Bab 5. Budi Selingkuh?




Tara terkejut melihat chat di aplikasi ponsel suaminya. Tampak di urutan teratas ada nomor telepon seorang wanita berfoto profile seksi. Bukan foto profilenya yang menjadi masalah akan tetapi isi dari chat tersebut.
Setelah kedatangan Budi dari tempat kerjanya tadi, tanpa sengaja Tara membuka ponsel sang suami. Tanpa sengaja dia melihat isi dari percakapan di aplikasi Whatsapp.

"Bang Budi mulai nakal? Awas saja kalau benar dia berani macam-macam." Tara meletakan ponsel di samping tubuhnya. Tatapan matanya terlihat lurus menatap pintu kamar mandi. Seakan takut melewatkan momen sang suami jika nanti keluar dari dalam sana.

Kurang lebih sepuluh menit kemudian Budi keluar dari kamar mandi, dia sedikit heran karena istrinya terus menatap setiap pergerakannya.

"Dek, kamu kenapa natap abang begitu? Risi tahu." Tara tidak menjawab, hanya suara dengusan yang terdengar.

Usai berpakaian Budi mengajak istrinya untuk menemani dirinya makan. "Temani abang makan, yuk?" Jangankan menjawab, bahkan Tara bergerak sedikit pun tidak.

"Eh? Dek, kamu kenapa?" Budi mulai curiga karena istrinya tiba-tiba jadi aneh. Tatapan mengedar keseluruh penjuru kamar karena Budi takut istrinya itu kesambet atau melihat penampakan makhluk halus.

"Di kamar tidak ada yang janggal atau buat merinding." Budi bergumam sendiri.

"Dek, ayok temani abang makan, ya? Abang lapar sangat ini." Budi kembali berbicara seraya memdekati istrinya perlahan. Ketika hendak duduk, tanpa sengaja Budi melihat ponsel miliknya di samping tubuh Tara. Refleks tangannya hendak mengambil benda pipih itu, akan tetapi tangannya ditepis Tara.

"Kamu kenapa, Dek? Dari tadi abang lihat malah bengong, di ajak bicara tidak mau nyahut?"

"Menurut Abang kenapa coba?" Tara menoleh sambil melontarkan balik sebuah pertanyaan.

Budi garuk-garuk kepala karena belum juga paham. Mungkin efek lelah dan juga lapar yang membuat pikirannya mendadak lemot.

"Abang mana tahu Adek kenapa? Kan abang baru pulang setengah jam yang lalu. Coba Adek ceritakan ada apa sebenarnya?" Walau lelah dan sangat lapar, tapi Budi berusaha bersikap lemah lembut pada istrinya.

Tara meraih ponsel suaminya, mengangkatnya dan kembali menaruhnya di tempat tidur dengan kasar. Budi berpikir sepuluh kali lebih keras melihat tanda-tanda aneh sang istri dan juga berusaha memecahkan kode yang diperlihatkan padanya.

'Heh, pusing aku.' Batinnya.

"Dek, abang tidak tahu ada apa dan kenapa jika Adek terus diam seperti ini." Tara mendengus. Tangannya kembali meraih ponsel dan membuka aplikasi berkirim pesan.

"Ini apa?" Tara menunjukan chat teratas di layar ponsel. Sebuah nomor tanpa nama dengan isi chat yang lumayan panjang.

Mata Budi melotot melihat isi chat tersebut, otaknya berpikir cepat dan mundur ke beberapa jam yang lalu. Tangannya menepuk jidat kala teringat kejadian siang tadi di kantor.

"Oh, jadi ini yang buat Adek marah tidak jelas sama abang hm?" Budi tersenyum manis seraya meraih ponselnya.

"Tadi si Ilham ada pinjam ponsel abang buat kirim pesan ke pacarnya, Dek. Makanya kontak ini tidak ada nama." Katanya memberikan penjelasan pada istrinya.

Tara melirik tajam, menyiratkan sebuah ketidak percayaan mendengar ucapan yang terucap dari bibir suaminya. Lagi pula, mana ada maling mau ngaku pikirnya.

"Kalau koruptor dia mau ngakui diri sebagai koruptor, penjara bakal penuh, Bang." Ucap Tara dengan nada suara meningkat.

"Apa hubungannya chat si Ilham sama koruptor, Dek?" Budi semakin dibuat bingung. Mana rasa lapar semakin menjadi-jadi membuat pikirannya semakin melemah.

Tara menggeram kesal karena suaminya seperti tengah mempermainkan dirinya. "Oh, Abang mau main-main sama adek huh?"

"Malam-malam begini mau main apa, Dek? Abang mau makan bukan mau main. Atau mau main itu? Nanti malam kita main, amAdek mau gaya apa pun akan abang sanggupi," wajah Tara terlihat semakin memerah.

"Abang mau mengelak dan tidak mau mengaku? Malah menumbalkan orang lain." Budi kembali berpikir demi memecahkan misteri ngambeknya sang istri.

"Abang tidak melakukan pesugihan, Dek, untuk apa numbalin orang lain?"

"Abang memang tidak melakukan pesugihan. Tapi Abang sudah mulai main-main di luaran sana," Budi menepuk jidat sendiri dengan kencang karena dia mulai paham kemana arah pembicaraan istrinya itu.

"Oalah, jadi istri abang yang cantik ini cemburu rupanya?" Budi terkekeh melihat Tara yang melotot pada dirinya karena emosi.

"Siapa juga yang cemburu sama Abang?"

"Ya Adek lah, masa tetangga."

"Tidak usah banyak alasan dan jawaban, Bang. Abang benar selingkuh bukan?" Kali ini Tara berkata cukup jelas pada suaminya. Tanpa kode, tanpa melempar tebakan atau pun istilah lainnya yang membuat Budi lama berpikir.

"Manalah abang brrani nyelingkuhi Adek. Sudah abang bilang itu chat si Ilham siang tadi karena ponselnya tiba-tiba mati. Cobalah Adek baca chat itu dari pertama, jangan melihat kalimat sayang bagian akhirnya saja." Budi menjelaskan panjang lebar pada istrinya karena dia sudah teramat sangat lelah dan juga kelaparan yang teramat sangat.

"Adek baca-baca itu chat si Ilham ya, abang mau makan dulu, lapar sangat abang ini, Dek." Budi melangkah keluar kamar dengan langkah gontai. Beruntung masih ada sedikit sisa tenaga untuknya berjalan.

Tara menatap kepergian suaminya, lalu beralih menatap ponsel yang tadid ia letakan. Sstengah hati dirinya kembali meraih benda itu. Setelah menarik napas panjang dan mengembuskannya secara kasar Tara membuka chat yang kata suaminya dikirimkan Ilham pada pasangannya.
Hanya membutuhkan waktu tak kurang dari lima menit Tara menyelesaikan bacaannya dari awal hingga akhir.

Wajahnya berbinar ceria tatkala usai membaca. Demgan sekali gerakan dia bangkit dari tempat tidur dan menanggalkan piyama panjang yanh dipakainya. Tara mengganti baju tidurnya dengan yang lebih pendek dan tipis.

Bukankah seorang istri harus menyenangkan suaminya? Dan Tara akan melakukannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top