Kim Tae Hyung
[Name] terbangun saat merasakan wajahnya bersentuhan dengan sesuatu yang lembut berulang kali. Ia mengerang kesal karena terganggu dengan ulah siapapun yang berniat membangunkannya.
“Jagiii... ayo bangun. Aku tidak ingin kau menghabiskan ulang tahunmu hanya dengan tertidur,” [Name] tersenyum kecil saat suara berat yang sangat familiar menyapa indra pendengarannya.
Gadis itu membuka sebelah matanya dan hal yang pertama ia lihat adalah cengiran lebar khas Kim Taehyung. Ia langsung disambut dengan pelukan hangat dan ciuman di pipi. [Name] berusaha memberontak dalam pelukan Taehyung karena ia mulai sesak dengan pelukan kekasihnya yang terlalu erat.
“Kau ingin membunuhku di hari ulang tahunku?” suara [Name] tertahan karena wajahnya berhadapan langsung dengan dada Taehyung.
“Tidak, tidak,” Taehyung menggeleng semangat. “Aku akan membuatmu menjadi gadis paling bahagia yang pernah ada di dunia ini.”
Sebelah alis [Name] terangkat curiga. Ia sangat mengenal kekasihnya dan cengiran penuh arti itu selalu membawanya pada masalah. [[Name]] semakin merasa waspada saat Taehyung menatapnya dengan tatapan sok polos yang biasa Jungkook lemparkan padanya ketika ingin sesuatu.
“Apa yang kau lihat?” Taehyung menarik tangan [Name], memaksa gadis itu bangkit dari posisi nyamannya di tempat tidur. “Cepat bersiap. Aku tidak ingin kita terlambat untuk hadiahmu.”
Tidak ada yang bisa [Name] lakukan selain menuruti keinginan kekasihnya. Gadis itu langsung mengganti piamanya dengan pakaian santai yang selalu ia pakai saat kencan dengan Taehyung. Berbagai macam kemungkinan tentang apa yang akan dilakukan oleh Taehyung terlintas di benak [Name]. Awas saja kalau sampai kekasihnya yang setengah waras itu menghancurkan hari ulang tahunnya.
“Kita akan pergi ke mana?” tanya [Name] saat ia menemukan Taehyung duduk manis di ruang tengah. “Aku tidak ingin pergi ke restoran mahal atau kau menyewa suatu tempat hanya untuk kita.”
“Aku tidak akan melakukan hal yang tidak kau suka di hari ulang tahunmu ini,” Taehyung menghampiri [Name] dengan sesuatu dalam genggamannya. Ia menjulurkan sebuah kotak dan memaksa gadis itu untuk menerimanya. “Buka. Itu memang bukan hadiahmu, tapi kau membutuhkan itu untuk mendapatkan hadiahmu nanti.”
Dahi [Name] mengernyit, sedikit berharap tidak menemukan cincin saat ia membuka kotaknya. Alisnya kembali terangkat saat ia melihat sebuah kunci. [Name] mengambil kunci itu dan mengacungkannya di depan wajah Taehyung.
“Kunci? Kuharap kau tidak memberiku mobil sebagai hadiah, Taetae,” ucap [Name] setengah memohon.
Taehyung tertawa kecil seraya menggelengkan kepala. “Tidak, tidak. Kemampuanmu mengemudi sama buruknya dengan kemampuan rapku. Aku tidak akan memberikan kunci kendaraan untukmu, tidak akan pernah. Aku hanya akan membiarkanmu mengendarai mobil ketika seluruh member membiarkan Namjoon-hyung menyentuh setir.”
“Aku tidak butuh ejekanmu. Sekarang katakan padaku, kunci apa ini? Dan jangan merayuku dengan berkata kalau kunci ini adalah kunci untuk membuka hatimu,” ancam [Name]. Ia menurut saat Taehyung membawanya keluar rumah.
Taehyung nyengir. “Bagaimana kau bisa mengetahui apa yang ingin kukatakan?”
“Karena aku sudah menjadi temanmu sejak kecil, sahabatmu sejak sekolah menengah dan menjadi kekasihmu selama dua tahun. Kepalamu sama transparannya dengan kaca. Jadi, untuk apa kunci ini?” [Name] sama sekali tidak terkejut saat Taehyung meraih tangannya dan menautkan jemari mereka.
“Aku tidak akan memberitahumu. Kau harus melihatnya sendiri,” Taehyung memajukan wajah dan menempelkan bibirnya di pipi [Name] lama.
[Name] menggerutu kecil saat ia tidak berhasil mendapatkan jawaban yang ia inginkan dari kekasihnya. Ia melempar pandangan ke arah lain, berusaha mengetahui ke mana mereka akan pergi dengan jalan yang dilalui, tapi nihil. Ia payah dalam mengingat jalan dan jalan yang mereka lalui tidak terlalu familiar dengannya.
“Taetae-ah, sebenarnya kita mau ke mana?” tanya [Name] yang mulai kesal karena kekasihnya tidak juga menjawab pertanyaannya.
“Kita akan pergi ke tempat hadiahmu berada,” Taehyung mengangkat tangannya yang masih menggenggam tangan [Name] lalu mencium punggung tangan gadisnya. “Bersabarlah sedikit. Hadiahmu tidak terlalu jauh. Aku memilih tempat yang sangat strategis untuk hadiahmu.”
[Name] bungkam. Dahinya mengernyit sebal dan tidak ingin menatap Taehyung walaupun tidak melepaskan genggaman tangan mereka. Ia hanya menanggapi pertanyaan Taehyung dengan satu kata, berharap dengan cara seperti ini ia mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang sudah menghantui pikirannya sejak mereka keluar rumah.
