Kim Tae Hyung

Ruang tengah dorm Bangtan dipenuhi oleh teriakan asyik para maknae yang begitu bersemangat menekan berbagai tombol untuk memenangkan permainan. Taehyung dan Jungkook berulang kali bertarung sengit dan saling sikut agar bisa mendapat titel pemenang. Sialnya, [Name] harus terjebak ditengah keributan yang tidak ia inginkan.

[Name] memainkan helaian rambut Taehyung saat kekasihnya masih terfokus pada layar televisi. Ia tengah merebahkan diri di sofa, sementara Jungkook dan Taehyung berada di depannya dan Jimin duduk di salah satu kursi sambil memperhatikan dua dongsaengnya.

“Hey, Taehyungie,” panggil [Name] saat Taehyung menyerahkan stik yang ia pegang pada Jimin.

Taehyung menoleh dengan cengiran khasnya. “Ada apa?”

Bukannya menjawab, [Name] bungkam. Jarinya masih belum berhenti memainkan helaian rambut Taehyung, walaupun si Pemilik sudah beradu tatap dengannya. Gadis itu terlihat ragu untuk mengucapkan apa yang tengah ia pikirkan.

“Kenapa Jagi?” tanya Taehyung lagi. Dahinya mengerut heran setengah khawatir saat [Name] menghela nafas berat. “Jagi, jangan katakan kalau kau menyukai Hobie-hyung lebih daripada diriku? Jangan-jangan kalian sudah menjalin hubungan tanpa sepengetahuanku!?”

Bantal sofa langsung beradu dengan wajah Taehyung tepat saat ia menyelesaikan kalimatnya. Bibirnya langsung tertarik membentuk senyuman lebar saat mendapati kekasihnya berwajah masam.

“Maaf, maaf. Aku hanya bercanda,”gurau Taehyung sambil mencuri satu ciuman di pipi [Name].

“Tidak lucu,” sahut [Name] ketus. “Tapi aku memang sangat menyukai Hoseok-oppa. Ia terlihat sangat keren dan seksi saat menari. Bagaimana menurutmu, Taehyungie?”

Taehyung cemberut, sama sekali tidak senang dengan pengakuan yang baru saja dibuat oleh kekasihnya. “Menurutku, aku harus menjauhkanmu dari pesona Hobie-hyung sebelum cintamu berpaling padanya. Ayolah, Jagi... apa yang akan kulakukan kalau Hobie-hyung merebutmu dariku? Kau mau melihatku menderita lalu menenggelamkan diriku? Tidak, kan? karena itu jangan tinggalkan aku.”

[Name] kembali memukul wajah Taehyung dengan bantal sofa. Tidak habis pikir bagaimana bisa kekasihnya memiliki imajinasi yang terlalu liar tentang dirinya dan Hoseok-oppa. Walaupun pada kenyataannya ia tidak akan menolak kesempatan bersama dengan member paling ceria itu, kalau saja Taehyung tidak menawan hatinya lebih dulu.

“Pikiranmu itu terlalu liar. Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu,” ucap [Name]. “Tapi kau harus berjanji akan menjawabnya dengan jujur.”

“Baiklah,” Taehyung merubah posisi duduknya melihat betapa seriusnya [Name] saat ini. Ia meraih tangan [Name], mencoba menenangkan pikiran apapun yang mengganggu gadisnya saat ini.

“Pilih salah satu. Gucci atau aku?” tanya [Name].

“Dirimu,” jawab Taehyung tanpa pikir panjang.

“Game atau aku?”

“Game.”

Dahi [Name] mengerut tidak suka dengan jawaban yang diberikan, namun ia tetap berusaha terlihat tidak terpengaruh dengan ucapan Taehyung.

“Musik atau aku?”

“Musik.”

“ARMY atau aku?”

“ARMY.”

