Royal Black Army

sebuah kereta kuda berjalan pelan melewati jalan setapak, di kanan serta kiri kereta kuda itu hanya pemandangan hutan yang terlihat. Hari sudah mulai pagi dan matahari masih terlihat malu-malu menunjukkan wujudnya. Beberapa kali roda kereta kuda itu tak sengaja melewati batu kecil hingga sedikit bergoncang dan membuat seseorang di dalam kereta itu terbangun.

"ugh...badanku sakit sekali," keluhnya sambil berlahan membuka matanya dan memposisikan tubuhnya untuk mencari posisi yang nyaman.

Eva, gadis itu mengusap kepalanya yang agak pusing sebelum menyadari kalau kedua tangannya tengah dirantai menyambung hingga lehernya. Matanya terbelalak sedetik kemudian.

"Apa ini! Siapa yang merantai tanganku. Aku dimana!?" pekik Eva panik. ia mencoba melepaskan rantai tersebut, tapi sia-sia karna rantai itu sangat kuat.

Ia merasa sangat takut sekali, ia arahkan pandangannya ke segala arah. Banyak tumpukan benda-benda tersebunyi yang tidak dia ketahui isinya apa dan hanya ada sedikit sinar matahari menyinari dari celah-celah kecil kayu disana.

Beberapa saat Eva kembali merasakan goncangan kecil disana, gadis itu menyimpulkan bahwa ia saat ini tengah berada dalam sebuah kereta. Kemudian ia merenung memandangi celah-celah kecil tempat sinar matahari berada.

"tapi kenapa aku bisa berada disini? bukannya terakhir kali seingatku aku jatuh di hutan ya," pikir Eva.

Ia mencoba mengingat-ingat kejadian yang dia alami sebelumnya tapi tak satupun ingatan yang muncul, yang dia tahu cuma namanya saja tanpa marga apapun dibelakangnya. Dia merasa kehilangan ingatannya.

"jangan-jangan aku diculik!?" gumam Eva pelan dengan keringat dingin mengalir di keningnya. Wajahnya perlahan mulai memucat.

"aku harus keluar dari sini,"

Gadis itu pun mulai meraba-raba dinding kayu kereta itu, mencari celah yang pas agar ia bisa keluar dari sana. Ia berdiri dan berjalan pelan mencarinya. Tapi tak lama sebuah goncangan kembali muncul dan membuatnya terjatuh, kereta kuda itu tiba-tiba berhenti. Sang gadis meringis kecil lalu kembali memposisikan dirinya untuk duduk.

pintu kereta kuda terbuka menampakkan sinar matahari yang langsung masuk kedalamnya, sehingga Eva harus menyipitkan matanya agar bisa menyesuaikan dengan cahaya matahari itu.

"Sudah bangun rupanya," suara seorang pria paruh baya terdengar di telinga Eva, siluet pria paruh baya itu sangat jelas terlihat tapi Eva tidak bisa melihat wajahnya karna terhalang cahaya matahari.

pria itu mendekatinya dan menarik rantai ditangannya seperti hewan peliharaan. "Cepat keluar, kita sudah sampai,"

Eva hanya bisa mengikuti dengan patuh, toh dia tidak bisa kabur lagi. Saat ia menapaki tanah pemandangan pertama yang dia lihat adalah rumah-rumah penduduk yang berjejer rapi. Menurut Eva ia sekarang berada di desa karna suasananya terlihat asri dan damai. Banyak para penduduk terlihat berlalu lalang melakukan aktivitas masing-masing.

"Sungguh tempat ini sangat indah sekali,"

Eva diminta pria paruh baya itu untuk berjalan duluan, dengan terpaksa Eva mengikutinya. Matanya memandang sekeliling dan ada beberapa penduduk yang memperhatikannya lalu berbisik-bisik. sepanjang perjalanan banyak pasang mata yang menatapnya, suara riuh antara penjual dan pembeli terdengar ketika Eva memasuki area gerbang.

Gadis itu menoleh kesekitarnya bahkan banyak panji-panji emas dengan simbol bintang hitam berkibar disana. Eva mendongak matanya menangkap sebuah istana yang sangat tinggi dan megah berdiri kokoh, sebentar lagi ia akan melewati gerbang istana dan di samping kanan kiri gerbang terdapat para pengawal.

"tuan, sebenarnya kita dimana?" tanya Eva dengan heran. Masalahnya banyak sekali panji-panji emas dengan simbol bintang hitam yang terpasang di tiang setiap perjalanan Eva bahkan sampai berada di atas gerbang istana.

"kita berada di wilayah Royal Black Army," sahut pria paru baya itu sekedarnya.

"Royal Black Army? Aku belum pernah mendengar nama tempat seperti itu. Andai aku tidak kehilangan ingatanku, aku pasti sudah kabur dari sini," pikir Eva pasrah, dia tidak tahu lagi bagaimana nasib kedepannya.

