Min Yoon Gi
[Name] mengutuk berita prakiraan cuaca yang ia baca pagi ini. Cerah berawan dari mana!? Ia harus rela seluruh bajunya melekat bagai kulit kedua sepanjang perjalanan menuju gedung Big Hit. Kalau saja tidak memiliki janji temu dengan kekasihnya di studio musik pribadinya, [Name] tidak akan bersusah payah menerjang hujan.
Seharusnya ia bisa memanggil taksi, tapi uang di dompetnya tidak cukup untuk membeli apapun kecuali segelas air putih di warung kaki lima. Iya, sesial itu keberuntungannya hari ini. [Name] baru bisa bernafas lega saat ia menapakkan kaki di gedung yang sangat familiar dengannya.
"[Name]-noona?" salah satu dongsaeng kekasihnya, Namjoon, menghampirinya. "Kenapa basah kuyup begitu? Tidak bawa payung?"
"Aku ditipu berita tadi pagi, Namjoon-ah," balas [Name] berusaha tersenyum.
"Ah, iya. Mereka bilang hari ini akan cerah ya," gumam Namjoon. "Aku tidak akan menahanmu lebih lama. Yoongi-hyung sudah menunggumu di atas. Segera keringkan tubuhmu sebelum kau masuk angin, Noona."
[Name] menatap punggung Namjoon, sedikit merasa terharu dongsaengnya begitu khawatir dengan kesehatannya. Ia kembali melangkahkan kaki begitu ingat ia sudah terlambat lewat setengah jam dari waktu yang dijanjikan.
Berulang kali [Name] menggosok lengan yang basah juga sesekali meniup kedua tangannya yang memucat. Sayang, usahanya agar merasa sedikit hangat sia-sia karena pendingin ruangan di gedung mampu menepis nafas hangatnya. Betapa nikmatnya segelas cokelat panas yang masih berasap di lidahnya sekarang.
Senyum perlahan mengembang di wajah [Name] begitu melihat pintu studio Yoongi. Ia sudah tidak sabar meminjam jaket kekasihnya agar merasa lebih nyaman. Yang pasti Yoongi tidak akan menurunkan derajat pendingin ruangannya.
"Oppa, maaf aku terlam-" senyum [Name] langsung luntur menyadari kekasihnya tidak sendirian. Teman duetnya juga berada di sana. "Ah, maaf aku mengganggu kalian."
Dahi [Name] mengerut samar saat Yoongi berbalik menatapnya sebentar, lalu menyuruhnya masuk hanya dengan isyarat mata. Sama sekali tidak berusaha menyambutnya atau bahkan terlihat senang karena melihatnya lagi setelah beberapa waktu tidak bertemu.
"Kurasa akulah yang seharusnya minta maaf, [Name]-ssi. Karena sepertinya aku sudah mengganggu waktu kalian bersama."
Suran, teman duet Yoongi di salah satu lagu miliknya. Wanita yang terlihat sangat cantik di mata [Name], sama sekali bukan tandingannya. Ia terlihat begitu menawan dengan rambut panjang cokelat keemasan dan bibir tipis dengan senyum yang tersungging di wajahnya. Entah mengapa, [Name] merasa kecil saat melihat keduanya berdekatan seakan ia adalah semut kecil pengganggu suasana.
"Tidak masalah Eonni. Urusanku dengan Yoongi-oppa bisa menunggu. Pekerjaan kalian jauh lebih penting," [Name] mengibaskan tangannya gugup. Ia sempat melirik ke arah Yoongi, namun yang didapatkannya hanyalah lirikan singkat tak berarti.
"Kalau begitu aku akan berusaha secepat mungkin menyelesaikan pekerjaannya," balas Suran-eonni cepat. Jelas sekali ia merasa tidak enak dengan kecanggungan yang menyelimuti ketiganya, minus Yoongi yang masih tidak terpengaruh dengan kedatangan [Name].
Karena tidak mendapat sambutan yang ia inginkan, [Name] terpaksa menyamankan diri di sofa hitam yang ada di studio. Seperti dugaannya, Yoongi menyetel derajat pendingin ruangan dengan suhu rendah hingga ia bisa merasakan giginya saling gemeletuk karena menahan dingin.
