0.5 Rahasia
Happy reading!
•
•
•
Suasana ruang tamu di mansion Ryu begitu hening. Setelah kepergian wanita itu, semua yang berada di sana diam, enggan berbicara. Terutama Alisha yang masih shock dengan semua ini. Entahlah, jika pilihan satu-satunya ia harus menuruti perkataan Ryu, ia akan menerima itu. Lagi pula, hidupnya amat tidak berharga sekarang. Di-ghosting tunangannya selama tiga tahun, kemudian dilangkah adik perempuannya, dan mendapat masalah di Negara asing sudah membuatnya begitu muak dengan kehidupan.
Tanpa wanita itu sadari, sebuah cairan bening sudah keluar tanpa izin dari mata Alisha. Ia tidak peduli lagi jika pria di depannya akan menganggapnya lemah, atau apalah. Yang pasti ia bukan wanita lemah. Ia hanya butuh itu sekarang, mencurahkan semua kegundahan hatinya dengan menangis.
"Berhentilah menangis."
Alisha mendongak dan melihat Asisten Han tengah berada di depannya seraya mengulurkan sebuah kain kecil. Ketika Alisha hampir mendapat kain itu, Asisten Han menarik tangannya kembali. Ya, Alisha menyadari tatapan tajam Ryu pada asistennya karena membuat drama di depan pria itu.
"Jadi?" tanya Ryu sekali lagi. Menurutnya ini sudah terlalu lama ia memberikan kesempatan Alisha untuk memilih, dan wanita itu tidak ada pilihan lain lagi selain menyetujui persyaratan Ryu.
"Aku akan melakukan apa yang kau katakan, dan jika aku gagal melakukan itu aku dengan ikhlas lahir batin menerima konsekuensinya," tukas Alisha seraya memaksakan dirinya untuk tersenyum di hadapan Ryu. "Ngomong-ngomong, apa yang harus aku lakukan? Sesuatu yang---"
Alisha melihat Ryu menggelengkan kepalanya. Wanita itu langsung menghela napasnya lega, mungkin Ryu sepemikiran dengan yang ia maksud, setidaknya ia tidak menjual harga dirinya sebagai seorang wanita.
"Asisten Han, bawakan Proposal seperti biasa," titah Ryu yang langsung mendapat anggukan dari asistennya.
Beberapa menit kemudian, Asisten Han kembali dengan membawa sebuah Proposal, dan langsung diberikan kepada Alisha untuk ditanda tangani.
Wanita Indonesia itu kemudian membuka isi Proposal yang diberikan padanya, dan mulai membaca dengan hati-hati. Tidak ingin sampai ada satu kata yang terlewat.
"Anda ...." tunjuk Alisha kepada Ryu. Beberapa detik kemudian wanita itu tertawa begitu keras hingga membuat seisi ruangan menghadap padanya dengan kebingungan. "Anda kesepian?" tanyanya kembali.
Jelas isi dari Proposal itu membuat Alisha ingin terus tertawa. Bagaimana bisa seseorang akan membayar begitu besar jika dapat mengembalikan hatinya yang sudah tertutup. Jika cinta bisa dibayar dengan uang? Mengapa kebanyakan orang kaya yang justru kurang bahagia?
Alisha membaca isi Proposal itu kembali. Wanita itu harus membuat Ryu jatuh cinta kembali dalam waktu tujuh hari. Ia juga harus menerima konsekuensinya jika tidak berhasil, dengan membayar hutangnya dua kali lipat, ditambah biayan sesuai berapa banyak uang yang harus dihabiskan ketika ia berada di mansion Ryu. Sungguh pelit. Satu lagi, ia tidak diizinkan menolak perintah Ryu, apa pun itu. Jelas semua yang tertulis di Proposal itu merugikan Alisha. Namun, alih-alih membantah, wanita itu malah langsung mengangguk menyutujuinya.
Alisha tersenyum penuh arti, mungkin sekarang ia bisa menyetujui itu untuk memudahkannya mencari informasi tentang tunangannya. Dan juga, ia bisa mencari cara agar bisa melarikan diri dari sana.
"Baiklah!" ujar Alisha seraya mengambil pulpen dari tangan Asisten Han. "Izinkan aku bertanya, kenapa Anda ingin sekali jatuh cinta?" tanyanya kemudian. Jelas terukir di wajah wanita itu tengah menahan diri untuk tertawa.
"Kau punya waktu tujuh hari untuk membuatku tertarik. Jadi, jangan sia-siakan itu dengan mencari jawaban yang tak akan pernah kau dapatkan."
Setelah melihat Alisha menanda tangani proposal itu, Ryu bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan.
Ryu menghentikan langkahnya kembali, dan menoleh ke salah satu pelayan paruh baya di sampingnya. "Seperti biasa, Bi Mirang, urus semua keperluan wanita ini!"
Alisha menatap Asisten Han dengan dahi yang berkerut, ingin sekali ia bertanya banyak hal tentang semua ini. Namun, ia tahu pria itu tidak akan mengatakan apa pun tanpa seizin atasannya. Harapan terakhir adalah wanita paruh baya itu, mungkin Alisha akan mendapatkan semua jawaban dari pertanyaannya dari Bi Mirang.
"Lewat sini, Nona."
Alisha tertawa ketika mendengar panggilan dari Bi Mirang, sungguh panggilan itu sangat aneh menurut Alisha. Bukan aneh, lebih tepatnya, ia kurang nyaman dengan panggilan seperti itu.
"Panggil aku Alisha saja, Bi," ucap Alisha, kemudian berjalan mengekori pelayan itu.
