0.9 Hari ketiga
Tiga hari berlalu begitu cepat, dan Alisha masih belum mendapatkan apa pun di tempat itu. Informasi tentang Reiga belum juga ia ketahui sedikitpun, dan membuat tertarik Ryu? Ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Sepertinya pria itu masih terbayang masa lalunya sehingga ia tidak akan pernah menerima penggantinya.
Alisha ke luar dari kamarnya setelah lama berdiam diri di sana. Hari ini, ia berhenti mengikuti Ryu karena terlalu lelah dengan sikap pria itu yang sama saja. Ia melangkah menuruni anak tangga, kemudian berdiri di tengah ruangan yang amat luas itu. Ia menyapukan pandangannya pada seluruh ruangan, hanya beberapa pelayan saja yang tengah sibuk melakukan tugasnya masing-masing.
Alisha memiliki inisiatif membuat makan siang untuk Ryu yang masih bekerja di ruang kerjanya, sudah dua hari ini pria itu bekerja di rumah, mungkin karena udara di luar begitu dingin. Tanpa aba-aba, wanita itu berjalan ke arah dapur.
"Maaf, Nona? Ada apa?"
Suara seorang pelayan mengagetkan Alisha yang tengah membuka lemari pendingin untuk mengambil bahan makanan.
"Aku mau masak sendiri," jawab Alisha seraya tersenyum.
Pelayan wanita itu mengambil alih nampan yang Alisha bawa. "Jangan, Nona ... Nanti saya bisa dimarahin Tuan Ryu."
"Tidak apa-apa, ini khusus untuk Ryu, kau tak mau kan Tuanmu itu bergonta-ganti wanita lagi?" Tanya Alisha seraya mengambil air dari keran.
"Baiklah, Nona. Biar saya yang membantu menyiapkannya."
"Aku mau masak kepiting, tolong siapkan air panas," titah Alisha yang langsung dilakukan pelayan itu.
°°°
Bau semerbak makanan yang berasal dari dapur yang mungkin bisa membangkitkan semua orang yang ada di mansion itu, Alisha sudah jago memasak dari dulu setelah ia mendapat lamaran Reiga, pada saat itu ia langsung belajar memasak. Ia membayangkan masa-masa indahnya nanti ketika ia membuat masakan untuk pria yang ia cintai. Namun harapannya sirna ketika ia tidak lagi tahu di mana tunangannya berada.
"Bau apa ini?"
Tanya seorang pria yang baru saja menginjakkan kakinya di dapur.
"Kenapa? Kau ingin, ya?" Timpal Alisha ketika mendapati Daehwa yang tengah mengendus-ngendus masakan yang ia buat. Dengan cepat, wanita itu menarik piring berisi tiga kepiting lengkap dengan bumbu-bumbunya itu ke pelukannya, ia sengaja menyiapkan itu untuk Ryu bukan anak manja itu.
"Beri aku satu!" Tukas Daehwa seraya menarik-narik tangan Alisha.
"Kalau tidak, aku akan mengadu ke Kak Ryu."
Alisha memicingkan matanya tanda tak suka, kemudian ia menarik satu alisnya ke atas. "Ngadu? Dasar kekanak-kanakkan. Tukang ngadu."
"KAKAK---- hmph."
Sebelum Daehwa melanjutkan kata-katanya, Alisha sudah dulu menyumpal mulut pria itu dengan kain lap.
"Ambil piring!"
Belum beberapa detik Alisha memerintah pria itu, Daehwa sudah berdiri tepat di depannya seraya mengulurkan piring.
Alisha melihat Daehwa yang langsung menyantap makanan buatannya dengan lahap, ia yakin pasti makanannya lezat. Jika Ryu memakannya apakah pria itu akan tertarik padanya? Belum sempat ia membayangkan masa indahnya, ia sudah dikagetkan debgan jeritan pria di depannya.
"AAa ... Nyangkut. Tolong keluarkan itu dari sini," rintihnya seraya menangis tersedu-sedu.
Alisha bangkit dari duduknya kemudian mendekati pria itu seraya membuka lebar mulutnya. "Coba julurkan lidahmu," ujarnya. "Menengadahlah!"
Tangan kecil Alisha langsung masuk ke tenggorokan pria itu, berusaha mengambil pontongan cangkang yang nyangkut di sana.
"Ada apa ini?" Tanya Ryu yang baru saja masuk ke ruang makan.
"Kakak ... Sakit sekali," rengek Daehwa dengan tangisan yang masih begitu keras.
Ryu memasang raut ketakutan dan khawatir ia langsung menghampiri adiknya itu, pria itu menampas tangan Alisha dari mulut Daehwa. "Singkirkan tanganmu."
