Jeon Jung Kook

Terpesona.

Itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang dirasakan oleh Jungkook sekarang. Sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Ia terus memerangkap sosok itu dalam pandangannya, tidak membiarkan gadis itu melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya. Astaga... sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Ini pertama kali ia tidak bisa mengalihkan pandangan dari seorang gadis seolah gadis itu sudah berubah menjadi pusat dunianya.

“Sepertinya aku mulai gila sekarang,” keluh Jungkook sambil mengusak kepalanya.

Ini semua terjadi karena kejadian waktu itu. Kesalahan kecil yang Jungkook lakukan membuatnya terjerat dengan pesona gadis itu.
Sore itu Jungkook memilih untuk pergi ke salah satu ruang musik, mengingat hari itu ia tidak ada jadwal manggung dan hyung tertuanya sudah memberi izin untuk berada di sekolah lebih lama. Niat awalnya, Jungkook ingin melatih lagi kemampuannya bermain piano. Namun, alih-alih meningkatkan kemampuannya bermain piano, Jungkook malah mendengar alunan merdu biola.

Penasaran dengan sosok yang mampu menghasilkan nada seindah itu, Jungkook memilih untuk mengintip dari balik pintu, tidak ingin merusak konsentrasi siapapun yang tengah memainkan jari-jarinya di atas senar.

Diluar ekspektasinya, Jungkook menemukan sosok gadis yang terlihat begitu cantik di matanya. Jemari gadis itu bergerak lincah, matanya terpejam seolah menghayati setiap gesekannya, sinar matahari sore yang masuk lewat jendela hanya mempercantik gadis itu di mata Jungkook. Satu kata untuk menggambarkan gadis itu. Memesona.

Karena tidak ingin ketahuan sedang mengintip orang lain, Jungkook langsung pergi saat alunan musiknya berhenti. Ya, ia pergi tanpa sempat bertukar nama atau mendengar suara gadis itu. Sedikit menyesal memang, bahkan ia sempat dimarahi oleh Yoongi-hyung karena keputusannya, tapi setidaknya ia bisa memandangi gadis pujaannya dari jauh.

“Bagaimana? Kau sudah bisa berbicara padanya?” isi pesan dari Yoongi-hyung membuat Jungkook mencebik kesal.

Jari-jarinya bergerak cepat untuk membalas. “Hyung tahu sendiri aku tidak terbiasa berbicara dengan seorang gadis. Bagaimana kalau aku gugup saat berbicara dengannya? Atau bagaimana ia malah tidak mengenalku?”

Balasan hyungnya datang kurang dari dua menit. “Kalau begitu biasakan. Lebih baik gugup saat berbicara dengan gadis itu daripada melihatnya dengan laki-laki lain dengan penyesalan seumur hidup, kan? untuk informasi saja, teman-teman sekolahmu pasti mengenal siapa dirimu.”

“Hyung gimana sih? Kalau aku bicara dengannya sambil gugup, bukankah ia malah tidak suka denganku? Lagipula, kenapa hyung jadi kesal sendiri? Punya kekasih saja tidak,” balas Jungkook.

Sesaat pesan itu terkirim, rasa menyesal menyelimuti Jungkook. Bukan, ia menyesal bukan karena memikirkan apakah hyungnya akan sakit hati membaca pesannya, ia menyesal karena takut saat memasuki dorm, kepala dan badannya sudah terpisah lantaran membuat kesal hyungnya yang terkenal dingin itu.

“Dasar bocah tidak tahu terima kasih,” nah benar kan. Jungkook sepertinya harus rela kehilangan salah satu anggota tubuhnya saat ia pulang nanti. “Beruntung, aku yang memberimu nasihat. Bagaimana kalau Namjoon atau Hoseok? Gadis itu akan menganggapmu mimpi buruknya seumur hidup tahu.”

Jungkook menahan diri untuk tidak terkekeh pelan membaca pesan Yoongi-hyung. Benar juga, walaupun memiliki cara bicara yang lebih baik daripada Yoongi-hyung, tapi Jungkook ragu kalau nasihat yang diberikan oleh Namjoon-hyung dan Hoseok-hyung akan meluluhkan gadis itu.

“Baiklah. Sekarang apa yang harus kulakukan, hyung?” tanya Jungkook akhirnya mengalah.

“Yang pertama kau harus tahu namanya. Setelah itu katakan padanya bagaimana perasaanmu. Mungkin kalau kau sudah merasa lebih berani dan ingin bersamanya lebih lama, ajak saja gadis itu untuk berkencan. Pastikan gadis itu sendirian dan jangan gugup! Tidak perlu takut ditolak, kau akan menjadi pengecut seumur hidupmu kalau memikirkan hal itu.”

Jungkook menggelengkan kepala heran, tidak percaya hyungnya yang mirip mayat hidup itu mampu merangkai begitu banyak kata dalam waktu singkat. Ia berdiri, menghampiri gadis pujaannya yang tengah membaca buku. Tidak lupa Jungkook menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk tidak mempermalukan dirinya sendiri.

“Boleh aku mengganggumu?” ucap Jungkook membuyarkan konsentrasi gadis itu.

Gadis itu mengangkat kepala lalu tersenyum saat Jungkook duduk di hadapannya. “Ah, Jungkook-sshi, tentu saja. Ada yang bisa kubantu?"

“Tentu,” Jungkook mengangguk kecil, masih merasa gugup saat berhadapan dengan gadis itu. “Kau sudah mengetahui namaku. Maafkan aku karena kita sudah menjadi teman sekelas hampir setahun, tapi masih tidak bisa mengingat namamu. Kalau kau tidak keberatan, boleh aku tahu siapa namamu?”

“[Name]. Namaku [Name]. Aku memakluminya kok. Tidak perlu khawatir,” gadis bernama [Name] itu tertawa kecil. “Apa hanya itu yang ingin kau tanyakan?”

Jungkook menggeleng. “Sebenarnya, aku terpukau dengan kemampuanmu bermain biola, seakan aku mendengar alunan musik yang dimainkan oleh malaikat dan aku tertarik padamu. Kurasa aku ingin lebih mengenal dirimu. Apakah aku bisa bertemu denganmu malam ini? Kalau kau tidak keberatan tentu saja.”

“Aku juga ingin mengenalmu dengan lebih baik,” [Name] mengangguk setuju dengan ajakan Jungkook.

“Bersiaplah [Name]-sshi. Karena setelah kencan itu berakhir, kau yang akan terpesona sampai jatuh cinta padaku.”

Well... Kuki yang baru lulus still amaze me.. Gila, kabrnya cuma nilai inggris doang yang 30 sisanya diatas 8.. Uri kuki jjang..

Dan teaser yg dikeluarin big hit suskses bikin daku natap hp dan muter otak berulang kali karena teori baru.. Damn big hit!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top