“Kita sudah sampai,” seru Taehyung seraya menghentikan langkah kakinya.
Mereka berhenti di depan gedung berwarna putih yang tidak terlalu besar, tapi [Name] yakin bagian dalamnya cukup luas. Hanya ada satu jendela di dekat pintu dan tanaman hias di pekarangan gedung. Tempat ini hampir mirip seperti rumah, tapi [Name] yakin Taehyung tidak mungkin membelikannya rumah saat ia masih memiliki rumah.
“Buka pintunya dengan kunci yang kuberikan,” suruh Taehyung dengan mendorong punggung [Name] lembut.
Gadis itu menuruti suruhan kekasihnya dan benar saja, pintu itu terbuka. Hal yang pertama kali [Name] lihat saat menginjakkan kaki di bagian dalam gedung itu adalah kegelapan. Matanya masih belum terbiasa dengan suasana sekitar hingga Taehyung menyalakan lampu ruangan.
Seperti dugaannya, bagian dalam gedung itu cukup luas, tapi bukan itu yang menjadi perhatian [Name]. Matanya menangkap lampu sorot dan berbagai macam alat yang sudah sering ia lihat saat Taehyung memintanya untuk ikut ke pemotretan mereka, ada dapur dan meja makan di sudut lainnya, di dekat pintu masuk ada ruangan lain berwarna putih yang berisi komputer, sofa dan speaker dan di sebelah dapur ada ruangan gelap tempat ia bisa mencetak foto. Keseluruhan gedung berwarna putih dan masih banyak ruang kosong yang perlu diisi, tapi [Name] sudah sangat bahagia melihat hadiah dari Taehyung.
“Kau memberikan studio sebagai hadiah?” tanya [Name] setengah tidak percaya.
Taehyung menghampiri [Name], memeluk pinggang gadisnya yang masih terpaku di tengah ruangan. Ia menyandarkan dagunya di bahu [Name], menempelkan bibirnya sejenak di pipi gadisnya.
“Bagaimana, kau suka?” tanya Taehyung.
“Kau bercanda? Ini adalah hadiah paling menakjubkan yang pernah kuterima seumur hidupku,” [Name] berbalik, sekarang ia berhadapan dengan Taehyung yang memamerkan cengiran khasnya. “Terima kasih banyak Taetae. Aku sangat menyukainya.”
“Aku tahu kau akan menyukainya.”
“Kenapa kau memberikan studio ini padaku? Padahal hanya menghabiskan waktu berdua denganmu saja sudah menjadi hadiah yang luar biasa untukku,” ucap [Name]. Gadis itu berdiri dengan jari-jari kakinya, melingkarkan lengannya di leher Taehyung lalu mencium pipi kekasihnya.
“Karena aku tidak ingin membuatmu mati bosan karena menungguku. Sebentar lagi kami akan memulai tur dan aku tidak ingin kau hanya menghabiskan waktumu di rumah. Lagipula kau selalu berkata ingin studio dan aku ingin mewujudkan keinginanmu,” Taehyung terkekeh pelan saat mendapati sirat bahagia dan kagum saat mereka beradu tatap. “Suga-hyung banyak membantuku, mengingat ia sering sekali membawa kameranya ke manapun kami pergi. Aku kan tidak terlalu mengerti tentang fotografi.
“Aku sengaja membiarkan bagian dalamnya kosong dan hanya mengisi beberapa sudut dengan barang yang direkomendasikan oleh Suga-hyung. Kau bisa mengisi studio ini dengan apapun yang kau inginkan. Katakan saja padaku dan aku akan menyeret Jimin dan Jungkook agar mengangkut barangnya untukmu.”
[Name] menggeleng kecil. Ia tidak bisa lebih bahagia saat kekasihnya dengan jelas memperlihatkan perhatian dan kasih sayangnya. Ia mengeratkan pelukannya, menyandarkan kepala di dada Taehyung.
“Aku sangat mencintaimu Taetae,” bisik [Name].
Taehyung tersenyum lebar. “Tentu saja kau harus mencintaiku Jagi. Membujuk Suga-hyung keluar dari studio dan membawanya berjalan mengelilingi toko bukan hal yang mudah. Kau harus sangat-sangat mencintaiku sebagai balasannya.”
[Name] tertawa kecil lalu mendongak. “Baiklah, baiklah. Aku sangat-sangat mencintaimu. Kau puas?”
“Sangat puas.”
Keduanya terdiam untuk beberapa waktu, menikmati momen yang sebentar lagi akan sulit untuk mereka dapatkan. Taehyung menyandarkan dagunya di puncak kepala [Name], sesekali memainkan helaian rambut gadisnya. [Name] juga masih tetap nyaman dengan posisinya, seraya mengusap punggung Taehyung, hingga ia teringat dengan satu hal.
“Omong-omong, Taetae-ah?”
“Ya, Jagi?”
“Setelah turmu selesai nanti, kau harus menyisihkan banyak waktu untukku, mengerti? Ah, dan tolong seret semua member bersamamu,” pinta [Name] dengan tatapan memohon yang selalu berhasil membuat Taehyung menuruti semua keinginannya.
“Untuk apa?”
“Kalian semua harus menjadi modelku nanti. Sejak menjadi penggemarm kalian, aku selalu ingin menjadikan kalian sebagai modelku, bagaimana?”
“Tentu saja. Keinginanmu adalah perintah untukku, Jagi,” ucap Taehyung. “Tapi kau juga harus bersiap kehilangan calon suamimu karena membujuk monster penghancur dan beruang hibernasi itu akan mengancam keselamatan jiwaku.”
Happy birthday for my one and only younger sister... Semoga bikin baper ya..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top