Kedua tangan [Name] terlipat di depan dada, masih tetap berusaha untuk tidak terlihat terpengaruh, walau pada kenyataannya jawaban yang Taehyung berikan mampu membuatnya merasa kesal dan tidak dihargai. Ia bahkan tidak menang dari game yang biasa ia mainkan bersama Jungkook!

“Jelaskan alasannya,” tuntut [Name] dengan nada ketus.

Taehyung tersenyum lebar seraya terkekeh dalam hati melihat sikap menggemaskan kekasihnya. Rasanya Taehyung ingin mengunci [Name] di suatu tempat hingga tidak ada orang yang bisa menemukannya lalu mencubit pipi kekasihnya itu keras-keras, biar tahu rasa karena sudah bertingkah begini imut di hadapannya.

“Jelaskan yang mana?”

“Semuanya.”

“Aku memilih game karena saat kau tidak ada bersamaku, aku selalu merindukanmu. Apa kau tidak tahu rasanya begitu menyiksa saat kau sedang merindukan kekasihmu, tapi ia tidak ada untuk memberikanmu pelukan? Jadi aku harus mengalihkan pikiranku darimu walau hanya sejenak. Aku juga memilih musik karena alasan yang sama. Lagipula, kalau aku tidak menyukai musik dan tidak bergabung bersama Hyungdeul dan Jungkook, mungkin aku tidak akan pernah bertemu denganmu, kan?

“Dan ... bukankah alasannya sudah jelas kenapa aku memilih ARMY?” Taehyung menghela nafas saat [Name] menaikkan sebelah alisnya, menuntut jawaban yang jelas. “Aku memilih ARMY karena kau adalah seorang ARMY, kan? Kalau bukan karena ARMY, aku mungkin tidak akan jatuh cinta padamu. Semua ARMY adalah orang yang sangat berharga bagiku, tapi kau tetap yang nomor satu.”

“Jahat!” seru [Name]. Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangan, tidak membiarkan kekasihnya melihat ekspresinya saat ini. “Mengatakan sesuatu yang manis seperti itu. Apa kau tidak memikirkan bagaimana detak jantungku? Bagaimana kalau jantungku berhenti berfungsi karena terlalu gugup, hah!?”

Cengiran Taehyung kembali melebar. Ia menerjang [Name] dengan pelukannya, melupakan kedua sosok yang memandang mereka dengan tatapan geli setengah jijik. Ayolah ... melihat sahabatmu bermesraan dengan kekasihnya saat kau sedang tidak menjalin hubungan dengan siapapun bukanlah pemandangan yang menyenangkan, kan?

“Aish, Jagi. Kalau wajahmu masih tetap seperti apel, aku akan menggigitmu,” ancam Taehyung dengan nada setengah serius.

Bukannya memadam, semburat merah di wajah [Name] malah semakin terlihat. Tanpa pikir panjang, Taehyung menggigit pipi [Name] seperti yang sudah dikatakannya beberapa saat lalu. [Name] tidak memiliki tempat lain untuk bersembunyi selain mengubur wajahnya di dada Taehyung.

“Astaga ... kalian bisa bermesraan di tempat yang lebih privasi. Kami tidak perlu melihat seberapa romantisnya kalian,” gerutu Jimin yang masih belum mengalihkan perhatiannya dari layar televisi.

Taehyung langsung menggendong [Name] setengah berlari ke arah kamar tidurnya. Sebelum menutup pintu dengan kaki, ia sempat berteriak. “Jangan protes kalau kami berisik ya!”

Jimin menggelengkan kepala pasrah mendengar ucapan Taehyung. Sudut matanya mendapati Jungkook tengah memiringkan kepala penuh tanda tanya ke arahnya.

“Apa yang akan dilakukan Tae-hyung?”

“Bukan sesuatu yang harus kauketahui sekarang Jungkook-ah. Cepat perbesar volume televisinya sebelum aku melaporkan hal ini pada Jin-hyung.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top