Tanpa sadar Eva sudah berada di depan gerbang istana, kedua pengawal yang berjaga tampak berbicara dengan pria paruh baya itu kemudian salah satu pengawal membukakan gerbang, Eva melangkahkan kakinya memasuki area istana dengan takut.

istana di hadapannya sangat besar sekali, bahkan di depan istana itu terdapat patung singa yang sangat besar setinggi 2 meter. Isi dalam istana juga tak kalah bagus dan megah, semua perabotannya terbuat dari emas. Eva meneguk selivanya, ia merasa tak pantas berada di tempat yang mewah ini.

Tidak terasa mereka sampai di ruangan Aula istana, tempat dimana biasanya sang Raja berdiskusi atau berkumpul dengan orang-orang kepercayaannya. Disana ternyata bukan hanya Eva yang tangannya dirantai, tapi juga ada beberapa gadis-gadis lain yang juga bernasib sama dengannya. Eva lega sekaligus cemas. Cemas karna sang Raja sudah berada di singgasananya.

Raja itu terlihat masih muda dengan mahkota dan jubah kebesarannya, tatapan sang Raja begitu tajam dan dingin. Terlihat kejam menurut Eva.

"Terang abadi bagi titisan dewa sang Raja Lucifer," Hormat pria paruh baya itu dengan patuh, diikuti gadis-gadis lainnya yang ikut menghormatinya. Eva yang tidak tahu apa-apa terpaksa mengikuti perhormatan itu.

Raja Lucifer hanya diam memandang para rakyatnya, lalu tatapannya tertuju pada pria paruh baya itu.

"Ada apa kau datang kesini?" katanya dingin.

"Saya datang kesini untuk menyerahkan para pelayan baru yang anda minta yang mulia," jelas pria paruh baya itu.

Raja Lucifer berdiri dari singgasananya lalu berjalan mendekati para gadis-gadis yang tangannya dirantai itu termasuk Eva. Jalannya tampak berwibawa masih dengan tatapan menusuk memandangi para gadis-gadis disana.

GLEK!

Eva meneguk seliva dengan susah payah, ia menunduk tak berani menatap sang Raja yang begitu dingin.

"pelayan katanya! sialan orang itu. Dia ingin menjualku rupanya," batin Eva dengan geram, kalau saja ia bisa melepaskan rantai yang ada ditangannya. Sudah pasti dia akan menghajar pria itu dan kabur dari istana ini.

Raja Lucifer menghentikan langkahnya ketika tidak sengaja melihat sebuah pita hitam dengan garis kuning yang terdapat pada salah satu pelayan yang dimintanya. dan itu tepat dihadapan Eva.

"Angkat kepalamu!"

Eva tersentak keringat dingin mengalir di keningnya saat mendengar suara itu tepat di hadapannya, ia perlahan mendongak menatap Raja Lucifer. Tubuhnya agak gemetar.

"dari mana kau mendapatkan pita itu!?"

"P-Pita?" ulang Eva gemetar.

Raja Lucifer segera mengambil pita berwarna hitam bergaris emas itu dari rambut kanan Eva hingga terlepas lalu menunjukkannya tepat dihadapan sang gadis dengan Exspresi dinginnya.

"dari mana kau mendapatkan pita ini!?" ulangnya penuh penekanan.

Tubuh Eva semakin gemetar, ketakutannya mulai muncul kembali. "Saya t-tidak tahu Raja, P-Pita itu memang sudah berada di tangan saya sejak awal,"

Eva bahkan tidak ingat kapan dia mendapatkan pita itu.

Raja Lucifer menjadi geram, dia menggenggam pita ditangannya dengan kuat.

"Apa kau tidak tahu peraturan kerajaan ini hah!" bentaknya nyaring sehingga semua orang yang berada di Aula itu mendengar.

Eva menggeleng pelan sambil mencoba untuk tegar dan ia hanya bisa menunduk.

"Hanya para anggota kerajaan yang boleh memakainya sebagai simbol bahwa dia adalah seorang bangsawan. Pelayan rendahan sepertimu mau menipuku dengan memakai pita ini agar terlihat sebagai bangsawan hah!?"

Bentakan dari Raja Lucifer membuat napas Eva menjadi sesak, rasanya hatinya sakit mendengar hinaan itu. ia memilih bungkam tidak menjawab.

"PENGAWAL! PENJARAKAN DIA DAN EKSEKUSI BESOK LALU MAYATNYA DI PASUNG DI BALAI DESA SEBAGAI PERINGATAN KEPADA RAKYAT AGAR TIDAK MAIN-MAIN DENGAN ANGGOTA KELUARGA KERAJAAN," perintah Raja Lucifer lantang sambil kembali berjalan ke singgasananya.

Semua orang di Aula Terbelalak dan terkejut termasuk Eva sendiri, ia bahkan tidak menyangka akhir hidupnya akan begini.

dua orang pengawal datang lalu masing-masing memegang tangannya, membawanya pergi dari ruangan Aula. Eva berusaha memberontak.

"Yang mulia maafkan saya, tolong ampuni saya yang mulia," ucap Eva hampir ingin menangis.

Raja Lucifer hanya memandang Eva dengan dingin tanpa mendengarkan permohonan dari sang gadis, lalu memerintahkan para gadis-gadis disana untuk mulai bekerja tidak lupa memberikan sekantung koin emas pada pria paruh baya itu.

TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top