Illusion 2
"Halo...Kita bertemu lagi Eve,"
"Adikku...dimana adikku? Kau apakan dia!?" nada keras serta cukup tinggi terdengar dari suara Eva. Nada yang disertai dengan amarah tidak luput dari pendengaran Beelzebub.
pemuda dengan topi yang menutupi separuh wajahnya itu memasang senyum miring, membiarkan rasa amarah mengusai Eva sedemikian rupa. Karna amarah yang berasal dari manusia membuat energinya semakin kuat.
"Hohoho, kau tau Eve. Aku bisa saja memberitahu dimana adikmu, tapi kurasa akan lebih baik jika kita hanya bicara berdua saja," sahut Beelzebub masih dengan senyum evil di wajahnya.
Mendengar jawaban tersebut Orias yakin bahwa Beelzebub bukanlah orang biasa, bisa dipastikan pemuda dengan topi yang menutupi separuh wajahnya itu berasal dari Underworld dimana para Demon tidak seharusnya menjejakkan kakinya di dunia manusia.
Orias dan Mars secara bersamaan memajukan diri mereka, melindungi Eva dari orang berbahaya ini. Karna Mars tahu kalau Orias juga bukan manusia seperti dirinya.
"Sebenarnya apa tujuanmu disini? Untuk apa kau menemui Eva?" dengan tegas Orias memandang Beelzebub, tatapan menyalang hanya dia tunjukkan pada pemuda itu.
"untuk ukuran seorang Demon lemah sepertimu, tampaknya kau terlalu banyak ingin tahu urusanku dan Eve. Kalian tidak berhak tahu hal ini," balas Beelzebub, kini pandangannya berubah dingin.
Astaga bahkan Eva tidak mengerti apa yang dibicarakan mereka ini. Ia ingin segera menjauh dari Beelzebub dan Orias karna aura yang dikeluarkan kedua pemuda itu membuatnya merasa sesak dan tidak bisa bernapas dengan benar.
"Nona Eva, masuk ke dalam kuil sekarang!" perintah Mars menyadari Afmosfer disekitar mereka semakin mencekam.
Awalnya Eva merasa takut dan tidak tahu harus melakukan apa. Mendengar perintah Marc, ia segera barlari memasuki kuil tadi, tapi entah dari mana beberapa sulur tanaman menahan kakinya sehingga Eva terjatuh menghantam tanah.
BUM!
Suara benda keras beradu dengan batang pohon terdengar, Eva berusaha berdiri dan menyingkirkan sulur-sulur tanaman yang mengikat kakinya. Beberapa kali matanya melirik ke arah Beelzebub yang sedang menahan Orias dengan kekuatannya, punggung Orias beberapa kali membentur batang pohon tapi pemuda itu tidak menyerah.
Mars menyerang Beelzebub dengan pedang api yang entah sejak kapan sudah berada di tangannya. Beberapa kali pedang itu mengenai Beelzebub tapi pedang itu seakan tidak berpengaruh sama sekali.
Beelzebub hanya tertawa dan dia merentangkan tangannya seolah-olah terus membiarkan pedang api Marc melukainya, beberapa kali terdengar suara pedang beradu dengan besi.
Marc merasa kewalahan terus-menerus menyerang Beelzebub tapi pemuda Demon itu tetap tenang dan tidak terlihat bekas luka di tubuhnya sama sekali.
"sial...dia terlalu kuat sekarang," berlahan kekuatan Marc mulai terkuras, dan akhirnya ia berhenti, kewalahan terus-menerus menyerang.
Beelzebub kembali tertawa, kali ini lebih keras dari yang tadi. matanya memandang Marc dengan pandangan merendahkan. "hanya itu kemampuanmu? Kau masih perlu belajar lebih giat lagi beberapa tahun untuk bisa melampauiku Hellhound kecil,"
"Sekarang giliranku," mendapati Marc tak punya tenaga lagi untuk melawan, tanpa membuang waktu Beelzebub mengepalkan tangannya mengambil ancang-ancang dan dengan gesit memukul Marc tepat di ulu hati Hellhound itu.
menyebabkan Marc terpental beberapa meter dari tempatnya berdiri, punggungnya menabrak batang pohon sebelum jatuh ke tanah. Darah segar mengalir dari bibir sang pemuda, dia terbatuk-batuk kecil beberapa saat.
Panik, Eva tidak tahu harus melakukan apa. Melihat Marc yang terluka membuatnya cemas. Pandangan Eva tertuju pada Beelzebub yang berjalan menuju pada Marc, pemuda itu tengah sekarat kehilangan banyak tenaga.
kakinya melangkah cepat ingin segera membantu Marc tapi Orias lebih dulu menghajar Beelzebub dari samping. Dengan sisa tenaga Orias memunculkan sebuah belati perak, dan mengarahkan belati itu tepat di wajah Beelzebub.