"Pelayan, panggil dokter ke sini!"
Alisha terkejut dengan perlakuan Ryu barusan. Mengapa pria itu terlihat begitu cemas dengan keadaan Daehwa? Padahal Daehwa bukanlah adik kandungnya. Alisha menyalakan senter di ponselnya dan menyorotkan ke mulut Daehwa.
"Sudah terlepas," ujar Ryu lega. Pria itu menghela napasnya lega. "Siapa yang memberikan makanan ini ke Daehwa?"
"Kakak, sakit."
Seorang pelayan menyuguhkan air putih hangat ke hadapan Daehwa. Tubuhnya bergetar ketakutan, ia takut akan dimarahi karena mengizinkan Alisha memasak.
"Siapa yang memasak ini!?" Teriak Ryu penuh penekanan.
"Aku."
Alisha menatap manik coklat Ryu yang sudah berapi-api. Ia yakin ini bukanlah salahnya, pria manja itu yang memaksa di berikan makanan itu. Apakah Ryu akan percaya padanya?
"Ryu, lepaskan!" Teriak Alisha seraya memberontak mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman kuat Ryu. Ia merintih kesakitan karena kini Ryu menarik paksa dirinya dan menghempaskannya hingga tersungkur ke lantai.
"Kau tau batasanmu!" Teriak Ryu yang membuat seisi ruangan menghadap nanar kepada Alisha.
"Itu bukan salahku, Daehwa sendiri yang memaksa memakan itu." Bela Alisha pada dirinya sendiri, wanita itu mencoba berdiri tegar.
"Berani sekali kau mengelak! Wanita bodoh, kau kira aku diam saja selama dua hari ini kau merasa sudah menang? Aku muak dengan sikapmu! Aku sengaja membiarkan itu agar kau berhenti. Tapi kau malah bertindak lebih jauh dari yang aku kira." Desis Ryu, tatapannya masih sama seperti sebelum-sebelumnya. Begitu tajam. Ryu mendekati Alisha perlahan, wanita itu beringsut mundur dan tiba-tiba merasakan punggungnya membentur tembok, ia terjebak sekarang.
Alisha begitu takut sekarang, tatapan Ryu begitu aneh kepadanya. Alisha merasakan aura mencekam dari tatapan pria itu, seperti bukan hanya karena masalah Daehwa. Ini seperti Alisha melihat pria lain pada tubuh Ryu.
Alisha merasakan begitu sakit tatkala merasakan cengkraman Ryu yang begitu kuat pada rahangnya. "Kau Bodoh. Apa kau tau betapa berharganya Daehwa bagiku? Dia satu-satunya orang yang harus aku jaga."
Wanita itu mencoba menahan dirinya untuk tidak menangis. Namun itu diluar kendalinya, ia susah bernapas sekarang dan air mata begitu saja keluar dari pelupuk matanya.
"Seharusnya aku menuntutmu dari awal, atau menjadikanmu pelayan. Itu yang pantas kau dapatkan!" Kemudian pria itu kembali menghempaskan Alisha yang sudah tidak berdaya.
Alisha menunduk mencoba menceka air matanya. Ia bahkan tidak peduli dengan tatapan iba pelayan-pelayan di sana. Seumur hidup, ia tidak pernah mendapat perlakuan seperti ini. Bahkan orang tuanya tidak pernah memukulnya, tapi di sini pria asing itu memperlakukanya seperti ini. "Kau pengecut, yang hanya memanfaatkan orang miskin dengan kekuasaanmu," desis Alisha.
"Berani sekali kau mengatakan itu!"
Alisha kembali merasakan sakit dan panas pada kepalanya, ia tidak bisa menahan sakit rambutnya yang ditarik kuat Ryu. Dadanya sesak menahan itu semua.
"Kau hanya wanita rendahan yang rela melakukan apa pun demi hidupmu yang tak berguna ini," ucap Ryu kemudian pergi meninggalkan Alisha.
Wanita rendahan? Di mana letak wanita rendahan itu pada diri Alisha?
Ia tidak tahu lagi pemikiran pria itu padanya. Salah apakah ia padanya? Apakah salah jika seseorang melakukan sesuatu agar ia bisa hidup?
Alisha menatap kepergian Ryu. Bagaimana ia bisa terjebak dengan pria seperti Ryu? Pria yang berlagak seperti malaikat di depan umum, tapi nyatanya dia adalah iblis yang bersembunyi di balik sosok malaikat. Alisha tidak tahu lagi kehidupannya akan menjadi seperti apa sekarang.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top