Min Yoon Gi

[Name] mengulas senyum kecil saat sosok Namjoon terlihat di balik pintu. “Aku ingin bertemu dengan Yoongi. Ia ada di dalam?”

“Masuk saja, noona. Kurasa hyung masih ada di kamarnya,” Namjoon membuka pintu lebih lebar dan menggeser posisinya, mempersilahkan [Name] untuk masuk.

[Name] tidak sempat melihat ke arah member lain. Pikirannya saat ini hanya tertuju pada Yoongi. Ia ingin bertemu dengan kekasihnya, walau mengetahui fakta Yoongi bukanlah orang yang tepat untuk tempat menenangkan diri, tapi pelukan Yoongi mampu mengusir kekhawatirannya walau hanya sejenak.

Gadis itu menggelengkan kepala saat mendapati sosok kekasihnya masih bergelung dalam selimut, menikmati hari libur yang jarang mereka dapatkan. Tanpa permisi, [Name] memasuki kamar tidur Yoongi, kemudian memaksa masuk dalam selimut dan membenamkan wajah di dada kekasihnya.

Seakan mengetahui siapa sosok yang mengganggu tidurnya, Yoongi mengeratkan pelukannya pada pinggang [Name] tanpa membuka mata.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Yoongi dengan suara serak khas bangun tidur. Tangannya sibuk memainkan helaian rambut [Name], mencoba membujuk gadisnya untuk berbicara.

“Aku hanya ingin menemuimu. Memangnya tidak boleh?” [Name] bertanya balik tanpa mengangkat kepalanya. Indra penciumannya masih sibuk menghirup dalam-dalam aroma Yoongi dari kaus yang dipakainya.

“Jangan berbohong padaku, Jagi,” balas Yoongi. “Kau tidak akan merusak mimpiku kalau tidak ada sesuatu yang mengganggumu. Kau lebih suka bermain bersama dengan Hoseok jika aku masih tidur saat kau berada di dorm.”

[Name] tidak membalas. Wajahnya terkubur semakin dalam di dada Yoongi, tangannya mencengkeram kaus yang dipakai kekasihnya saat mengingat apa yang terjadi pada seharian ini. Perlahan, isakan kecil melesak dari bibirnya.

Yoongi menjauhkan [Name] dari pelukannya. Ia menatap wajah [Name] sejenak, ibu jari dan jari telunjuknya mengangkat dagu [Name] memaksa gadis itu untuk beradu tatap dengannya. Sebenarnya, Yoongi sudah bisa menerka apa yang mengganggu [Name], tapi ia lebih suka saat gadisnya menceritakan masalahnya sendiri.

“Kau tahu aku sedang menulis cerita baru, kan?” Yoongi mengangguk. “Pagi tadi, mendadak semua ideku menguap entah kemana. Aku sudah berusaha untuk membaca ulang ceritanya, membuka lagi kerangka yang pernah kutulis, tapi tidak ada yang membuat ide yang hilang itu kembali muncul. Karena aku tahu hari ini adalah hari liburmu dan aku yakin kau masih tertidur, maka aku menelpon teman-temanku untuk pergi bersama. Siapa tahu aku bisa mendapat ide baru dengan pergi bersama mereka. Kau tahu apa yang kudapatkan?”

Yoongi masih terdiam mendengarkan. Ia tidak membuka mulutnya karena yakin bukan jawaban yang diharapkan oleh [Name], melainkan seseorang untuk mendengarkan ceritanya.

“Tidak ada satu pun dari mereka yang bisa menemaniku,” kata [Name] setengah frustasi. “Aku selalu ada di saat mereka butuh. Aku selalu berusaha menghibur mereka saat mereka frustasi, tapi kenapa saat aku membutuhkan mereka, mereka tidak ada? Kau tahu sendiri, terkadang aku lebih mementingkan temanku yang sedang sedih daripada bersenang-senang denganmu. Lalu kenapa? Apakah selama ini aku masih buruk di mata mereka, atau bagaimana?”

Yoongi kembali membawa [Name] dalam pelukannya, mengubur wajah [Name] dalam dadanya. Ia tidak pernah dikenal sebagai orang yang mampu menenangkan orang lain, bahkan seringkali ia membuat orang lain sakit hati karena ucapannya menusuk dan realistis. Namun, saat ini yang terpikirkan hanyalah memeluk [Name] lebih erat.

“Tidak ada yang salah denganmu. Kau sedang frustasi dengan tulisanmu hingga semuanya terasa salah,” bisik Yoongi. “Hal ini bukan yang pertama kalinya. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja. Kau hanya perlu menenangkan diri.”

[Name] terdiam, berusaha untuk meredakan isakannya. Ia tahu kekasihnya benar, tapi perasaan sesak yang menghimpit masih belum hilang. Namun, perlahan seulas senyum mulai terukir di bibir [Name] saat merasakan tekanan ringan pada puncak kepalanya berkali-kali, rambutnya di mainkan perlahan dan ada gestur menenangkan di punggungnya.

“Aku tahu menemuimu adalah pilihan terbaik,” kata [Name] pelan. Isakannya sudah berhenti, tapi ia masih enggan mengangkat kepalanya. “Entah bagaimana caranya kau selalu bisa membuatku lebih tenang dengan sikapmu yang dingin itu.”

“Bukan aku yang mampu menenangkanmu,” Yoongi menyapukan bibirnya di dahi [Name] lembut. “Tapi kau yang sangat mencintaiku sampai pelukan ringan mampu membuatmu terbang dan melupakan semua masalahmu.”

[Name] memukul punggung Yoongi bercanda. “Dasar narsis.”

Yoongi terkekeh pelan. “Kau ingin tahu apa yang kulakukan jika sedang frustasi karena tidak bisa menyelesaikan lirik?”

“Apa?”

“Tidur,” [Name] yakin Yoongi tengah menyeringai kecil saat menyebutkan kegiatan favoritnya. “Dan sebagai hukuman karena sudah merusak mimpiku, kau harus menemaniku tidur sampai besok pagi.”

Tidak ada yang bisa [Name] lakukan selain menuruti keinginan Yoongi, toh ia juga masih tidak rela melepaskan diri dari kukungan kekasihnya.

“Sekarang cepat pejamkan matamu sebelum Jin-hyung menyelesaikan makan malamnya,” Yoongi meraih tangan [Name], kemudian menautkan jemari mereka. “Ingat satu hal, Jagi. Apapun yang terjadi, aku akan selalu bersamamu. Karena itu datanglah padaku lebih dulu sebelum mengandalkan orang lain, kau mengerti?”

Perubahan tata bahasa memang disengaja karena aku merasa gak dapetin respon yang bagus pas pakai tata bahasa yang kekinian...

Semoga kalian suka dengan perubahan tata bahasanya ya..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top