0.1 Memoire Orris Odeur

Seorang wanita muda terlihat tengah berjalan dengan sangat tergesa-gesa, sesekali ia membenarkan tas selempangnya ke pundak karena merosot. Ia semakin mempercepat langkahnya mengikuti seseorang yang berjalan di depannya agar tidak tertinggal.

“Kau bisa lebih cepat, Alisha?” ucap seseorang yang berjalan di depan tanpa melirik ke belakang. “Cepatlah, pestanya akan segera dimulai!”

“Iya,” jawab wanita yang dipanggil Alisha dengan cepat.

Alisha Helena Dimitria, wanita Indonesia yang nekat kabur dari rumahnya, dan pergi ke Korea. Ia sudah lama merencanakan pergi ke Negeri Gingseng itu selama tiga tahun terakhir, semenjak tunangannya menghilang di sana. Dengan hanya membawa uang tabungannya selama tiga tahun, dan bekal bahasa Korea yang ia pelajari selama dua tahun, akhirnya ia bisa menginjakkan kaki di tempat itu. Beruntung dulu ia pernah pergi ke Negeri itu untuk liburan bersama keluarganya, jadi ia tidak perlu mengurus pasport, dan tidak akan terlalu bingung di tempat itu.

Hari ini adalah hari ke tujuh setelah Alisha datang ke Korea tanpa melakukan apa pun. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengistirahatkan tubuhnya, dan beradaptasi di tempat baru itu. Wanita cantik yang berusia 26 tahun itu langsung mencari pekerjaan yang berhubungan dengan perusahaan tempat tunangannya bekerja dulu. Beruntung mereka tengah mencari pekerja baru, tanpa membuang banyak waktu, Alisha langsung mencalonkan dirinya dengan membawa surat-surat yang sudah ia persiapkan. Dan di sinilah ia berada, menjadi salah satu pelayan pembawa minuman pada acara yang di adakan oleh perusahaan itu. Mungkin pekerjaan yang paling tepat untuknya adalah menjadi pelayan, itu pun karena keadaan darurat. Mereka tidak akan sembarangan memperkerjakan  seseorang yang tidak berasal dari negara mereka.

Alisha memperhatikan ulang penampilannya di depan pantulan kaca lemari pendingin yang ada di depannya. Setelan pelayan broken white yang dipadukan dengan rok dengan panjang selutut sangat cocok untuknya, tak lupa sanggul rambut yang sebatas tengkuk khas seorang pelayan. Gadis itu kemudian berjalan ke luar dengan membawa nampan berisi minuman, karena sebelumnya seorang senior pelayan sudah memberitahukan apa yang harus Alisha lakukan, jadi sekarang ia akan menjalankannya.

Alisha tak henti-hentinya melontarkan pujian dalam hatinya setelah melihat pesta yang begitu megah ini. Aroma bunga dipadukan dengan wangi parfum yang berbeda-beda menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya. Sangat wangi. Dinding motif bernuansa gold terlihat sempurna dengan hiasan botol-botol yang terpajang rapi di setiap sudut ruangan. Sepertinya ini adalah pesta terbaik yang pernah Alisha lihat. Sebagian tamu yang hadir adalah artis dan model, sayangnya wanita Indonesia itu tidak terlalu mengenal mereka.
      
Alisha menghentikan langkahnya setelah mendengar suara langkah kaki yang membuat semua tamu langsung diam dan memberikan hormat, sorang pria datang dari pintu utama bersama tiga orang berbadan kekar di belakangnya.

"Sepertinya dia adalah Presdir di perusahaan ini," gumam Alisha.

Alisha mengamati lekat-lekat pria yang baru saja lewat di depannya, pria dengan setelan kemeja hitam yang dibalut jas putih lengkap dengan celana yang berwarna sepadan berjalan penuh karisma ke dalam ruangan pesta yang ia adakan di perusahaannya. Wajahnya seakan mengeluarkan cahaya yang mampu membuat semua tamu berpaling menatap kehadirannya, senyuman tulus terukir di wajahnya menampakkan lesung yang ia miliki di pipi kanannya. Rambutnya berkilau rapih terbelah ke arah kiri. Laki-laki itu berjalan membelah kerumunan tamu bersama asisten pribadi yang selalu mendampinginya, dan dua orang pengawal.

Dia Alexander Ryu Daesung, Direktur utama Quintessa Group serta pewaris utama keluarga Daesung. Di usianya yang hampir menginjak tiga puluh tahun, ia sudah memberikan nama baik bagi perusahaannya dengan sukses menjual berbagai produk parfum yang laris di pasaran. Beruntung Alisha sudah mengumpulkan semua informasi tentang pria itu, dan semua informasi tentang perusahaannya.

