10. Permintaan Maaf
Happy reading!!
•
•
•
Pagi hari, Alisha terbangun dari tidurnya dengan mata sembab akibat tidak berhenti menangis setelah insiden kemarin. Alisha mengernyit saat sinar matahari menyelusup pada tirai yang tertutup dan mengenai matanya.
Alisha menarik napasnya beberapa kali untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya. Bahkan ia masih terlihat sesegukkan. Jika mengingat kejadian kemarin, ia akan kembali meneteskan air mata. Rasa sakit di kepalanya itu masih ada akibat tarikkan keras Ryu.
Alisha bangkit dari tempat tidurnya, dan mengerjap beberapa kali tatkala melewati cermin yang menampakkan keadaannya sekarang. Sungguh mengerikan melihat bayangan seorang wanita dengan mata bengkak, merah juga terdapat lingkaran hitam di bawahnya.
Alisha kembali melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Wanita itu berjalan ke arah bathtub dan membuka seluruh pakaiannya. Melihat di sana sudah disiapkan air hangat. Mungkin Bi Mirang yang melakukannya beberapa waktu lalu.
Wanita itu merendam tubuhnya di bathtub, rasa lelahnya perlahan sedikit menghilang, air panas itu seakan tengah memijit seluruh tubuhnya yang lelah.
"Nona Alisha? Anda sudah terlalu lama di dalam, keluarlah jangan sampai Nona sakit."
Samar-samar Alisha mendengar suara gedoran pintu, dan teriakkan Bi Mirang. Entah sudah berapa lama wanita paruh baya itu berada di sana.
"Hei wanita gila!"
Tiba-tiba Alisha juga mendengar suara Daehwa tengah menyuruhnya keluar. Seketika Alisha terkekeh, mau apa pria manja itu, apa lagi yang akan dia lakukan sekarang?
Tentang insiden kemarin, Alisha sudah mengetahui pria itu melakukannya dengan sengaja. Entahlah, Alisha sedikit curiga seperti yang dikatakan Bi Mirang sebelumnya, Daehwa selalu berbuat ulah ketika Ryu membawa wanita ke tempat itu.
Semalam sebelum Alisha pergi ke kamarnya setelah mengambil air, wanita itu tidak sengaja mendengar percakapan Daehwa dengan Asisten Han. Alisha tidak menyangka ada seseorang yang sengaja membahayakan dirinya sendiri untuk menjebak wanita yng bersama Ryu. Daehwa takut jika ada pengganti kakaknya, ia nantinya akan dibuang dan tidak dianggap lagi di tempat itu.
Alisha menyudahi acara berendamnya kemudian berjalan seraya memakai baju mandi ke arah pintu. Sebelum ia membuka pintu itu, ia membrongkos rambutnya terlebih dahulu dengan handuk putih kecil.
"Ada apa?" Suara lirih Alisha mampu membuat Daehwa menundukkan kepalanya. Ia kemudian mengkode Bi Mirang agar memberikan sedikit privasi kepadanya dan Daehwa.
Apakah pria itu sekarang tahu apa salahnya? Tidak mungkin, pasti ia akan membuat drama baru lagi setelah ini.
"Itu ... Maafkan aku," ujar Daehwa seraya memainkan ruas jari-jarinya.
"Untuk?"
Alisha tidak menyangka pria itu akan menyesali perbuatannya. Setahu Alisha, Daehwa tidak pernah meminta maaf kepada siapapun walaupun itu memang kesalahannya.
Daehwa mendongak dan menatap Alisha, ia mengikuti ke manapun langkah Alisha berpijak di kamar itu. "Untuk sesuatu yang kemarin."
Alisha menghentikan tangannya yang tengah mengosok rambutnya dengan handuk, kemudian berucap, "Kenapa kau harus minta maaf kepadaku?" Tanyanya.
Daehwa berdekhem mencoba menenangkan dirinya untuk mengatakan sesuatu yang mungkin akan mempermalukannya di depan wanita di depannya.
"Aku minta maaf karena telah membuatmu seperti kemarin, itu diluar kendaliku. Aku takut aku tidak akan dianggap lagi di tempat ini," ucap Daehwa dengan hati-hati.
"Kenapa kau tidak jujur saja ke kakakmu? Dia sangat menyayangimu, kenapa kau berpikir dangkal seperti itu?!" Tanya Alisha kemudian.