"Ambil baju gantiku di tas," Yoongi menghela nafas rendah tanpa menoleh ke arahnya. "Kau hanya akan merepotkanku kalau sakit sekarang."
[Name] tidak tahu apakah ia harus cemberut atau tersenyum mendengar perintah Yoongi. Suran-eonni menoleh ke arahnya dengan penuh tanda tanya, lalu tersenyum singkat saat menyadari apa yang dimaksud oleh teman duetnya. Lagi-lagi [Name] harus merasa puas dengan sikap yang ditunjukkan Yoongi. Ia mengambil baju ganti kekasihnya lalu pamit untuk mengganti pakaiannya di kamar mandi.
Ia mengganti pakaiannya dengan kecepatan fantastis. Tidak ingin terlalu lama berada di pakaiannya yang kuyup, juga tidak sabar berada di studio lagi. Saat tengah melipat bajunya di luar toilet, ia bertemu dengan Hoseok.
"Ah, kebetulan sekali aku bertemu dengan Noona di sini," kata Hoseok menepuk bahu [Name]. "[Name]-noona, kau akan ke studio Yoongi-hyung, kan?"
[Name] mengangguk. "Memangnya ada apa?"
"Tolong beritahu pada Yoongi-hyung kalau rapat nanti malam dibatalkan," ujar Hoseok. "Kupikir akan memberitahu Hyung nanti, tapi karena sudah bertemu dengan Noona sekarang, aku bisa pulang lebih dulu."
"Rapat apa?" sebelah alis [Name] terangkat heran mendengar ucapan Hoseok. "Aku tidak tahu kalau kalian akan ada rapat nanti malam."
Hoseok tertawa kecil. "Hyung memang menyebutnya rapat, tapi sebenarnya hanya membahas tentang penempatan suara di lagu berikutnya. Hyung dan Namjoon-ah memang suka membuat segalanya terkesan formal jika sudah menyangkut pekerjaan."
"Ah ... baiklah. Kalau begitu aku pamit dulu. Yoongi-oppa sudah menungguku. Sampai bertemu lagi," [Name] menundukkan kepalanya setengah sopan pada Hoseok lalu menyunggingkan senyum sebelum meninggalkan dancer utama itu.
"Sampai bertemu lagi [Name]-noona."
Tidak ada yang berubah saat [Name] kembali memasuki studio Yoongi. Keduanya masih asyik berdiskusi tentang lagu dan masalah yang [Name] tidak terlalu mengerti. Bibir [Name] mengerucut samar saat lagu Yoongi menggema di seluruh penjuru ruangan. Ia melipat kedua tangannya defensif saat Yoongi melempar senyum pada Suran-eonni saat ia memberi pujian pada lagu Yoongi.
"Aku suka dengan beatnya. Sudah kuduga kau memang produser handal," puji Suran-eonni.
"Tidak perlu memuji. Karyaku masih banyak cacat dan belum pantas menerima pujian dari orang lain," balas Yoongi berusaha terlihat acuh tak acuh. Namun, [Name] tidak tertipu. Ia bisa melihat dengan jelas betapa bahagianya Yoongi menerima pujian dari orang lain selain member.
"Kau terlalu rendah hati," Suran-eonni memukul lengan Yoongi main-main. "Aku akan senang sekali jika bisa bekerja sama denganmu lagi."
"Kalau saat itu tiba, aku akan sangat merasa terhormat."
"Baiklah kalau gitu," Suran-eonni membereskan barang-barangnya dengan santai sesekali melirik Yoongi dan melempar senyum padanya. "Aku harus pergi sekarang. Kita akan melakukan sentuhan terakhirnya lain waktu."
[Name] menundukkan kepalanya sopan saat Suran-eonni tersenyum kepadanya. "Aku pamit dulu, [Name]-ssi. Semoga sisa harimu menyenangkan."