Alisha tidak menyangka dirinya akan berada di sini, dan menyaksikan langsung acara peluncuran parfum terbaru dari perusahaan besar. Walaupun ia hanya menjadi pelayan di sana, ia tetap merasa bangga bisa hadir di tempat itu. Alisha yakin parfum itu akan mendapat harga jual tinggi di pasaran nanti. Pasalnya, setelah Quintessa Group mengumumkan akan mengeluarkan produk baru dengan aroma bunga iris yang sangat langka, kabar itu menjadi trending di sosial media.

"Para tamu sekalian, terima kasih sudah mau berpartisipasi dalam acara kami. Sambil menunggu waktu yang tepat, silakan nikmati hidangan yang kami sediakan."

Suara pembawa acara memenuhi seluruh ruangan. Pria itu berdiri di atas panggung bersama Ryu di sampingnya. Alisha hanya bisa meneguk salivanya melihat semua tamu pria yang hadir. Tak salah lagi, Korea adalah negara penuh pria-pria tampan.

"Mari kita sambut Presdir kebanggaan kita semua, Tuan Alexander Ryu Daesung dengan tepuk tangan yang meriah."

Di saat bersamaan juga, suara tepuk tangan serta letupan party popper  terdengar sangat meriah memenuhi isi ruangan.

Alisha berjalan lebih dekat dengan panggung, ia benar-benar terpukau oleh paras Ryu yang begitu berkarisma. Semua artikel yang ia baca sebelumnya benar, Ryu begitu tampan. Perpaduan antara Korea-Eropa, menyatu pada visual Ryu. Manik mata coklatnya begitu tajam terlihat meneliti setiap celah kekurangan yang ada di ruangan itu, hidung mancung, serta bibir atas yang tipis dan bibir bawah sedikit tebal begitu mempesona di mata Alisha.

"Mah, kalo aku bawa ini orang. Kau pasti akan begitu senang," gumam Alisha sedikit berteriak dalam diam. "Ingat! Tujuanmu ke sini untuk mencari Reiga, Alisha." Alisha kembali menyadarkan fokusnya dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terima kasih untuk kedatangan kalian semua di pesta ini. Saya akan mengumumkan  nama produk yang akan kami luncurkan bulan ini. Nama Memoire Orris Odeur, cocok untuk produk ini," ujar Ryu.

Salah satu tamu wanita muda di samping Alisha dengan tampilan yang sangat elegan mengangkat satu tangannya ke atas agar Ryu dapat melihatnya. "Boleh saya tanya?"

Mendengar ucapan wanita itu Ryu langsung mengangguk menyetujui permintaannya. "Silakan!"

"Mengapa parfum ini dinamakan seperti itu?" tanya wanita itu.

"Dengan bahan bunga iris membuat parfum beraroma gabungan dari raspberry, bunga violet, serta lada ini sangat diminati banyak orang, khususnya kalangan muda. Produk ini tidak mengandung bahan sintetik, petrokimia, paraben atau bahan kimia lain, dan parfum ini netral secara gender," ucap Reiga seraya tersenyum.

Sekali lagi semua tamu yang hadir di sana memberikan tepuk tangan meriah dengan segala pujian terlontar untuk Ryu.

Ryu menarik asistennya untuk sedikit mendekat, kemudian meletakkan tangannya di telinga laki-laki itu. "Apakah semuanya sudah disiapkan, Asisten Han?" bisiknya kepada Han Sun-hwa asistennya.

"Sudah, Tuan."

Ryu kembali melihat ke depan, kemudian menggeser tubuhnya ke samping untuk memperlihatkan layar yang ada di belakangnya.

"Mari kita lihat beberapa contoh tampilan model Memoire Orris Odeur kita."

Ryu kemudian mengkode Han Sun-hwa agar memutar file yang disiapkan sebelumnya. Setelah tombol mulai di tekan, semua orang fokus tertuju ke arah layar.

"Untuk menghasilkan wangi yang sempurna, Memoire Orris Odeur membutuhkan 28 lusing mawar, 10.000 bunga melati Grasse, Ambergris, Ylang-Ylang, Tuberose, dan akar Orris yang hanya dipanen ketika musim semi di Tuscany, Italia," ujar Ryu seraya menunjuka gambar yang ada di layar.

Alisha semakin menajamkan pendengaranya dan terkejut tatkala mendengar harga yang dibandrol untuk satu botol parfum itu.

"Parfum ini dibandrol seharga 1 juta dolar AS atau setara 14 miliar, per botol."

Prank...

Semua orang menatap pelayan laki-laki yang tidak sengaja menumpahkan minumannya ketika Ryu tengah berbicara. Sepertinya laki-laki itu sebentar lagi akan kehilangan pekerjaannya.