Mereka berdua berjalan menaiki anak tangga yang menurut Alisha, itu sangat panjang. Padahal di samping itu terdapat lift kosong, tetapi tidak digunakan. Sangat disayangkan. Mungkin itu khusus untuk pemilik rumah saja.
"Nona adalah wanita ke delapan yang tinggal di sini."
Alisha menghentikan langkahnya, ia begitu terkejut dengan semua ini. Lebih tepatnya, kekonyolan ini. Mengapa pria itu begitu terobsesi dengan cinta, jika ia tidak bisa membuka hatinya. Sebenarnya, akar dari masalah ini bukanlah dari wanita yang mendapatkan posisi seperti Alisha ini. Namun, itu semua karena hati Ryu sendiri yang belum nyaman dengan seseorang. Atau mungkin pria itu masih mencintai wanita lain. Alisha tak habis pikir, ada pria seperti Ryu di belahan bumi yang luas ini. Dia kira uang bisa membeli perasaan seseorang?
"Semuanya gagal?" tanya Alisha mulai membuka mulut setelah banyak berpikir tentang Ryu.
Alisha mengerjap beberapa kali ketika sampai di kamar yang akan ia pakai, kasur king size, dengan desain kamar yang terlalu feminim membuat wanita itu sedikit bergidik ngeri, sejujurnya Alisha lebih suka tidur di kamar yang terlihat nyaman, dan sederhana. Ia membayangkan, di tempat ini mungkin Ryu sering berhubungan dengan banyak wanita di kamar itu.
"Apa yang akan terjadi padaku nantinya," batin Alisha. Kemudian wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya guna menepis pikiran kotornya. Wanita itu mendengus kesal pada dirinya sendiri.
"Iya, saya berharap Nona adalah yang terakhir kali ini. Saya begitu kasihan melihat Tuan Ryu selalu menyakiti wanita," ujar Bi Mirang seraya menata pakaian Alisha di lemari.
Belum cukup dengan jawaban Bi Mirang, Alisha kembali bertanya tentang rasa penasarannya. "Kenapa tidak ada yang melapor Polisi karena tindakan Ryu yang semena-mena?"
"Bukankah semua wanita yang bersedia menaklukan hati Tuan Ryu sudah menanda tangani Proposal itu?" tanya Bi Mirang balik. "Mereka tidak bisa begitu saja melaporkan Tuan Ryu, dan juga Tuan Ryu memiliki banyak koneksi di kantor Polisi. Tidak ada dari mereka yang berani menyentuh tangan Tuan Ryu."
Alisha kembali mengangguk memahami perkataan Bi Mirang. Pantas saja, wanita yang tadi ia temui berperilaku seperti itu. Menurut informasi yang Alisha lihat pada internet, pria itu pernah ditahan polisi selama tiga bulan entah karena masalah apa, dan juga pada artikel yang ia baca tidak menyebutkan tentang apa itu.
Alisha berjalan mendekati Bi Mirang kemudian berucap, "Apa yang membuat Tuan Ryu seperti ini? Apakah ada sesuatu? Lalu apakah ada masa lalu terkait hal ini, atau sebenarnya ada wanita yang---"
Ucapan Alisha terpotong karena Bi Mirang kini menutup mulut Alisha dengan jari telunjuknya. Mencoba menghentikan ocehan wanita itu.
"Jangan mengatakan itu terlalu keras.
Aku takut Tuan akan datang ke sini, jangan lupa kamar kalian berdampingan."
Alisha langsung mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Bi Mirang. Jika pria itu mendengar dan masuk ke sini, alangkah sia-sia waktu istirahatnya, karena harus menghadapi pria itu lagi. "Maka jelaskan semuanya," lirih Alisha sepelan mungkin.
"Maaf, saya tidak bisa mengatakan itu ...." ujar Bi Mirang seraya menggeleng. "Itu bermula dari kejadian pahit tiga tahun lalu yang membuat Tuan Ryu seperti ini."
Alisha merapatkan tubuhnya lagi dengan Bi Mirang agar dapat mendengar dengan jelas apa yang dikatakan wanita paruh baya itu.
"Terus-terus? Kejadian apa?" titah Alisha kemudian.
Bi Mirang menghentikan kegiatannya, kemudian berbalik menghadap Alisha. Senyum anggun terukir di wajah wanita paruh baya itu. "Hanya itu yang bisa saya katakan ... Selebihnya saya tidak berhak mengatakan apa pun."
Alisha mengangguk mencoba memahami keadaan Bi Mirang, mungkin dalam waktu tujuh hari ia bisa mengetahui semua teka-teki kehidupan Ryu yang rumit. Ia tidak melupakan tugasnya berada di tempat itu, ia harus mencari cara agar bisa bertahan hidup. Setidaknya sampai ia bertemu dengan Reiga kembali.
Wanita itu berjalan untuk menutup pintu kamarnya setelah mengizinkan Bi Mirang pergi dari sana. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di dalam kehidupannya. Ia hanya wanita biasa di Indonesia, dan tak menyangka akan bertemu dengan Ryu sang Direktur Quintessa Group.
Alisha membuka gorden yang sedari tadi menutupi cahaya masuk ke dalam kamarnya. Dalam keadaan seperti ini, ia membutuhkan udara yang segar agar pikirannya kembali berfungsi. Wanita itu baru menyadari ada pemandangan laut di belakang mansion Ryu, mungkin pada saat ia memasuki tempat itu ia terlalu gugup sampai tidak menyadari mansion itu terletak dekat dengan lautan.
"Misiku menemukan informasi Reiga dimulai hari ini."
TBC
•
•
•
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top