PRRANGG!
kembali terdengar suara besi yang beradu cepat, Beelzebub melindungi wajahnya dengan tangannya saat belati itu hampir melukai wajahnya. Tangan Beelzebub yang dipakai untuk temeng terlihat bekas luka tapi tidak berdarah.
dengan satu tangannya lagi Beelzebub menahan tangan Orias dan memukul wajah Orias hingga pipi Orias berdarah.
"ORIAS!" teriak Eva memandang nanar Orias yang sudah tidak berdaya, sang pemuda jatuh menabrak tanah.
Beelzebub yang sama sekali tidak terluka menoleh memandang Eva beberapa saat, dia menyerigai dan menginjak dada Orias yang berada di bawahnya.
"AAARGGH!" Orias berteriak kesakitan, napasnya menjadi sesak saat Beelzebub menginjak dada nya. Tangannya berusaha melepaskan kaki Beelzebub yang berada di atasnya.
"Orang pertama yang akan mati adalah kau," senyum Beelzebub semakin lebar, melihat Orias yang sedang menahan sakit membuatnya semakin tak sabar menghabisi pemuda itu. "Apa ada pesan terakhir untuk Eve?"
"Cih!" Orias berusaha keras melepaskan kaki Beelzebub, dia menatap penuh amarah pada demon itu. "Justru kau lah yang akan mati terlebih dahulu! aku tidak akan membiarkan Demon sepertimu hidup di dunia ini!"
Beelzebub tertawa kencang, menganggap Penuturan serta teriakan keras dari Orias hanyalah bualan semata baginya. Matanya yang berwarna merah gelap tampak meremehkan.
"jangan terlalu percaya diri! Tidak ada yang bisa mengalahkanku," sahut Beelzebub semakin menekan dada Orias sehingga pemuda itu semakin berteriak.
Tiba-tiba gemuruh petir terdengar di langit, awan hitam tampak bergerumul sampai pada akhirnya hujan turun membasahi bumi dengan derasnya.
Eva menyadari hujan mulai berguguran, ia tak sanggup melihat sahabatnya hampir mati karna ulah Beelzebub, ia mengalihkan pandangannya menatap Marc yang sudah pingsan dan tidak bergerak.
"Marc...." lirih Eva dengan sedih, merasa tidak ingin ada korban lagi sesegera mungkin ia mengambil sebuah batang pohon kecil di dekatnya secara diam-diam lalu berjalan mengendap-endap di belakang Beelzebub.
Orias yang tidak sengaja melirik Eva yang berada di belakang Beelzebub memilih bungkam, masih berusaha keras melepaskan cengkeraman kaki pemuda itu. Dia mengerti kalau Eva akan melakukan sesuatu pada Beelzebub.
Merasa timingnya sudah tepat, sesuai insting Eva dengan cepat mengayunkan batang kayu tersebut bahkan kali ini ia tak segan-segan melukai Beelzebub meski pemuda itu lebih kuat darinya.
"lepaskan Orias!"
BUGH!
sekali pukulan Eva berhasil memukul kepala Beelzebub dan membuat pemuda itu sedikit terhuyung dan menjauh dari Orias. Tapi itu tidak bertahan lama ketika Orias hendak bangkit dari jatuhnya dia melihat Eva kembali menyerang Beelzebub, gerakan Eva sudah diprediksi Beelzebub sebelumnya hingga dengan mudah pemuda dengan jaket hoodie bertopi itu menangkis serangan dari Eva.
Beelzebub menahan batang kayu yang hendak Eva pukulkan lagi ke dirinya, tanpa belas kasih dia dengan cepat menjegal kaki Eva dan memukul perut gadis itu dengan keras. Dia juga menghancurkan batang kayu tersebut dengan sekali cengkeraman.
Eva meringis merasakan sakit yang luar biasa akibat pukulan dari Beelzebub, ia jatuh terduduk di tanah yang sudah mulai basah akibat hujan dan memeluk perutnya sendiri. Ia tidak sanggup melawan Beelzebub yang begitu kuat untuk mereka. Posisi bertarung Eva dan Beelzebub agak sedikit jauh dari Marc dan Orias.
Beelzebub menatap datar tiga orang didekatnya yang sudah tidak berdaya melawannya, merasa sudah membuang-buang waktu meladeni tiga orang tersebut.
"lemah...." gumam Beelzebub datar.