"Maafkan aku."

Sesuatu yang membuat Alisha terpukau oleh Ryu, pria itu tersenyum dan mengangguk. Sungguh, pria pemaaf.

"Tidak apa-apa, bersihkan saja semuanya."

"Hei kau!"

Alisha langsung menoleh tatkala sebuah tangan menepuk punggungnya. Mungkin pria itu sudah memanggilnya berkali-kali, karena fokus Alisha masih tertuju kepada Ryu.

"Siapkan minuman untuk ruangan VVIP, Tuan Jae sedang menunggu di sana!" ujar seorang pria berbadan besar yang sebelumnya berjalan di belakang Ryu.

"Tapi ...."

 Belum sempat Alisha bertanya, pria itu langsung pergi meninggalkannya. Sebenarnya ia hanya akan mengatakan bahwa ia adalah pegawai baru di sini, dan tidak tahu di mana ruang VVIP yang pria itu maksud.

"Mungkin ada di lantai paling atas tempat ini," batin Alisha menebak.

Alisha langsung pergi dengan membawa beberapa minuman ke tempat yang menurutnya itu adalah ruangan VVIP. Suara benturan antara sepatu pantophel dengan lantai terdengar nyaring di sebuah koridor yang terlihat sangat sepi. Mungkin karena semua orang tengah berada di bawah, jadi tidak ada satu orang pun di sana.

Di ujung koridor, Alisha melihat dua pintu yang berdampingan di sana, dan terdapat tulisan VVIP pada dua pintu itu. Wanita itu bingung di mana ia akan meletakan minuman ini, haruskah ia membuka keduanya atau memilih salah satu. Salah satu pintu itu ada yang sedikit terbuka, kesempatan bagi Alisha untuk memastikannya. Jika ada seseorang di dalamnya, mungkin ia bisa bertanya.

Creak ....

"Woah ... Apakah ini parfum yang tadi aku lihat di layar?" ujar Alisha pada dirinya sendiri.

Tanpa berpikir panjang, wanita itu langsung masuk ke dalam ruangan itu. Setelah meletakkan minuman yang ia bawa di atas meja, Alisha langsung berjalan mendekati sebuah botol oval yang masih terhalang kaca.

Entah dorongan dari mana, wanita itu langsung membuka kotak kaca itu dan memegang botol berbentuk oval penuh dengan berlian berwarna-warni. Hanya menyentuh botolnya saja, tangan wanita itu sudah berbau sangat wangi. Alisha tidak gemar mengoleksi bau parfum, namun bau parfum ini terlihat berbeda dan menarik tubuhnya untuk menyentuh parfum itu.

Tap ...

Tap ....

Tap ...

Alisha mendengar suara langkah kaki seseorang dari luar ruangan, jantungnya berdetak begitu cepat. Tujuannya adalah mengantarkan minuman kepada seseorang, mengapa ia malah masuk ke dalam ruangan itu.
Ia takut seseorang memergokinya, dan mengira bahwa ia adalah pencuri.

Prank ...

Apa yang telah wanita itu lakukan, Alisha melihat botol parfum itu jatuh ke bawah dan langsung mengambilnya kembali. Untung saja, botol itu tidak mudah pecah dan masih tertutup rapat.

"Kenapa ruangannya terbuka?" ujar seseorang yang baru saja masuk ke dalam.

"Huft ... Untung tepat waktu," desis Alisha. Ya, sebelum pria itu masuk ke sana, Alisha sudah berlari dan bersembunyi di bawah meja yang terdapat parfum itu. Jika ia telat satu detik pun, ia tidak tahu apa yang terjadi nanti. Alisha sedikit melihat suasana di luar, dan melihat seorang pria yang tadi berbicara di atas panggung. "Presdir Ryu," batin Alisha, wanita itu terllu terkejut kemudian menutup mulutnya dengan ke dua tangan.

"Siapa yang membawa minuman ke sini?"

"Sepertinya Mark yang membawanya ke sini, Tuan."

Mungkin kali ini Alisha memiliki nasib yang baik karena asisten Ryu menyelamatkannya. Alisha mulai merasa sesak dan ingin segera pergi dari sana. Namun dua pria itu masih belum pergi. Tiba-tiba sorot matanya tertuju pada benda kecil yang ada di depannya, sepertinya itu salah satu berlian yang ada di botol parfum tadi.

"Eotthoke .. Apa yang aku lakukan."

Dengan sangat hati-hati, Alisha mengambil benda kecil berwarna merah muda itu dan menyimpannya di saku baju putihnya.


"Bagaimana aku bisa pergi dari sini?"



TBC

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top