ke ancol, mau jalan-jalan! Lo pikir gue mau kemana lagi kalo bukan UKS?!" jawabnya lalu berjalan meninggalkan Greya.
Greya mengambil gunting rumput itu dengan cepat, lalu berlari mengejar Gezza "Za! Itu Gaby kenapa?" tanyanya, berusaha mengimbangi langkah Gezza.
Langkah Gezza terhenti, lalu ia berbalik ke arah Greya "Pingsan Greyaa! Pingsan, lo tau pingsan gak sih?!" jawabnya keki.
Greya langsung tersadar dan matanya melotot "APAAA? PINGSAN??" teriaknya histeris, dan membuat semua orang menoleh pada mereka, lebih tempatnya pada Gezza dan Gaby.
Greya meringis saat melihat orang-orang yang menatap penasaran pada mereka. "Gaby sakit apa, Za? Dia gak sakit parahkan? Bukan sakit kanker kan? Kalo iya, gua belum siap kehilangan dia Za," Greya memburu Gezza dengan rengekannya, terdengar alay di kuping Gezza.
"Lo banyak omong dari tadi, mending lo taruh itu gunting ke gudang, terus lo ke kantin, beli air, dan lo temui gue di UKS. SEKARANG!" bentak nya, lalu cowok itu kembali melanjutkan jalannya, tanpa menghiraukan tatapan bertanya-tanya pada siswa. Terutama pandangan meremehkan Gadis-gadis pada Gaby.
Banyak siswa yang sedang berada di luar kelas saat ini, karena menang saat ini adalah jam istirahat.
Dengan susah payah Gezza membuka pintu UKS, lalu dia masuk dan membaringkan Gaby di atas ranjang UKS.
Gezza berjalan ke arah lemari, dia mengambil handuk dan baskom kecil, lalu berjalan ke dispenser yang terletak di ujung ruangan, mengisi baskom itu dengan air dingin.
Dia berjalan lagi ke arah Gaby, dia mencelup kan handuk itu, lalu mengompres kepala Gaby agar panas nya turun. Gezza terus melakukan itu berulang-ulang kali, sembari menunggu Greya datang.
Dan tak lama setelah itu, Greya datang membawa dua botol minum dan beberapa makanan. "Udah bangun belum, Za?" tanya nya. Gezza menggeleng.
"Kasih minyak angin aja ya!" ucap Greya, lalu menjalan mengambil minyak angin dan kotak obat.
"Sepandai lo aja deh, gue gak ngerti," ucap Gezza.
Dia menatap Gaby yang sedang pingsan itu, wajah Gadis itu merah, dahinya berkeringat, bibirnya pucat. Gezza berpikir jika Gaby sedang demam karna panas-panasan, di tengah taman.
Gezza jadi merasa bersalah, sebenernya dia tau kalau Gaby tak bisa lelah, penyakit bawaannya membuat dia menjadi lemah. Dia juga tidak boleh ikut olahraga berat.
Kadang Gezza bertanya-tanya, kenapa dia bisa sejahat ini pada Gadis itu, padahal, Gaby selalu bersikap baik padanya. Apa hanya karena Gaby selalu mengambil perhatian orang-orang yang ada di sekitar Gezza?
Sebuah suara membuyarkan lamunan Gezza "Za, parasetamol buat demam kan?" tanya Greya yang sedang mengacak kota obat-obatan itu, tanpa menatapnya.
"Mana gue tau, lo pikir gue dokter!" jawab Gezza ketus.
Greya mencebik kesal "Ck! Lo anak Ipa Kampret! Jelas-jelas parasetamol buat demam, mending lo masuk jurusan Bahasa Indonesia sana, kalo masuk Ips lo gak cocok, karna pelajaran Ips lebih susah dari Ipa," ucap Greya dengan mulut cerewet nya.
Gezza berdecak kesal "Lo udah tau fungsi obat itu, terus ngapain lo tanya ke gue lagi Reyaa!!" erang Gezza frustasi.
"Dan, apa tadi Lo bilang? pelajaran Ips lebih susah dari Ipa?" tanya Gezza, Greya mengangguk pasti.
Gezza menghembuskan napas kasar sebelum bersuara "Lo pernah gak ngitungin debit air yang tumpah? Lo juga pernah gak ngitungin volume air bak mandi? Lo juga pernah gak ngitungin kecepatan gelomang signal Wi-fi di rumah lo secara manual?" tanya Gezza dengan emosi yang menggebu-gebu.
Greya menatap Gezza tajam, dari dulu hingga sekarang Greya dan Gezza selalu berdebat, apapun itu, pasti mereka debatkan.
"Lo tau gak kebijakan moneter itu apa?! Lo tau gak siapa itu moneter?! Kenal aja engga sama moneter, mana mungkin lo tau kebijakannya?" ujar Greya.
Gezza ingin berteriak, lalu menyeleding kepala Greya saat ini juga "Greeyaa!" erang Gezza tertahan.
Saat Gezza akan menyebur Greya dengan kata-kata pedasnya, harus terhenti, karna isakan seseorang.
"Mama, Gaby mau ikut Mama, hikss... hikss... Gaby gak mau disini, Ma. Gaby takut, semua orang jahat, Ma," isakannya, air mata sudah mengalir di pipinya, namun mata indah itu masih tertutup rapat.
Perlahan Gezza mendekat, ia menyeka air mata itu, sembari menyadarkan Gadis itu.
"Gaby... hei, bangun, lo ngigo?" Gezza mengelus dahi Gaby. Perlahan, isakan itu mulai berhenti, digantikan dengan helaan napas tenang. Gaby kembali tertidur.
Sedangkan Greya dia sudah berlari keluar, dengan air mata sudah memenuhi wajahnya.
Gezza menatap wajah polos itu, sangat manis, Gezza adalah laki-laki paling bodoh karna memperlakukan Gadis seperti ini dengan tidak baik. Perlahan Gezza mendekatkan wajahnya, lalu mengecup dahi Gaby dengan sayang.
"Forgive me,"
***
TBC
GIMANA GIMANA? GAJE YA? YA UDAH DEH NIKMATIN AJA DAH. WKWKW.
VOTE!
Btw itu visual Gezza galak. Hihi.
Kalo gak sesuai ekspektasi kalian, boleh pake visual masing-masing.
OKE BAY BAY GUYS. PISSS!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top