Kemudian pemuda itu menurunkan tubuhnya agar sejajar dengan tinggi Eva yang terduduk di hadapannya. Tangan kanannya memegang dagu sang gadis yang tengah menunduk menahan sakit, memaksa Eva untuk menatapnya.
mata berwarna merah gelap itu bertatapan dengan mata berwarna hitam milik Eva, saling memandang tajam satu sama lain. Keduanya tidak memperdulikan hujan yang sudah membuat pakaian mereka basah.
"Kau sudah kalah Eve, seharusnya sejak awal kau diam saja dan menikmati bagaimana teman-temanmu mendekati kematian mereka. Sayang sekali, wajah cantik ini harus terluka karna ikut campur," kata Beelzebub dengan raut wajah pura-pura sedih. tangan kanannya kini beralih mengusap pipi kiri Eva, seolah-olah menyalurkan rasa sayangnya.
rahang Eva mengeras menahan rasa kesal dan marah, kesal dengan kepribadian Beelzebub seperti berubah-ubah dan marah karna Beelzebub sudah melukai teman-temannya. Eva mengepalkan kedua tangannya, gadis itu menepis tangan kanan Beelzebub yang mengusap pipinya tadi. Eva kembali menunduk tak menjawab pemuda dengan jaket hoodie itu.
Beelzebub mendengus mendapati respon yang tidak terduga dari Eva, dia kembali memegang dagu Eva dan memaksa Eva untuk menoleh menatap Orias yang terbaring sekarat di dekat mereka.
"Kau perhatikan ini dan lihat apa yang akan kuperbuat pada temanmu itu!"
Eva membulatkan matanya setelah mendengar bisikan dari Beelzebub dan tahu-tahu Beelzebub sudah berada di dekat Orias dan mencengkeram leher Orias lalu mengangkat Orias ke udara dengan kekuatannya.
Sebuah portal hitam tanpa dasar tiba-tiba saja muncul di samping Beelzebub yang masih mengcengkeram leher Orias, di tangan kanan Beelzebub pun terdapat sebuah bola petir kecil bersiap seperti akan disetrumkan pada Orias. Menyadari Beelzebub akan membunuh Orias, Eva bergegas berdiri meski dirinya harus menahan rasa sakit di perut dan kakinya.
"TIDAK!" teriak Eva kencang, ia bergegas berlari menerjang Beelzebub dan memeluk Beelzebub di detik-detik terakhir Beelzebub akan membunuh Orias.
Orias terlepas dari cengkeraman Beelzebub berkat Eva yang menolongnya. Dia melihat Eva menerjang Beelzebub hingga keduanya jatuh masuk ke dalam portal hitam tanpa dasar. Tangan Orias gemetar saat tahu sahabatnya berkorban demi dirinya.
"EVA!" teriaknya menatap portal hitam itu yang semakin mengecil, sebelum portal itu menghilang Orias sempat menatap ke dalamnya mencari keberadaan Eva, namun nihil. Sahabatnya itu seakan hilang seperti di telan bumi. Sampai pada akhirnya, portal hitam itu hilang, benar-benar hilang.
"Tidak...ini tidak mungkin! A-Aku kehilangan dia," gumam Orias dengan gemetar, dia terduduk lesu di tanah. Wajahnya memucat dan panik, sampai akhirnya dia mengusap wajahnya dengan kasar. Tak percaya dengan apa yang terjadi pada sahabatnya itu.
Kemudian Orias berteriak dengan kencang di tengah hujan deras yang membasahi tubuhnya, mencoba menghilangkan rasa frustasi di pikirannya akibat kehilangan sahabat kecilnya itu.
Hampir saja Orias ingin menangis kalau saja tidak ada yang menepuk bahunya, pemuda itu menoleh ingin tahu siapa yang barusan menepuk bahunya.
Marc berdiri di sampingnya, tatapan Marc terlihat sedih. Sudut bibir pemuda itu tampak berdarah bekas terkena pukulan dari Beelzebub, kemudian Marc mengulurkan salah satu tangannya pada Orias. Ikut merasakan rasa sedih yang dirasakan Orias.
"Aku tahu kau kehilangan nona Eva, tapi akan lebih bagus kita pulang dulu. Aku rasa kita perlu persiapan yang lebih matang jika ingin menyelamatkan nona Eva dari Demon itu," jelas Marc masih mengulurkan tangannya pada Orias.
Orias diam beberapa saat tidak bergeming entah sedang memikirkan apa, sampai akhirnya Orias mengangguk kecil dan menerima uluran tangan Marc.
"Sepertinya kau benar, jika kita bekerja sama maka kita akan lebih mudah menyelamatkan Eva," balas Orias dengan penuh tekad.
"itulah yang ingin kumaksudkan tadi,"
setelahnya tidak ada pembicaraan lagi diantara keduanya, hanya keheningan selama perjalanan pulang mereka dari hutan Ilusi tersebut.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top