Jung Ho Seok
Hoseok menjatuhkan badannya di bangku, bersiap menuju alam mimpi setelah gladi selesai. Memang masih banyak yang harus ia lakukan untuk persiapan konser nanti, tapi bertemu dengan gadisnya dalam mimpi terdengar lebih menggoda dari apapun.
“Hobi-hyung terlihat tidak bersemangat akhir-akhir ini. Ada apa hyung?” suara Jimin memaksanya untuk membuka mata dan menyunggingkan senyum paksa.
“Tidak ada apa-apa, Jimin-ah,” balas Hoseok. Ia mengibaskan tangannya isyarat menyuruh Jimin untuk pergi. “Kenapa belum berganti baju? Ganti kostummu baru setelah itu ganggu aku lagi.”
Jimin memiringkan kepala dengan sikap hyungnya. “Sejak kapan Hobi-hyung menolak untuk berbicara denganku?” batin Jimin. Laki-laki kelahiran Busan itu hanya mengangkat bahu lalu melakukan apa yang disuruh oleh Hoseok.
Hoseok sedikit tersenyum saat suara langkah kaki Jimin terdengar menjauh, tapi keberuntungan tidak berpihak padanya hari ini karena ia mendengar langkah kaki lain mendekatinya. Ia menggenggam erat tangan yang mengusap kepalanya. Saat ia membuka mata, Hoseok tidak terkejut saat mendapati Jungkook yang memainkan rambutnya.
“Akhir-akhir ini Hobi-hyung selalu lemas. Kupikir ada masalah dengan makanan atau ia sedang frustasi karena tidak bisa menguasai koreo. Tapi ternyata, Hobi-hyung hanya merindukan [Name]-noona,” kata Jungkook pada kamera yang dipegang oleh V.
“Matikan kameranya,” suruh Hoseok.
Mendengar keseriusan di suara Hoseok, V tidak memiliki pilihan lain selain menurunkan kameranya, kemudian pergi mencari target lain yang bisa ia jahili, mungkin Namjoon akan menjadi target selanjutnya. Sebelah alis Jungkook terangkat heran dengan sikap Hoseok, namun ia menggelengkan kepala paham dengan alasan dibalik sikap ini.
“Apa hyung benar-benar merindukan [Name]-noona?” tanya Jungkook sembari mendudukkan dirinya di kursi sebelah Hoseok. “Kalau memang merindukan noona, kenapa tidak menelpon?”
“Dia juga sibuk dengan sekolahnya, Jungkook. Aku tidak bisa menelponnya kapanpun aku mau,” balas Hoseok. “Bisa jadi saat aku menelponnya, ia sedang tertidur atau mengerjakan tugasnya. Aku tidak ingin mengganggu.”
Tiba-tiba Jimin datang sambil membawa sebotol minum. Bajunya sudah berganti dengan kostum untuk konser. Mungkin ia mendengar pembicaraannya dengan Jungkook karena itulah ia menghampiri mereka.
“Aku rasa [Name]-noona tidak akan keberatan kalau hyung menghubunginya sekarang. Maksudku, kalian sudah lama tidak bertatap muka dan besar kemungkinannya [Name]-noona juga merindukan hyung, kan?” usul Jimin mencoba untuk menaikkan semangat hyung yang paling ceria itu.
“Biarkan saja. Jangan sampai [Name] merasa terganggu karena rasa rinduku,” kata Hoseok sebelum memejamkan matanya. “Hanya tinggal beberapa konser dan wawancara lagi, setelah itu aku bisa bertemu dengannya.”
Jungkook dan Jimin berpandangan sejenak. Jungkook menunjuk ponselnya kemudian menunjuk Hoseok yang tengah terpejam lalu menunjuk dirinya sendiri dan Jimin. Sempat kebingungan dengan isyarat dari Jungkook, tapi setelah beberapa saat Jimin berdiri meninggalkan Hoseok, sementara Jungkook mengekori hyungnya.
“Emangnya hyung punya kontak [Name]-noona?” tanya Jungkook sangsi.
“Punya. Hobi-hyung yang ngasih tahu pas ponselnya mati,” jawab Jimin tanpa mengalihkan perhatiannya dari ponsel.
Beberapa lama kemudian, wajah [Name] sudah terpampang di ponsel Jimin. Gadis itu terlihat kelelahan, bahkan keduanya bisa melihat kantung mata tebal berada di bawah mata [Name]. Saat [Name] melambaikan tangannya ke arah kamera, Jimin dan Jungkook tersenyum.
“Tumben videocall, ada apa Jimin?” tanya [Name].
“Ano ... Hobi-hyung lagi gak bersemangat, katanya rindu sama noona tapi takut gangguin noona. Makanya kita nelpon noona, siapa tahu noona gak sibuk. Noona lagi gak sibuk, kan?” tanya Jimin. Matanya bergerak memeriksa keadaan ruangan yang [Name] tempati, senyuman puas terlihat saat [Name] menggeleng.
“Gak kok. Kalo gitu, aku boleh ngomong sama Hobi?” tanya [Name] lagi.
Jimin dan Jungkook langsung terburu-buru menemui Hoseok. Mereka mendengar [Name] terkekeh saat melihat Hoseok yang tertidur meringkuk di atas kursi sempit. Jungkook kembali mengusap kepala Hoseok, mencoba membangunkan hyungnya dengan cara lembut.
“Sudah kubilang kalau Hobi-hyung merindukanmu noona,” ucap Jungkook dengan suara yang sengaja dikeraskan. Ia tersenyum lebar saat Hoseok membuka matanya dan perlahan mengulas senyum saat menyadari wajah [Name] di ponsel Jimin.
“Kami akan meninggalkan kalian berdua,” ucap Jimin sambil menyeret Jungkook pergi bersamanya.
“Apa kabar Hobi? Kamu baik-baik aja kan? Makan dan istirahatnya cukup? Aku gak mau kamu kenapa-napa karena aku gak bisa ada di sana,” [Name] tersenyum ke arah Hoseok, memulai pembicaraan karena merasa kekasihnya masih terkejut. “Kamu kalau kangen sama aku kan bisa telepon. Aku gak akan pernah ngerasa keganggu kalau itu kamu.”
Hoseok mengacak rambutnya salah tingkah. “Aku kangen banget sama kamu, Jagi.”
“Aku juga kangen sama kamu,” [Name] melemparkan ciuman ke arah Hoseok. “Tapi jangan sampai kecapean gini. Aku juga ikut sakit kalau kamu gak bersemangat kayak gini.”
Hoseok tersenyum tipis. “Aku bisa apa, Jagi. Kamu tahu sendiri aku gak akan bisa berfungsi dengan baik kalau kamu gak ada di samping aku.”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top