0.4 Mati mungkin lebih baik
Alisha melangkahkan kakinya mengikuti sang pemilik mansion mewah. Suasana di tempat itu begitu sejuk, di setiap pinggir jalan yang tadi ia lewati terdapat banyak pohon maple yang sangat indah. Di tengah-tengah sana, Alisha melihat pancuran air yang memanjakan matanya. Lagi-lagi ia dibuat terkejut oleh kedatangan beberapa pelayan yang langsung menyambut mereka, dan membantu Alisha membawa kopernya secara tiba-tiba.
Para pelayan itu membungkuk kemudian memberikan salam. Alisha yang tahu sedikit tentang adat di sana ikut membungkukkan badannya.
Alisha mebulatkan matanya seketika tatkla memasuki mansion milik Ryu. Pandangannya menjelajah setiap sudut ruangan. Begitu mewah, mungkin mansion ini mencapai puluhan hektar luasnya. Benar-benar rumah Sultan. Wanita itu terus bergumam pada dirinya sendiri seraya mengikuti langkah Ryu.
"Duduklah!" titah Ryu pada Alisha setelah mereka sampai di ruang tamu yang berada di tengah ruangan. Mata Alisha tak henti-hentinya mengamati setiap sudut ruangan yang tampak asing di matanya.
Sungguh, jantung Alisha kembali berdetak begitu kencang tatkala melihat tatapan Ryu kepadanya. Ia benar-benar takut sekarang, apa yang ingin Presdir itu lakukan padanya.
"Asisten Han, bacakan isi map itu," ujar Ryu seraya menunjuk sebuah map merah yang tergeletak di atas meja. "Dan kau, dengar baik-baik!"
Alisha mengangguk ragu-ragu, kemudia mulai mendengarkan apa yang dikatakan pria yang duduk di depannya. "Baiklah aku akan mendengarkan."
"Pada malam tanggal 6 Februari, Nona Alisha Helena Dimitria masuk ke ruang VVIP tanpa izin. Dengan sengaja menjatuhkan---"
"Tunggu, aku sudah mengatakan itu, aku tidak sengaja!" sela Alisha, wanita itu sudah setengah berdiri menentang apa yang ada di map itu. Alisha menghentikan ucapannya ketika melihat tatapan Ryu yang begitu mematikan. Kemudian ia kembali duduk seperti semula. "Apakah aku sedang disidang sekarang ini?"
Ryu memijit pangkal hidungnya. Jujur, ia baru pertama kali menghadapi wanita keras kepala, dan banyak omong seperti Alisha ini. Ia bisa saja berbuat kasar pada wanita itu, namun ia sedang tidak ingin melawan seorang wanita.
"Simpan dulu ucapanmu itu. Dengarkan dan renungkan kesalahanmu!" ujar Asisten Han.
Alisha melihat dua pelayan wanita paruh baya yang membawa nampan berisi sebuah parfum berbentuk oval, Alisha mengingat sesuatu, parfum itu yang semalam ia jatuhkan. Seingatnya tidak ada kerusakan apa pun, hanya berlian merah muda itu yang terlepas. Atau ada yang lain?
"Parfum yang Anda jatuhkan ini tidak bisa dipasarkan karena keadaan botolnya yang rusak. Dengan lapisan Berlian kuning canary 2,43 karat di tutupnya, kemudian Oval Cut 3,07 karat, berlian Rose Cut 4.03 karat, dan berlian merah muda yang indah 15. Anda telah menjatuhkan lima berlian merah muda dari botol itu, dan hanya dua yang ditemukan"
Mata Alisha membulat sempurna. Nama berlian-berlian itu terdengar sangat langka, mungkin harganya juga begitu mahal. Apakah ia harus menanggung kerugian itu?
"Kau tau kesalahanmu sekarang?" tanya Ryu kepada Alisha.
"Apakah aku harus membayar 14 miliar untuk mengganti itu?" tanya Alisha memastikan tebakannya.
Ryu menggeleng, kemudian berucap, "Tidak, itu tidak bisa menggantikannya karena perusahaanku hanya bisa memproduksi lima setiap tahunnya."
Untuk pertama kalinya Alisha ingin mati sekarang juga. Sambil memasang wajah tertekuk wanita itu bersandar pada sofa abu-abu yang ia duduki. Kepalanya menengadah melihat langit-langit bernuansa mewah di ruangan itu. Saking putus asanya Alisha tidak mempedulikan dua pria di hadapannya yang masih memandang aneh padanya.
Alisha kembali duduk tegar seperti semula. Ia yakin setiap masalah pasti akan ada jalan keluarnya. Wanita itu menarik napasnya kasar, kemudian mulai menatap Ryu kembali.
"Bunuh saja aku, dan jual semua organ tubuhku. Jika itu melebihi hutangku pada Anda, maka anggap saja aku mengikhlaskannya."
Ryu mengangguk kemudian mengarahkan jarinya untuk memanggil salah satu pengawalnya. "Bunuh wanita ini, pisahkan semua organ tubuhnya, dan siapkan penjualan di pasar gelap malam ini!" ucap Ryu dingin.