Setelah suara pintu tertutup, baik [Name] ataupun Yoongi tidak ada yang memulai pembicaraan. [Name] masih merasa kesal dengan sikap Yoongi dan dengan apa yang baru saja ia saksikan beberapa saat lalu. Sementara Yoongi? Sepertinya ia sama sekali tidak tertarik memulai pembicaraan.
"Kenapa terlambat datang?" Yoongi memutar kursinya, berhadapan dengan [Name] yang kembali melipat kedua lengannya di depan dada.
"Kalau kau tidak sadar, di luar sedang hujan dan aku sempat ketiduran tadi," balas [Name] dingin. Terlihat bahwa ia tidak berniat menerus pembicaraan.
Yoongi mengamati [Name] sejenak. Memperhatikan raut wajah kekasihnya dan beradu tatap untuk beberapa saat. Ia terkekeh pelan saat [Name] memalingkan wajahnya yang memerah. Tidak tahan dengan keheningan diantara keduanya, Yoongi bangkit dari kursinya untuk menghampiri [Name]. Merasa [Name] tidak akan melihatnya tanpa dipaksa, Yoongi memilih menempatkan diri di hadapan [Name]. Ia menangkup wajah [Name] dengan kedua tangannya seraya memperlihatkan seringai nakal.
"Apa kekasihku ini cemburu pada teman duetku?" suara Yoongi dipenuhi nada jahil.
Tidak mampu memalingkan wajah seperti yang ia inginkan, [Name] hanya bisa melihat ke arah lain selain mata Yoongi. Tatapan [Name] baru kembali saat Yoongi terkekeh lucu. Tidak tahan melihat ekspresi terpana [Name], Yoongi mencubit gemas kedua pipi kekasihnya.
"Untuk apa cemburu? Titel kekasih masih belum cukup untuk membuatmu merasa aman dari ancaman gadis lain?" tanya Yoongi masih belum melepaskan senyumannya. "Aku tidak tahu kalau kekasihku begitu serakah. Haruskah aku menyematkan cincin dan berkata pada dunia kalau kau adalah calon istriku?"
"Astaga!" [Name] mencubit pergelangan tangan Yoongi menutupi rasa malunya. "Siapa kau dan apa yang kaulakukan pada kekasihku yang dingin, cuek dan tidak bermulut manis itu?"
"Tidak ada. Aku hanya baru menyadari fakta bahwa [Name] terlihat sangat menggemaskan saat cemburu," kata Yoongi. "Mungkin aku harus melakukannya lebih sering agar bisa melihat reaksimu lagi."
"Hentikan. Kau tahu aku tidak suka merasa seperti itu," [Name] mengerucutkan bibirnya kesal dengan ucapan Yoongi. Sepertinya ia harus mempersiapkan diri karena jika Yoongi sudah berkata seperti itu, ia pasti akan melakukannya suatu hari nanti.
"Baiklah, baiklah. Kau selalu merusak suasana saat aku berusaha bersikap romantis padamu," gerutu Yoongi. Tatapannya beralih pada rambut [Name] yang masih basah. "Kau ini bodoh atau bagaimana? Membiarkan rambut basah saat berada di dalam ruangan yang dingin?"
[Name] mengamati Yoongi yang sibuk membongkar isi tasnya seakan mencari sesuatu. Ia mendengar mendengus puas setelah mendapatkan apa yang ia cari. Kekasihnya kembali dengan sebuah handuk putih di tangan. Tanpa banyak bicara Yoongi mengusak rambut [Name] dengan handuk yang dipegangnya.
"Lain kali pikirkan dirimu lebih dulu sebelum merasa cemburu," nasihat Yoongi. "Seperti yang sudah kubilang, kau hanya akan merepotkanku kalau sakit sekarang."
"Memangnya kenapa kalau aku sakit sekarang?"
"Karena aku tidak akan bisa berfungsi dengan baik kalau kau tidak berada di sampingku," kata Yoongi seakan berkata bukankah-sudah-jelas-?. "Sekarang aku ingin kau mendengar lagu baruku. Sekedar catatan, kaulah yang pertama kali mendengar semua laguku. Seharusnya kau merasa bangga akan hal itu."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top