21. Saksi Cinta
Seorang lelaki berkemeja kotak-kotak masuk ke ruang inap Banyu dengan jinjingan plastik di tangan kanannya. Ia tersenyum menyapa Tera yang sedang mengupas buah-buahan seorang diri.
"Saya Adi, teman kuliahnya bang Banyu dulu."
Tera mempersilakan Adi untuk duduk menunggu Banyu yang sedang berada di kamar mandi.
"Maaf, pasti Mba Tera, kan?" Adi tersenyum sambil menunjuk Tera dengan sopan.
Tera mengangguk.
"Saya selalu penasaran dan ingin bertemu dengan orang yang sering diceritakan oleh bang Banyu. Akhirnya kita ketemu juga."
"Saya sering diceritakan?"
Adi mengangguk semangat. "Walau bang Banyu senior saya di kampus, tapi dia orang yang paling akrab dengan saya."
Tera menghela napas. Ia hanya ingin tahu apa yang diceritakan oleh Banyu kepada mahasiswa di hadapannya ini.
"Apa yang dia ceritakan tentang saya?" Tera mendesak Adi.
"Sewaktu bang Banyu masih kuliah, dia selalu cerita tentang pacar kembarannya yang dia sayangi." Adi mulai bercerita.
"Saya tahu sekali bagaimana rasa sakitnya bang Banyu saat melihat usaha bang Banjar untuk membahagiakan Mba." Raut wajah Adi perlahan berubah. "Bang Banyu juga tersiksa saat Mba putus asa kehilangan bang Banjar. Dia selalu sabar tidak dianggap oleh Mba asalkan Mba bahagia dan tidak merasa tersiksa atas kehadiran bang Banyu."
Tera terenyuh. Ia baru mengetahui sebesar itu usaha yang telah dilakukan Banyu untuknya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top