Alisha segera bangkit dan menghampiri Ryu, kemudian berlutut di hadapan pria itu. "Tolong jangan lakukan itu, hidupku lebih berharga. Aku akan cari uang untuk membayarnya!" ujar Alisha, ia mengatakan seperti itu hanya berharap pria di depannya dapat memahami keadaannya, dan ia akan mendapat keringanan. Namun, tanggapan pria itu malah lain.
Lagi-lagi Ryu mulai tertawa dengan tingkah Alisha. Wanita itu yang memerintahkan sendiri agar mebunuhnya, dan sekarang ia sendiri yang memohon untuk tidak melakukan itu. Sungguh membingungkan. Menyelesaikan masalah dengan menjual organ tubuhnya? Dia kira semudah itu mendapatkan uang. Hal itu bisa saja dilakukan oleh Ryu, tapi ingat pria itu tidak sekejam itu, ia masih sedikit memiliki belas kasih.
Alisha menghentikan tangisnya kemudian mengangkat kepalanya melihat pria di depannya yang masih tertawa. Apakah ada yang salah?
"Kau hanya perlu membayar dua kali liapat dalam waktu dua hari."
Dua hari adalah waktu yang begitu singkat bagi Alisha. Bahkan pria itu dengan entengnya mengatakan 'hanya' dua hari. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mencari uang di negara asing. Kecuali jika ia melakukan pekerjaan ilegal, mungkin ia akan mudah mendapatkan uang. Begitu pemikirannya.
"Aku tidak bisa melakukan itu, apakah ada pilihan lain?" tanya Alisha, ia berharap ada kesempatan lain baginya untuk keluar dari masalah ini.
"Ada."
Mendengar satu kata itu membuat mata Alisha berbinar. Ia berharap itu tidak terlalu berat untuk dilakukan.
"Kau gunakan tubuhmu." lanjut Ryu dengan tatapan serius, dan senyum smirk khasnya.
Alisha memundurkan tubuhnya, dan menyilangkan kedua tangannya di dada. Wanita itu menggeleng, sebutuh-butuhnya ia pada uang. Ia tidak akan pernah menjual dirinya sendiri. Apa maksud menggunakan tubuh.
Alisha kembali mendongak. "Bawa saja aku ke kantor polisi, Tuan!" lirihnya, mungkin jalan satu-satunya adalah menyerahkan diri, dan berada di jeruji besi.
"Pikiranmu jangan macam-macam. Maksudku gunakan tubuhmu untuk sesuatu yang menghasilkan uang."
Sebelum Alisha dapat mencerna ucapan Ryu, seseorang sudah dulu mengagetkannya.
Brak!
Suara pintu yang terbuka secara paksa begitu keras. Semua insan yang berada di ruang tamu itu sontak mengalihkan pandangannya ke asal suara itu.
Seorang wanita datang dari pintu utama mansion itu. Tampilannya begitu urak-urakan, rambutnya sangat lusuh. Lipstiknya berantakan, daerah matanya menghitam karena cairan yang sudah luntur. Salah satu kancing baju atasnya terbuka, dan banyak lebam di tubuhnya.
Alisha begitu gemetar melihat keadaan wanita yang entah siapa itu. Namun yang pasti pria di depannya lah yang melakukan itu.
"Anda tidak apa-apa?!" tanya Alisha yang sudah berdiri menghampiri wanita itu. Ia melepas coat panjang selutut yang ia gunakan, kemudian memakaikannya pada wanita di sampingnya.
Pria yang menjadi tersangka itu ikut berdiri, kemudian tersenyum penuh arti kepada wanita itu. Alisha bertanya-tanya pada dirinya apakah pria pemilik Quinteesa Group memiliki kesehatan mental yang kurang?
"Bagaimana? Kau sudah memiliki uang untuk membayar hutangmu?"
Wanita yang berdiri di samping Alisha melepas coat yang diberikan Alisha, dan langsung berlutut di hadapan Ryu. "Berikan aku satu kesempatan lagi. Aku akan membayar semuanya, tolong jangan terus kejar aku dengan orang-orangmu!"
Alisha dibuat linglung dengan keadaan ini, sebenarnya siapa yang salah di sini. Wanita itu melihat Ryu tengah membisikkan sesuatu pada asistennya, hanya beberapa detik kemudian, dua pria berbadan kekar yang berdiri di belakang Ryu langsung menghampiri wanita yang ada di hadapan Alisha, dan menyeretnya paksa.
"Buat wanita ini membayar hutangnya segera."
"Kau adalah pria picik yang pernah aku temui!" teriak wanita itu seraya meronta ingin terbebas dari kukungan dua pria di sampingnya yang menyeretnya paksa.
Kini Ryu mengalihkan pandangannya, dan menatap serius Alisha. "Ada satu kesempatan lagi untukmu terbebas dari hutangmu. Tapi jika kau gagal, kau akan seperti wanita itu."
Alisha semakin bingung dengan ucapan Ryu, apa yang harus ia lakukan? Dan mengapa wanita itu mendapat perlakuan seperti itu. Apakah ia akan mendapatkan perlakuan seperti itu jika tidak bisa membayar hutang? Dengan tampilan seperti malaikat pemaaf, ternyata ada satu fakta pria itu yang menjijikan. Ryu tak jauh berbeda dari renternir serakah di Indonesia.
"Sebenarnya pria macam apakah Ryu ini?"
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top