20. Memulai

Banyu memandang ke luar jendela, hujan sedang turun di luar sana. Ia menghela napas ketika kenangan masa lalu kembali berputar dalam benaknya.

Sejak usia lima tahun, Banyu tinggal bersama adik sang ibu. Walau begitu, ia selalu berkunjung di hari libur dan bermain dengan Banjar. Pada hari itu, tepat saat di hari ulang tahun yang ke tujuh, Banjar bercerita tentang seorang gadis bernama Teralisa. Untuk pertama kalinya Banyu melihat raut wajah sang kembaran yang begitu ceria.

"Aku sayang Tera, dia cantik," kata Banjar. "Kamu harus kenal sama dia."

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Banyu. Lelaki itu tersenyum melihat kedatangan Tera.

"Sudah makan?"

Banyu menggeleng. Ia melihat Tera meraih mangkuk berisi bubur yang sejak tadi ia abaikan.

"Buka mulutnya."

Banyu tersenyum dan menerima suapan dari calon istrinya. Walau masih bersikap dingin, Banyu bahagia bisa melihat Tera peduli kepadanya.

"Kamu harus cepat sembuh."

"Kengapa?" tanya Banyu.

"Kamu tanya kenapa?" Gadis itu memutar bola matanya. "Kamu tidak tahu kalau aku sempat kecewa kepadamu kemarin?"

Banyu terdiam saja, membiarkan Tera mengeluarkan isi perasaannya.

"Aku kecewa. Aku benci kamu! Kenapa berpikir sempit?" Tera meletakkan mangkuk bubur di nakas.

"Membuat dirimu celaka hanya untuk kebahagianku?" Sang gadis tertawa lirih. "Kamu bahkan tidak tahu apa kebahagianku!"

"Aku tahu, kebahagianmu adalah Banjar."

Tera terbungkam. Matanya tak dapat berpaling dari sorot lembut mata hitam legam itu.

"Maafkan aku, aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta kepadaku." Banyu tersenyum. "Karena Banjar adalah kebahagianmu, aku akan menepati janjinya."

Ia meraih tangan Tera. "Kamu tidak keberatan bukan jika aku menikahimu?"

Tera terdiam beberapa saat sebelum ia mengangguk. "Asalkan aku tidak merasakan kehilangan lagi."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top