12. Ciuman
Happy Reading!!
•
•
•
Alisha dan Ryu sampai di rumah sebelum hari benar-benar gelap. Seharian ini, Alisha hanya berdiam diri di ruangan Ryu tanpa diperbolehkan keluar. Bahkan, jika ia ingin pergi ke kamar mandi harus didampingi seorang pengawal.
Alisha tidak tahu apa yang Daehwa tuliskan dalam pesan singkatnya kepada Ryu, sudah jelas sesuatu itu pasti tidak baik sehingga membuat Ryu begitu was-was bahwa Alisha akan kabur jika dibiarkan pergi sendiri. Lebih parahnya lagi, Alisha bahkan harus makan makanan yang dibawakan pengawal Ryu secara langsung dihadapan Ryu. Alisha benar-benar merasa seperti sedang menjadi seorang tahanan. Sebelumnya, ia sudah begitu bahagi ketika bisa keluar dari mansion itu, tapi nyatanya ia tak jauh berbeda masih seperti seorang tahanan.
Sekarang sudah pukul sebelas malam, dan Alisha tidak bisa berhenti memikirkan Ryu yang mengisi waktunya seharian ini dengan berbagai keanehan yang dilakukannya.
Alisha mencoba menutup matanya agar bisa tertidur, ia tidak tahu apa yang membuatnya tidak bisa tidur dan memikirkan pria itu. Berbagai posisi sudah ia coba untuk menyamankan diri dan pergi ke alam mimpi.
Alisha meraba dan meraih gelas yang ada di samping kiri atasnya. Namun, ia mendapati gelas itu kosong tak terisi. Dengan terpaksa, Alisha bangkit dan keluar dari kamarnya untuk mengambil air di dapur.
Belum habis air yang Alisha teguk, tiba-tiba ia melihat bayangan seorang pria yang keluar dari kamar Ryu berjalan menuju ke arah balkon. Alisha yakin, pria itu sudah pasti Ryu. Ia tidak ingin lagi terkena masalah karena terlalu cepat menyimpulkan apa yang tidak jelas ia lihat.
Alisha meletakkan gelasnya di atas meja, wanita dengan hoodie kebesaran itu mengikuti instingnya melangkah mengendap-ngendap di belakang Ryu.
Ia melihat Ryu tengah berdiri di ujung balkon, tengah merenung menatap langit malam seraya memasukkan kedua tangannya ke kantong jaketnya.
"Hai!"
Alisha tidak ingin dikira penguntit atau apalah, jadi ia memberanikan diri untuk menyapa Ryu.
Pria itu hanya menoleh sekilas, kemuduan kembali menatap langit. Alisha berjalan mendekati Ryu tanpa seizin pria itu, dan kini sudah berdiri sejajar serta mencoba menyamakan pandangannya dengan pria di sampingnya.
Ryu menoleh, dan menatap intens wajah cantik Alisha dari samping. Hal itu membuat Alisha sedikit gugup. Apalagi, saat tangan Ryu mencoba menyentuh rambutnya. Membuat ia bingung harus merespons seperti apa.
Wanita itu sontak memundurkan tubuhnya untuk menjauh dari Ryu. Namun, hal itu sekarang sia-sia karena tangan Ryu sukses mengunci tubuh Alisha, mengukungnya dalam dekapan mencekam.
Alisha menelan ludahnya, ketika mata mereka terkunci satu sama lain. "Ryu ...."
"Apakah kau masih berusaha membuatku tertarik?" Tanya Ryu dengan raut serius.
Alisha mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Ryu. "Iya, tentu. Tapi bukan sekarang, aku mengantuk sekarang."
Alisha berpura-pura menguap agar terlihat tengah mengantuk. Ia tidak tahu apa yang merasukinya hingga ia berani mendatangi Ryu selarut ini. Ryu seorang pria, tentu saja. Semua orang bisa tahu apa yang dipikirkan pria itu dalam seriangai yang mematikannya. Sial, hal itu membuat Alisha mulai gugup.
Pria itu menunduk mensejajarkan wajahnya dengan wajah Alisha seraya tersenyum penuh arti. "Aku ingin mengetes lewat sesuatu."
Alisha mengerjap kemudian kembali menatap mata Ryu yang begitu dekat dengannya sekarang. "Apa, meng--"
Belum selesai Alisha melanjutkan ucapannya, tangan Ryu sudah menyentuh dagu Alisha, hingga sedikit terangkat dan tanpa aba-aba pria itu langsung menghilangkan jarak dan akhirnya bibir mereka bersentuhan.
