Bagaimana Dia Bisa Tahan Menjalani LDR?

"Huh?" Liliana meraih pisau dapur di depannya.

"You're stunning. Tidak ada yang salah dengan tubuhmu." Mikkel bergidik ngeri saat Liliana bersiap melempar pisau ke arahnya. "Duduk dan jadi anak manis."

"Yes, Sir." Liliana melipat tangan di meja.

Mikkel berjalan menuju kulkas. Sepengetahuan Liliana, memang semua anak di keluarga Mikkel bisa memasak. Tidak peduli anak laki-laki atau perempuan, semua diwajibkan belajar memasak oleh ibu mereka. Menurut ibu Mikkel, keterampilan tersebut akan bisa menyelamatkan hidup Mikkel suatu saat nanti.

"Hei, Mikkel," panggil Liliana ketika Mikkel menarik celemek dari dinding. "Apa kamu tahu umur berapa pertama kali aku jatuh cinta?"

Mikkel menoleh ke belakang, tapi tidak menjawab.

"Waktu aku kelas satu SMP." Liliana tersenyum geli mengingatnya. Para remaja biasanya memang jatuh cinta pertama kali saat masih di bangku SMP. Atau paling lambat saat SMA. Liliana juga sama saja.

"Siapa cinta monyetmu?" Mikkel kembali melangkah ke depan kulkas.

"Cowok paling keren di dunia dong." Bahkan saat ini, cinta pertamanya terlihat keren mengenakan apron putih, lengkap dengan tulisan MR. GOOD LOOKING IS COOKING di dada berdiri, di depannya. Iya, Mikkel adalah cinta pertama Liliana. Karena sering keluar masuk rumah Lily saat masih SMP dulu, Liliana jadi mengenal dan mengagumi Mikkel dan Afnan. Dengan banyak alasan. Satu, Liliana tidak punya kakak laki-laki. Dua, Mikkel dan kembarannya menarik. Tiga, kedua orang itu tampan dan cerdas.

Yang sering membuat orang penasaran adalah, kenapa Liliana menyukai Mikkel, bukan Afnan? Padahal wajah mereka berdua hampir susah dibedakan. Because a man who's funny always gets more points. Sesuatu yang tidak dia temukan saat bicara dengan Afnan. Bukan Afnan membosankan. Tetapi kembaran Mikkel itu tidak bicara pada Liliana kalau tidak benar-benar penting. Seolah-olah setiap ada kata yang keluar dari mulut Afnan, Liliana harus membayar sepuluh ribu rupiah. Karena tahu Liliana miskin, maka Afnan tidak mengajaknya bicara.

"That I am." Mikkel berhenti sebentar di depan Liliana untuk meletakkan segelas air putih. "Penggemarku sudah banyak meski aku belum mimpi basah."

"Heh!" Liliana melempar serbet yang terlipat di meja ke wajah Mikkel, yang hanya tertawa lalu kembali sibuk dengan masakannya. "Aku nggak bilang kalau kamu cinta pertamaku."

Liliana sudah menyukai Mikkel sejak umur Liliana tiga belas atau empat belas tahun. Dan Liliana setia pada perasaan itu hingga lebih dari sepuluh tahun kemudian.

"Tidak usah bilang juga semua orang tahu. Jadi, kamu tidak pernah punya pacar itu karena menungguku?" tanya Mikkel.

Memang benar alasan Liliana tidak pernah punya pacar sampai umur dua puluh tiga tahun adalah Mikkel. Filternya saat menyaring laki-laki yang mendekatinya adalah mereka harus seperti Mikkel. Yang kalau dipikir-pikir adalah sebuah kebodohan dan kerugian. Untung Mikkel mencintainya juga. Kalau tidak? Dia akan tetap jomlo selamanya. Tidak akan ada satu orang pun di dunia ini yang bisa menyamai Mikkel.

Tetapi Liliana tidak akan mengakui alasan tersebut di depan Mikkel. Atau Mikkel akan semakin besar kepala. "Aku tetap sendiri karena aku nggak ada waktu buat pacaran. Mama susah payah biayain kuliahku jadi aku harus cepat lulus. Pacaran akan mengganggu konsentrasiku."

"Kalau aku tidak menyatakan cinta saat itu, Lil, apa kamu akan tetap menunggu? Bukan bergerak dulu? Apa kamu tidak ingin segera mengetahui apa yang kurasakan, supaya bisa membuka hati pada laki-laki lain kalau ternyata aku tidak menyukaimu?"