Daehwa mendekati Alisha dengan wajah gusar. "Kumohon, jangan katakan ini pada Kak Ryu." Pria itu menyatukan kedua tangannya sembari memohon.
Sedangkan wanita yang tengah diajak bicara diam, dan acuh menanggapi ocehan pria di depannya.
"Ku mohon!"
Alisha mengangguk mengiyakan permintaan Daehwa yang sudah membuatnya mengalami hal mengerikan seperti kemarin. Nasi sudah menjadi bubur, entah pria itu meminta maaf kepada Alisha atau tidak. Tetap saja, wanita itu sudah terlihat rendahan di depan Ryu.
"Sebagai gantinya, aku akan mengajarkan sesuatu yang membuat Kakakku tertarik kepadamu."
Alisha menoleh dan tersenyum kepada Daehwa. Hanya pria itu yang tahu tentang selera Ryu, mungkin ini akan sedikit membantunya menyelesaikan misi.
"Kau tahu? Kemarin Kak Ryu tidak seperti biasanya. Dulu, ketika wanita-wanita itu menyakiti Daehwa Kak Ryu tidak akan memberikan ampun setelahnya. Wanita itu akan dicambuk, atau diserahkan kepada pengawal rumah ini untuk di beri pelajaran," ujar Daehwa serius.
Alisha mengernyit mendengar perkataan Daehwa, menurutnya kemarin saja ia sudah merasa tersiksa apa lagi wanita-wanita sebelumnya yang mendapat lebih dari yang Alisha alami.
"Setelah itu aku berpikir mungkin kau orang yang sepesial nantinya. Dengan tekad yang begitu besar, aku berani meminta maaf kepadamu."
Ujar Daehwa seraya tersenyum. "Setelah kau mendapatkan hati Kak Ryu, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Daehwa kembali.
"Aku ... Aku akan pergi ke Indonesia, dan terbebas dari pria itu."
Daehwa membulatkan matanya sempurna. "Jadi, kau akan meninggalkan Kakakku? Apakah kau tidak merasa kasihan dengannya? Dia sudah mencoba melupakan Kak Selena dari hidupnya selama tiga tahun, dan setelah dia tertarik padamu kau akan meninggalkannya?" Desis Daehwa.
Alisha mendudukkan bokongnya di tepi ranjang. Mencoba mencerna ucapan Daehwa, itu memang benar tapi apa yang akan Alisha lakukan selanjutnya? Tujuan ia pergi ke tempat ini bukan untuk hal aneh seperti sekarang, ia ingin menemukan Reiga. Namun ia selalu terkurung di mansion itu.
Sebuah ide cemerlang tiba-tiba muncul di kepala Alisha, jika Ryu mulai tertarik padanya mungkin apa yang Alisha mau akan dituruti. Apakah dia harus meminta Ryu untuk selalu mengajaknya ke manapun pria itu pergi, contohnya ke perusahaannya dan menemukan informasi tentang Reiga secara diam-diam.
"Baiklah, aku tidak akan pergi dari sini. Bila perlu aku akan menikah dengan Ryu. Itu tidak masalah, mungkin hidupku akan serba kecukupan."
Daehwa menonyor kepala Alisha dengan cepat. "Jangan manfaatkan Kakakku, jadi kau juga harus memiliki perasaan padanya." Daehwa berdecak.
"Berani kau menyentuh kepalaku!"
Daehwa sontak menutupi kepalanya dengan kedua tangan, berjaga-jaga barangkali wanita di sampingnya itu akan membalasnya.
"Maafkan aku!"
Alisha kemudian mengelus pucuk kepala Daehwa, ia juga rindu bertengkar dengan adiknya. Apa kabar Zianka sekarang?
"Eh, kenapa kau menangis?" Tanya Daehwa terkejut tatkala melihat air mata yang menetes dari mata Alisha.
Alisha menceka air matanya kemudian tersenyum manis kepada Daehwa. "Tidak apa-apa, aku hanya merindukan seseorang."
Sebelum Daehwa bertanya lebih detail tentang ungkapan Alisha, wanita itu sudah menarik Daehwa dari tempat duduknya seraya mendorong pria itu dari kamarnya. "Aku akan ganti baju, kau pergilah!" Tukas Alisha seraya tertawa melihat wajah tertekuk Daehwa yang sedikit menggemaskan menurutnya.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top