Alisha terdiam beberapa lama, ia tidak pernah melakukan hal seperti ini dengan pria mana pun selain Reiga, dan sekarang dia malah melakukannya dengan Ryu. Bahkan tubuhnya seperti merespon sentuhan itu, dan enggan melepaskan diri. Ada apa dengannya? Apakah ini respon tubuhnya agar membuat pria itu mulai tertarik padanya, jika ia berhasil menaklukkan pria itu dalam ciuman ini, maka? Entahlah wanita itu seperti hilang kendali sekarang.
Ryu tersenyum sekilas melihat ekspresi Alisha yang begitu lucu. Degup jantung wanita itu bahkan bisa Ryu dengar sekarang. Ryu perlahan melakukan gerakan pelan pada bibirnya. Mengapa baru sekarang ia menyadari wanita itu memiliki bibir semanis ini, mungkin hal seperti ini akan menjadi candu baginya untuk merasakan rasa madu bibir Alisha terus-menerus.
Tangan Ryu bergerak turun untuk memegang pinggang Alisha. Wanita itu jelas terlihat langsung menegang, namun tak melakukan penolakan apa pun. Wanita itu sedang berjuang keras menyadarkan dirinya agar tidak terhanyut dalam pesona Ryu. Akhirnya Alisha memberanikan diri membalas apa yang pria itu lakukan padanya. Alisha memberikan kecapan lembut tapi-pasti, hingga membuat Ryu kewalahan menyeimbangkan diri.
Ryu tidak menyerah begitu saja, kini tangannya berubah mencengkram pinggang Alisha kuat, membuat sang empu sedikit meringis kesakitan.
"Apa yang kalian lakukan di sini?"
Suara tiba-tiba seorang pria yang berdiri di ambang pintu mengejutkan dua sejoli yang tengah melakukan kegiatannya.
Alisha sontak menjauhkan dirinya dari Ryu dan mengusap bibirnya yang sedikit basah dengan punggung tangannya. Wanita itu tersenyum kikuk seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Lupakan apa yang kau lihat!" Titah Alisha kemudian buru-buru pergi meninggalkan tempat itu.
Sebelum ia benar-benar menghilang dari sana, satu jempolnya ia angkat dan ia tunjukkan kepada Daehwa yang secara tidak sengaja telah menyelamatkannya dari keadaan yang menegangkan itu. "Gomawo."
Ryu menatap tajam Daehwa, sejak kapan adiknya itu ada di sana dan mengapa ia sepertinya sengaja menganggu apa yang Ryu lakukan.
"Kenapa kau belum tidur? Sudah tengah malam!" Tanya Ryu mengintimidasi.
"Aku terbangun untuk mengambil air putih, dan tidak sengaja mendengar suara aneh dari sini."
"Pergilah! Dan jangan pernah menganggu apa yang Kakak lakukan, berpura-pura saja tidak tau dan pergi," ujar Ryu terdengar marah, suaranya terdengar parau dan langsung meninggalkan Daehwa sendiri di tempat itu.
°°°
Pagi harinya, suasana ruang makan begitu hening tidak ada yang mengawali pembicaraan. Hanya suara sendok yang beradu dengan piring, terdengar begitu nyaring.
"Maafkan aku menganggu kalian semalam," ucap Daehwa mencoba memecahkan keheningan.
Uhuk
"Apa yang kau katakan?" Tanya Alisha sedikit canggung. Sudah semalaman ia mencoba melupakan kejadian itu, dan sekarang laki-laki manja di depannya malah membuka kartu itu lagi.
"Kau masih kecil. Jangan pikirkan macam-macam, dan lusa kau pergi ke asrama."
Ucapan Ryu membuat Daehwa langsung mengerucutkan bibirnya. Pergi ke asrama lagi, tempat yang ia jauhi selama ini. Kenapa kakaknya menuntut ia harus sekolah di asrama, sedangkan keluarganya kaya dan bisa menyekolahkan Daehwa di sekolah Negeri nomor satu di Korea.
"Iya," jawab Daehwa singkat.
Ryu menoleh, dan menatap Alisha. "Kau hanya punya waktu satu hari lagi," ucapnya kemudian bangkit dan meninggalkan ruang makan karena asistennya baru saja meamanggil pria itu.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top