Betul juga. Kalau dipikir sekarang, menunggu laki-laki menyatakan cinta terdengar menggelikan. Bagaimana mungkin orang bisa membuang banyak waktu hanya untuk menanti orang yang disukai menyadari perasaan yang terpendam? Kenapa tidak memberitahu saja? Dengan begitu semua akan lebih mudah, mau perasaan tersebut berbalas atau tidak. Kalau tidak berbalas, bisa segera menata hati lagi.

"Iya, aku akan menunggu. Karena aku tahu kamu menyukaiku dan kamu nggak akan diam saja." Sejak masih remaja, Liliana sudah menyadari perhatian Mikkel kepadanya berbeda. Bukan perhatian kakak kepada adik seperti yang diberikan Mikkel kepada Lily. "Meski aku harus nunggu lama banget. Aku patah hati waktu kamu punya pacar saat SMA. Dan pacaran sama Signe waktu kuliah di Copenhagen."

"Kamu sahabat adikku, Lil. Aku tidak mau hubunganmu dengan Lily menjadi kacau kalau aku menyakitimu. Kalau itu terjadi, Lily akan membenciku karena aku menyakiti sahabatnya. Lagipula aku tahu aku akan kuliah jauh dari rumah. Waktu itu aku tidak yakin apa aku akan siap kalau kita harus berpisah. Ketika aku merasa aku sudah bisa bertanggung jawab, aku baru berani menyatakan cinta."

"Gimana kamu bisa tahan LDR seperti itu?" Adalah pertanyaan yang sering ditanyakan orang yang tahu mengenai cerita cinta Liliana dengan Mikkel.

Pertanyaan yang tidak bisa dijawab Liliana. Karena dia selalu percaya pada cinta mereka. Berusaha percaya. Bahwa suatu saat cinta mereka akan menyelesaikan masalah besar ini.

Memang tidak ada penjelasan masuk akal kenapa dirinya tetap bersama Mikkel sampai saat ini. Sudah empat tahun mereka bersama. Dalam 1.500 hari yang sudah mereka lalui, tidak lebih dari 150 hari yang dijalani Liliana dengan berinteraksi secara langsung dengan Mikkel. Sejak dulu proporsi hubungan mereka seperti itu. Hari-hari Liliana lebih banyak dilalui tanpa kehadiran Mikkel secara langsung. Secara fisik.

Liliana dan Mikkel hanya bisa berkomunikasi rutin saat Mikkel istirahat makan siang. Juga saat akhir pekan. Selama pacaran, dia dan Mikkel hanya bertemu setahun sekali. Mikkel pulang dan tinggal di Indonesia selama lebih kurang dari dua bulan. Waktu yang singkat itu masih harus dibagi dua; untuk keluarga Mikkel dan untuk Liliana.

Gawai sudah serupa belahan jiwa. Baterai ponsel harus selalu terisi penuh dan paket internet tidak boleh mati barang sehari. Ponsel tidak boleh tertinggal ke mana pun dia pergi. Sedalam itu perhatiannya pada gawai, sampai Liliana tidak bisa membedakan, kekasihnya Mikkel atau gawai. Kalau cinta adalah dasar hubungan mereka, internet adalah perekatnya. Terima kasih kepada siapa saja yang sudah menemukan internet yang bisa menghubungkan dunia dalam satu kedipan mata. Liliana mendoakan mereka masuk surga.

"Voila." Dengan bangga Mikkel meletakkan piring di depan Liliana.

"Ini apa?" Ada empat lembar fillet ikan berwarna keemasan dan kentang goreng. Piring satunya berisi roti—seperti roti tawar kering—berwarna cokelat muda.

"Stekt strömming. Ikan herring."

Mikkel membuka stoples berisi selai lalu menuang selai berwarna merah ke piring. "Aku tidak dapat Lingonberi kering, jadi aku beli ini di IKEA."

"Lingon ... apa?" Liliana memperhatikan benda merah di piringnya.

"Lingonberi. Itu buah-buahan semak. Enak rasanya. Coba cicipi." Jari telunjuk Mikkel mencolek selai di piring dan mendekatkan ke mulut Liliana.

"Mmm...." Liliana mencoba mengenali rasanya.

"Setelah kita menikah nanti, aku tidak keberatan kita gantian masak tiap malam." Mikkel berdiri untuk mengambil minum. "Kamu mau minum susu atau jus?"

####

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top